Dinikahi Karena Mandul

Setelah gagal mencari bantuan dari ayahnya sendiri, Gery tetap memutar otaknya untuk bisa segera mendapatkan uang. Kali ini, satu-satunya jalan adalah menjual aset yang ia miliki. Apa pun itu.

Gery menemui salah satu rekan bisnisnya di sebuah restoran di pusat kota. Kali ini, Gery sengaja membawa sendiri mobil mewahnya itu ke restoran tersebut. Tujuannya menemui rekannya itu untuk menawarkan mobil mewahnya.

"Gery Rochstein, bagaimana kabarmu?" sapa Johnny Fow, teman bisnis Gery yang berhubungan baik dengannya sampai sekarang.

"Baik, Johnny. Bagaimana denganmu?"

"Yah, begini-begini saja."

"Sibuk mengurus bayi, huh?"

"Tidak juga. Bayiku diurus dengan baik oleh ibunya, dan bantuan dari babysitter-ku." kata Johnny basa-basi.

"Kabar yang bagus. Aku titip salam ke Imelda, ya?"

"Oke beres." Johnny dan Gery keluar gedung untuk melihat mobil Rolls Royce milik Gery. Mereka mulai bertukar pikiran di siang hari itu sambil menyumat rokok.

"Kamu yakin mau menjualnya?" tanya Johnny sambil melihat-lihat kondisi mobil mewah itu.

"Ya, aku cukup yakin. Aku butuh banyak uang, Johnny."

"Kenapa kamu nggak minta aja sama ayahmu?"

"Panjang urusannya. Mereka semua menolak untuk mendukungku. Padahal, aku sudah setia dengan wanita itu. Sialnya aku mungkin," kata Gery menumpahkan uneg-unegnya.

"Sebenarnya, aku juga menyayangkan keputusanmu sih. Tapi... Aku nggak punya kuasa apa-apa untuk mencegahmu."

Gery tersenyum kecil, tangannya sibuk memainkan korek. Sejujurnya, Gery sudah sangat ikhlas mobil kesayangannya itu dijual. Demi keberlangsungan bisnisnya, karyawannya, dan proyek Pure. Harus ada yang dikorbankan.

"Berapa tawaranmu untuk mobilku?" tanya Gery langsung membuka tawaran.

"Aku cuma punya 500 juta Noks, Gery."

"Jangan kamu tawar segitu. Harga mobil ini mencapai 1 miliar, Johnny. Harganya terlalu jatuh. Lagipula, mobil mewah ini masih dalam keadaan high quality."

"Maaf, Gery. Cuma segitu yang kupunya."

"Johnny, aku butuh banyak uang. Aku agak memaksa menawarmu dengan harga tinggi. Ayolah, naikkan sedikit. 800 juta Noks. Deal," kata Gery masih mencoba menawar temannya.

"Gery, jangan sok-sokan kasih aku harga tinggi. Mau ke siapa lagi kamu minta tolong? Cuma aku yang mampu beli mobil itu secara cash. Padahal aku juga sebenarnya tidak butuh-butuh amat," ujar Johnny tidak mau kalah.

"Kondisi mobilku sangat mulus. Aku tidak bisa kalau kasih harga 500 untukmu."

"Oke, oke. Jadi mohon maaf juga, aku tidak bisa membeli di atas harga itu." kata Johnny akhirnya mundur. Transaksi tawar menawar itu pun akhirnya selesai. Seperti yang sudah Johnny duga, Gery bukanlah orang yang mudah untuk mencapai kesepakatan dalam bernegoisasi. Gery selalu berusaha membuat lawan bicaranya benar-benar menuruti keinginannya, barulah semua itu berjalan dengan lancar.

"Gery, aku tidak tahu apakah ini bisa membantumu atau tidak. Aku akan memperkenalkanmu dengan seseorang, dia cukup suka dengan otomotif. Mungkin kamu membutuhkannya," kata Johnny memberi kontak pribadi seseorang yang bisa membantu penjualan mobilnya supaya laku.

Setelah itu, Gery berpamitan dan berpikir ulang untuk menjual mobilnya kepada seseorang yang tak dikenalnya itu. Karena nama pemilik kontak dari Johnny itu dinamai Mr. O'Nell.

Masa iya Gery harus menjual mobilnya kepada keluarga Tony O'Nell? Mau ditaruh di mana harga diri Gery?

...***...

Mobil mewah Maserati berwarna biru gelap meluncur dengan mulus di sebuah gedung universitas Gold . Pria yang mengemudi turun dengan perasaan penuh percaya diri. Semua mata tertuju padanya.

Bagaimana tidak, selain membawa mobil mewah, gaya Drew itu menarik perhatian. Berparas tampan, tubuh tinggi di atas 185 cm, serta pakaian yang bermerk, menebarkan pesona kepada kaum hawa yang ada di sana.

"Sayang, akhirnya kamu sampai juga!" seru seorang wanita bertubuh ramping dengan rambut panjang terurai indah sambil menggandeng tangan pria itu.

"Hai, Jenna. Sorry aku nggak ada kabar semalaman. Aku ada sedikit urusan, biasa. Bisnisku," kata Drew kepada gebetannya yang baru. Setelah putus dengan kekasihnya, Grace, tidak butuh waktu lama bagi Drew untuk mendapatkan kekasih lain.

"Oh, bisnis yang mana Drew?"

"Yang PH, aku sedang mencari talent-talent untuk TV seri," katanya bangga. Sang wanita yang tampak menganggap pria bernama Drew itu adalah pacarnya, tersenyum lebar. Ia tampak senang dengan pernyataan Drew yang sibuk di usia muda.

Padahal, bukan itu kenyataannya. Tiga jam yang lalu, Drew berada di sebuah apartemen wanitanya yang satu lagi. Ia semalaman menginap, dan mengatakan kepada kekasihnya ini jika sedang bekerja.

Bahkan, sisa rasa bermalam bersama wanita itu masih ada di otak Drew. Bukan Drew namanya jika ia tidak bisa menyembunyikan perasaan tersebut.

"Sayang, kamu pakai parfum baru ya? Kok baunya manis banget, nggak seperti biasanya," kata Jenna. Drew terkekeh, ia bisa mengatasi ini dengan kebohongan lain.

"Ini parfum Gery. Aku mencobanya tadi, karena menurutku ini wangi. Kamu suka nggak, kira-kira?"

"Lumayan suka. Karena ini seperti parfum untuk wanita," kata Jenna sambil berjalan menyeimbangi langkah panjang Drew. Pria tampan itu menyunggingkan senyum, ia tahu sebenarnya semua wanita punya insting kuat jika pasangan mereka berbuat macam-macam. Namun Drew punya cara jitunya.

Drew merangkul pundak Jenna, dan mencium ubun-ubun kepala wanita cantik itu. "Kalau kamu suka, akan aku belikan untukmu sebagai hadiah."

Mendengar suara lembut Drew, Jenna seolah terenyuh. Apalagi tatapan Drew yang seakan memperlihatkan bahwa Jenna adalah wanita paling beruntung di dunia ini.

"Tentu saja aku mau!"

"Tunggu kejutan hadiahku yang lainnya, sayang. Besok kita akan makan malam di restoran mewah. Dan aku akan menjemputmu dengan mobilku yang lain," kata Drew sambil mengedipkan mata kirinya. Giginya yang rapi dan cerah itu sangat menyegarkan mata.

"Yeay, asyik!"

Setelah berjalan menelusuri gedung kampus itu, ponsel Drew tiba-tiba berbunyi. Drew segera mengangkat telepon tersebut.

"Drew, pulanglah malam ini! Aku ingin bicara denganmu!"

"Ada apa, Dad?"

"Sebaiknya kamu menuruti perintahku. Jangan datang ke klub malam langgananmu itu. Kehidupan pribadi kakakmu sedang disorot, begitu juga dengan kehidupan kita."

Drew mengerutkan dahi, apa hubungannya dia dengan Gery? Apakah Gery melakukan kesalahan fatal?

"Dad, jangan basa-basi. Apa kaitannya denganku?"

"Sebaiknya kamu buka pesan dariku. Supaya aku tidak perlu menelponmu!" telepon dari ayahnya itu tiba-tiba terputus. Seketika Drew membuka pesan dari sang ayah, tertera sebuah link sebuah portal berita mengenai isu kebangkrutan Spark.

Drew membasahi bibirnya. Selalu seperti ini. Setiap kali kakaknya kesulitan, Phillip selalu mengaitkannya. Phillip selalu menyuruh Drew untuk diam dan tidak banyak tingkah. Padahal, itu urusan Gery, bukan urusannya. Mengapa dia selalu ikut merasakan beban dari Gery?

*