Nicholas Bryan. 35 tahun. CEO sebuah TV Swasta. Masuk dalam Jajaran Konglomerat. Arogan, Dingin, Jarang Tersenyum dan Sangat menyayangi putri satu-satunya. Seorang Duda memiliki seorang putri berusia 7 tahun. Istri Nick meninggal setelah melahirkan putri mereka. Sejak kepergian istrinya Nick larut dalam kesedihannya dan ia melampiaskan pada pekerjaannya hingga kini tak diragukan lagi Nick menjadi salah satu pengusaha papan atas yang digilai para wanita. Tidak ada satupun wanita yang mampu mengetuk hati Nick yang telah tertutup hingga suatu ketika Putri, Caca memanggil seorang perempuan dengan sebutan Bunda yang membuat Nick tidak suka dengan wanita tersebut. Nick yang sangat menyayangi putrinya tanpa sengaja membentak putrinya saat melihat Caca memeluk wanita asing dan memanggilnya. Siapakah wanita itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terpesona
Semalam Bu Fatma sudah mengirimkan alamat hotel tempat mereka menginap kepada Kanaya.
Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah Kanaya bersiap menuju hotel tempat Bu Fatma dan adik-adik panti asuhan menginap.
"Assalamualaikum. Bu Naya sudah menunggu di lobi. Ibu dimana?" Kanaya menelpon Bu Fatma.
"Waalaikumsalam Naya. Ibu di sini." Bu Fatma melambaikan tangan.
Kanaya mematikan panggilan ponselnya saat iya melihat Bu Fatma bersama adik-adik panti.
"Kak Naya!" seru adik-adik panti segera berlari menghampiri Kanaya.
Kanaya menerima pelukan hangat dan cium tangan adik-adiknya yang begitu bersemangat pagi ini.
"Sudah mau berangkat Bu?" Naya menanyakan pada Bu Fatma.
"Iya Kami tinggal menunggu jemputan. Nah itu sudah datang."
Kanaya menatap pria yang dimaksud oleh Bu Fatma.
"Pagi Bu Fatma. Saya akan mengantar Ibu dan adek-adek ke lokasi. Mari Bu."
Pria yang bertugas menjemput dengan sopan mempersilahkan Bu Fatma dan adik-adik panti menuju jemputan yang disediakan.
Kanaya melihat logo dan nama perusahaan tempat ia bekerja.
"Apa mungkin ini acara yang diadakan NBC?"
Sebagai pegawai baru Kanaya tak banyak mengetahui seluk beluk perusahaan tempat ia bekerja.
Tak butuh waktu lama Kanaya dan rombongan sudah sampai di lokasi.
Nyatanya tidak hanya panti asuhan binaan Bu Fatma yang mendapat undangan dan bantuan namun banyak yayasan lain yang menerima bantuan yang sama.
Saat memasuki convention hall tentu saja Kanaya bisa melihat secara jelas bahwa acara ini adalah besutan NBC yang tak lain adalah perusahaan tempat Naya bekerja kini.
"Nay, Ibu penasaran dengan pemilik perusahaan ini. Pasti baik sekali orangnya. Beliau mau berbagi kepada yang membutuhkan." Bu Fatma dengan memuji kebaikan sang pemilik perusahaan.
Jujur meski sudah hampir 1 minggu ia bekerja di NBC namun bertemu secara langsung dengan CEO NBC Kanaya sendiri belum pernah.
Kanaya hanya melihat dari foto-foto yang terpampang diperusahaan.
Acara dimulai. Tahap demi tahap pembukaan hingga sampailah pada pemberian sambutan oleh CEO NBC.
Semua mata fokus tertuju pada panggung besar yang sebentar lagi akan menampilkan sang CEO berhati mulia hari ini.
"Untuk mempersingkat waktu kepada yang terhormat, CEO NBC Mr. Nicholas Bryan, kami harap maju ke depan. Kepadanya kami persilahkan."begitulah kurang lebihnya MC memanggil CEO untuk memberikan kata sambutannya.
Nick dengan stelan jas biru dongker melangkah tegap dan gagah saat menaiki podium.
Semua mata memandang terpesona akan paras rupawan dan tubuh atletis proporsional seolah pahatan sempurna maha karya sang pencipta begitu nyata dihadapan mata, menyilaukan netra kaum hawa terutama.
Dengan sangat tegas, lugas dan berkharisma kata demi kata yang terucap dari bibir sang CEO bagaikan simfoni yang menyejukkan hati menggetarkan jiwa.
"Astagfirullah." Kanaya menundukkan pandangannya seketika.
Betapa ia sendiri terpesona akan paras sang CEO yang tak lain adalah Big Bossnya dikantor.
"Masya Allah mengapa mataku tak berkedip sungguh sangat tak pantas Nay, kamu ini seorang janda. Jangan biarkan pandangan orang lain semakin buruk terhadapmu." batin Kanaya mengingatkan dirinya sendiri.
Kanaya memperingatkan hatinya agar tak memandang kepada yang tidak berhak baginya.
"Saya berterima kasih karena Bapak dan Ibu sudah berkenan hadir meluang waktunya untuk datang disini. Saya berharap sedikit yang Kami berikan bisa bermanfaat bagi saudara-saudara kita semua. Terakhir Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada 2 orang yang spesial dalam hidup Saya, putri saya dan ibu saya tercinta. Karena berkat doa dan semangat dari keduanya saya bisa berdiri diaini berjumpa dengan Bapak, Ibu dan adik-adik sekalian." Nick saat mengakhiri sambutannya.
"Ya Allah sungguh baik sekali hati Tuan Nicholas." Puji Bu Fatma.
Kanaya yang melihat sikap Nick saat berbicara seakan teringat rumor diperusahaan bahwa CEO adalah orang yang dingin dan tidak ramah.
Namun Kanaya melihat kelembutan dan kehangatan CEOnya berbeda dengan apa yang digosipkan dikantor.
Semua perwakilan penerima bantuan CSR NBC diminta untuk maju ke depan untuk menerima bantuan sekaligus berjabat tangan langsung dengan CEO NBC.
Kanaya bersyukur bahwa masih banyak orang dan pihak yang mau perduli dengan panti asuhan tempat ia dibesarkan.
Bantuan yang diterima sangat berarti bagi mereka yang membutuhkan.
Acara dilanjutkan dengan ramah tamah.
Semua undangan dipersilahkan untuk menikmati hidangan yang disediakan.
"Bu Naya ke toilet sebentar ya." Naya izin ke toilet takut Bu Fatwa mencarinya.
"Iya Nay."
Kanaya bergegas keluar hall dan menuju toilet.
Namun saat bersamaan Kanaya tak sadar bersenggolan dengan seorang wanita cantik berpenampilan sosialita dan tentu saja berbeda dengan Kanaya yang berpenampilan sederhana.
"Maafkan Saya Mbak. Saya tidak sengaja." Kanaya meminta maaf.
Wanita itu membuka kacamata hitamnya melihat Kanaya dari atas sampai bawah dan tersenyum miring.
Seolah tak menggubris Kanaya, wanita sosialita itu berlalu melewati Kanaya mengabaikan ucapan Kanaya.
Kanaya pun tak masalah ia segera menuju toilet.
Kanaya sedang mengeringkan tangannya namun sesaat seorang wanita dengan usia tak muda terhuyung akan jatuh namun dengan sigap Kanaya menahan hingga tubuh wanita baya itu tertahan oleh tubuh Kanaya.
"Ibu tidak apa-apa?" Kanaya membantunya untuk berdiri masih memegangi wanita baya itu.
"Tidak apa-apa Nak. Hanya sedikit pusing."
"Ibu mau kemana biar Saya bantu. Takutnya ibu jatuh."
"Cucu dan putra Saya sedang menunggu. Terima kasih ya."
"Sama-sama Bu. Hati-hati."
Kanaya khawatir memastikaan wanita baya itu tidak terjatuh saat melangkah.
Kanaya hendak keluar dari toilet namun matanya melihat sebuah gelang tergeletak dilantai.
"Pasti ini punya Ibu tadi. Aku akan mengembalikannya. Semoga saja belum jauh."
Kanaya segera berjalan keluar.
Mengedarkan pandangannya kesegala arah mencari wanita baya yang ia tolong.
Kanaya melihat wanita baya itu sedang bersama sekelompok orang sedang berbincang.
Kanaya kemudian segera menghampiri nya berniat mengembalikan gelang kepada si empunya.
"Permisi. Maaf mengganggu. Nyonya apakah ini milik Anda. Saya menemukannya dilantai toilet." Kanaya menginterupsi dengan perlahan agar tak mengganggu perbincangan mereka.
"Iya ini gelang milik Saya. Saya sendiri tidak menyadarinya. Terima kasih ya Nak."
"Sama-sama Bu. Kalau begitu Saya permisi."
Kanaya pamit namun langkahnya terhenti.
"Tante Cantik! Kita ketemu lagi!"
"Hai. Kamu yang waktu itu di Rumah Sakit kan?" Apa kabar?"
"Namaku Caca Tante. Nama Tante siapa. Yes akhirnya Caca tidak lupa sekarang!" senang rasanya Caca langsung ingat menanyakan nama wanita yang ia panggil Tante Cantik.
"Nama Tante Kanaya, panggil saja Tante Naya." Naya mensejajarkan ditinya dengan Caca sambil mengajak Caca bersalaman.
Oma Marisa menatap interaksi keduanya.
"Oh iya, Oma Caca bagaimana keadaannya?" Kanaya ingat saat itu Caca sedang menjenguk Omanya.
"Alhamdulillah Oma Caca susah sehat. Ini Oma Caca. Ibu Tante juga bagaimana sudah sembuh?" Caca balik bertanya.
"Alhamdulillah ibu Tante juga sudah sembuh."
"Oma ini Tante Cantik. Yang waktu itu Caca ceritakan." Caca mengenalkan Kanaya pada Oma Marisa.
Oma Marisa tersenyum melihat Kanaya memandangi wanita berhijab dan sopan yang sepertinya dekat dengan cucunya.
"Saya Marisa. Omanya Caca. Kanaya terima kasih ya sudah menolong Saya tadi dan mengembalikan ini."
"Iya sama-sama Nyonya."
"Caca, Nyonya Saya permisi dulu. Ibu Saya sudah menunggu."
"Silahkan."
"Ok Tante. Bye Tante semoga kita ketemu lagi ya."
"Iya Caca. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Oma, Oma"
"Eh, iya Sayang."
"Oma kok melamun?"
"Tidak. Hanya Oma terpesona bidadari."
"Oma ayo pulang Caca. Daddy mana sih Oma."
"Ayo kita hampiri Daddy."
Oma Marisa masih tersenyum seakan jawaban dari doa - doanya kini mulai terlihat.