Kisah tentang seorang bad boy bernaman Zachary Allen Maxwell, yang selalu bermain wanita dipaksa menikah oleh kedua orang tuanya. Cara hidupnya yang tidak baiklah yang menjadi pemicu.
Ayahnya sendiri bukan dari orang-orang baik pula. Maxwell Bennedict mantan ketua gangster Red Tiger, menikah dengan seorang gadis desa hingga merubah hidupnya. Dia pun bertobat ingin lepas dari hidup kelamnya.
Karena itu, dia ingin merubah anak sulungnya yang bisa dibilang duplikatnya saat masih muda. Masalah masa lalu dia pun tidak ada yang tahu. Kemudian dia menjodohkan anaknya dengan anak teman istrinya yang bisa di bilang sangat polos tapi tomboy.
Pernikahan pun terjadi, dengan sangat terpaksa karena jika tidak menurut, Maxwell mengancam akan mencoret Zach dari Silsilah keluarga.
Julia, gadis yang dijodohkan pada Zach. Gadis penurut karena dinasehati oleh seorang guru ngaji untuk menghindari zina, disaat sudah waktunya diharuskan untuk menikah dan juga ingin melaksanakan keinginan kedua orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ismi Kawai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Holiday
Zach sudah bersiap berangkat ke kantor. Supri sang sopir keluarga sedang membersihkan mobilnya saat pria muda itu bergegas menuju
halaman tempat mobilnya sudah terparkir rapi, sudah dipanaskan mesinnya dan siap dibawa pergi.
“Zach, tunggu sebentar, Sayang.” Intan tergopoh-gopoh mengejarnya.
“Kenapa, Ma?” pria itu melepas kembali kacamata hitamnya
“Ayo masuk lagi, Mama mau ngobrol bentar.”
“Udah kesiangan, Ma.” Zach melirik arloji Rolex yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
Intan tidak mau tahu, dia keukeuh ‘menyeret’ Zach kembali ke dalam rumah lalu mendudukkan anaknya di sofa ruang tengah.
“Hari ini Mama pengeeennn banget ke pantai. Jadi kamu tidak usah masuk kerja, kita ke pantai sekarang.”
“Ma, yang bener aja. Mama masih sakit kenapa malah ingi pergi ke pantai? Kemarin juga Mama jalan ke mal, kemarinnya lagi Mama kemana tu, Zach liat di story mama. Orang sakit ‘tuh istirahat di rumah, biar lekas pulih, bukan keluar melulu kali, Ma,” protes Zach panjang lebar.
Dia baru teringat kemarin mau menyampaikan ini kepada Intan, tapi saking sibuk, dia sampai lupa. Sekarang saat Intan kembali mengatakan mau pergi ke pantai. Zach baru ingat aktivitas Mamanya yang meresahkan itu.
“Zach, kamu tidak ingat kata dokter? Mama itu harus santai, tidak boleh stress, jadi kudu
diperbanyak healing. Nah, sekarang cuacanya sedang bagus nih untuk menikmati sunrise dan sunset di pantai, jadi sekarang kita jalan ke Bali,” jawab Intan santai.
“Bali? Becanda aja. Ini bukan weekend kali, masih weekday. Sudah ya, Zach mau kerja,” jawab Zach tak mau kalah.
“Papa udah bilang sama sekretarismu buat re-schedule semua jadwal selama tiga hari,” celetuk Max tiba-tiba nimbrung mengikuti perdebatan ibu dan anak itu.
“Wah, Papa ikut-ikutan, dulu bilangnya tidak ada jatah Zach bolos meskipun cuma sehari. Sekarang main atur jadwal sendiri. Bener-bener, deh.” Max tertawa lebar mendengar protes anaknya.
“Julia, kamu udah siap, Sayang?” Intan sedikit
berteriak memanggil Julia.
“Sudah, Tante.” Yang dipanggil segera mendekat menyeret kopernya. Zach terperangah. Lagi-lagi dia tidak bisa menolak permintaan mamanya karena ternyata semua orang sudah bersiap pergi kecuali dirinya.
Suara klakson mobil mengagetkan mereka semua. Mobil Alpard putih berhenti di depan rumah. Pintu mobil terbuka lalu sepasang suami
istri turun dari dalam mobil.
“Nia, hello, kamu apa kabar?” Intan menyambut Nia yang datang bersama Rohendi, ayah Julia.
“Intan, kamu udah sehat?” Nia memeluk Intan, mereka melepas rindu sesaat. Julia menghambur ke pelukan ayahnya.
Rohendi mendapat tugas dari perusahaan tempatnya bekerja, untuk membantu pembukaan proyek di Belitung. Saat pertunangan Julia dan Zach, Rohendi tidak bisa hadir. Sekarang ayah dan anak itu bertemu lagi, mereka saling berpelukan.
“Anak ayah makin cantik aja, betah ya tinggal di
Jakarta?” Rohendi mengelus rambut Julia.
Gadis itu sangat girang bertemu ayahnya. Senyumnya terus mengembang, membuat Zach mau tak mau ketularan ikut tersenyum juga.
“Hai Kang Hendi apa kabar? Nah ini Zach. Biasanya Kang Hendi cuma lihat fotonya, ini asli orangnya. Ganteng ‘kan kayak Papanya?”
sambut Max.
Mereka sudah beberapa kali bertemu. Kalau dengan Zach, Rohendi pernah bertemu tapi saat itu Zach masih SMA.
“Halo, Om.” Zach menyalami Rohendi yang segera
memeluknya hangat.
“Oke udah cukup kangen-kangenannya, sekarang kita langsung ke bandara, ya. Pesawat kita sebentar lagi berangkat.”
Mereka segera berangkat ke Bali. Intan sudah mengatur semuanya, termasuk menyuruh anak buah Max menjemput Nia dan Rohendi. Sekarang
mereka berenam sudah duduk di pesawat yang segera tinggal landas menuju bandara Ngurah Rai.
Sesampainya di Bali, kembali terjadi perdebatan sengit antara Intan dan Zach. Intan ingin mereka menginap di dekat pantai Kuta yang tidak terlalu jauh dari kota, sedangkan Zach ingin mereka menginap di sekitar Pantai Sanur, karena pemuda itu ingin menikmati pantai Nusa Penida yang tenang dan jauh dari keramaian. Dari Sanur mereka bisa naik Fast Boat.
“Mama katanya mau healing, kenapa pilih Kuta.
Di sini terlalu ramai, Ma.” Zach cemberut melihat kondisi pantai yang ramai. Bukan hanya ramai para pelancong, tapi juga penjual makanan, dan para pedagang asongan yang datang silih berganti.
“Zach, mereka baru pertama datang ke Bali, biarkan mereka menikmati Bali yang terkenal dengan Pantai Kuta, jangan merusak suasana,
dong, Sayang.” Intan berbisik karena tidak mau suaranya terdengar keluarga Nia.
Lagi-lagi Zach hanya bisa menurut kata Mamanya. Max menepuk pundaknya, ”turuti aja kata Mama, besok kita ke Sanur, malam ini di Kuta
dulu.”
Mereka sampai di pinggir pantai. Suasana yang ramai benar-benar membuat Zach ilfil. Julia yang mengamati sikap Zach berusaha menghibur lelaki
ganteng itu.
“Kakak pasti udah sering ke Bali, ya. Kalau aku baru pertama kali, dan masih merasa tidak percaya bisa sampai di sini. Apalagi ada ayah dan ibu juga, jadi ini benar-benar excited banget buat
aku.” Zach hanya terdiam mendengar kata-kata Julia.
Ternyata benar kata mamanya, meskipun dia merasa tempat ini terlalu ramai, tapi bagi Julia yang belum pernah ke Bali, pemandangan ini sudah sangat membuatnya bahagia.
“Bukan masalah tempatnya, tapi bersama siapa. Buatku yang sering tinggal berjauhan sama ayah, bisa berkumpul begini rasanya sungguh
membahagiakan.”
Julia memainkan air yang berkecipak di bawah bangku tempatnya duduk. Saat air sedang pasang, bangku-bangku untuk bersantai di
pinggir pantai menjadi basah.
Belum mereka ngobrol, datang Nia dan Rohendi yang siap berenang, juga Intan dan Max yang berjalan bergandengan.
“Ayah dan ibu masuk aja berenang ke sana, sini biar barang-barangnya aku yang bawain,” teriak Julia yang selalu sigap dalam segala kondisi dan situasi.
“Eh, tidak apa-apa, biar ibu aja yang bawa atuh,” jawab Nia tak ingin merepotkan anaknya. Julia mengambil tas itu dari tangan Nia. Ia ingin melihat ayah dan ibunya bersenang-senang di pulau yang belum pernah mereka datangi.
Mau tidak mau Zach juga membantu membawa tas besar milik Intan dan Max yang berisi baju ganti beberapa sunscreen, sunblock, handuk dan kain bali. Mereka berjalan di belakang orang tua masing-masing.
Awalnya mereka berenam berjalan beriringan, tetapi karena para orang tua sudah punya rencananya sendiri, mereka berdua akhirnya
tertinggal di belakang.
Intan memang selalu membawa banyak perlengkapan di dalam tasnya. Tentu saja tas wanita yang berisi penuh barang itu terasa riweh
untuk Zach. Ia memindahkan tas itu dari bahu kiri ke bahu kanan. Sesaat kemudian ia menurunkan tas itu lalu menentengnya. Wajahnya benar-benar tidak bisa dikondisikan untuk tersenyum.
“Kakak kenapa manyun aja dari tadi?” Julia tertawa melihat ekspresi Zach yang terlihat sangat ‘tersiksa’
Keisengan Zach kumat. Ia memercikkan air laut ke wajah Julia karena merasa ditertawakan. “Ih, kakak, kenapa disiram? Nih rasain, kubalas ya!” Julia tak mau kalah, menyiramkan air laut juga ke wajah Zach. Mereka akhirnya perang air pantai sambil tertawa-tawa gembira, tanpa memedulikan barang bawaan mereka yang basah.
aya2 wae nya nu mna w atuh neng ga ujung2 na mh dikunyah jg😫😁