Di hari pertama masuk kerja di sebuah perusahaan besar tanpa sengaja di tengah jalan menuju perusahaan Safira menabrak sebuah mobil mewah. Karena terburu-buru Safira hanya bisa meminta maaf dan memberikan nomor ponselnya agar dia bisa ganti rugi.
Dan ketika Safira tiba di rumah pria tampan pemilik mobil itu, Safira tidak mampu membayar biaya perbaikan mobil yang terbilang sangat mahal baginya.
"Kebetulan saat ini saya sedang kekurangan pembantu. Jika kamu mau saya bisa membayarmu 10 juta perbulan."
Tawaran seperti itu, bisakah Safira menolak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Volis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Pergi Ke Pesta
Di sore hari penata rias yang diundang oleh Azmi atas perintah Amar datang dan mulai merias Safira.
Duduk di sofa sambil bermain game dengan ponselnya untuk menghabiskan waktu, Azmi mendengar suara sepatu mengangkat kepalanya dari layar ponsel dan melihat Amar yang baru pulang dari perusahaan.
“Kak Amar sudah pulang. Kakak ipar sedang berganti pakaian di atas sekarang. Kakak juga bisa berganti pakaian segera. Aku dengar acaranya di mulai jam 7. Sekarang sudah jam 6.“ Azmi berkata mengingatkan melirik waktu yang ditampilkan di layar ponselnya.
Amar mengangguk dan hendak naik ke atas saat tiba-tiba mendengar suara dari tangga.
Amar dan Azmi melirik ke arah suara dan melihat Safira yang telah berdandan turun dari tangga dengan bantuan penata rias berjalan ke arah mereka.
Keduanya terkejut melihat penampilan Safira.
Gaun biru itu menguraikan lekuk tubuh Safira dengan sempurna. Rambut panjangnya yang bergelombang di sampirkan di bahu kirinya menghalangi salah satu bahunya yang cantik. Sebuah kalung berlian berbentuk titik air biru tersemat di lehernya, menonjolkan garis leher dan klavikulanya yang indah.
Riasan wajahnya dibuat glamor, namun tetap anggun. Safira yang seperti ini bagaikan seorang putri yang menghadiri perjamuan istana.
Amar terpesona dengan penampilan Safira menatapnya dengan linglung.
“Kak Amar, bagaimana penampilan Kakak ipar. Kakak ipar sangat cantik, kan?” kata Azmi melihat Amar terus menatap Safira.
Safira yang tiba di depan keduanya juga menatap Amar tersenyum kecil melihatnya terpesona juga menunggu tanggapannya.
Amar tersadar setelah mendengar ucapan Azmi. “Kamu sangat cantik,” puji Amar.
“Benar. Aku yakin Kakak ipar pasti yang paling cantik di pesta malam ini,” tambah Azmi mengacungkan jempol untuk Amar dan Safira.
Safira tersipu malu mendengar ucapan Amar dan Azmi yang sepertinya terlalu memujinya. Apakah dia benar-benar secantik itu?
“Kak Amar masih tidak cepat-cepat berganti pakaian!” teriak Azmi melihat Amar masih berdiri di sana tanpa niat untuk pergi.
“Aku akan berganti pakaian dulu. Kamu tunggu sebentar,” kata Amar pada Safira dan berjalan cepat ke lantai atas.
°°°°°
~Hotel Magnolia.
Para wartawan dan reporter sudah membanjiri di luar karpet merah menunggu sekaligus memotret para tamu undangan yang datang. Banyak reporter yang hadir dalam pesta malam ini karena Magnolia grup merupakan salah satu perusahaan besar yang berkecimpung dalam industri hiburan.
Jadi pasti akan banyak artis yang hadir dalam pesta malam ini. Apalagi dari berita yang beredar putra CEO Magnolia grup akan mengumumkan pertunangan malam ini.
Para wartawan dan reporter tidak akan mau ketinggalan berita besar seperti itu. Mereka berlomba-lomba untuk membuat tajuk berita yang paling menarik untuk ditampilkan di halaman surat kabar elektronik, situs web, dan media sosial lainnya.
Sebuah mobil Rolls-Royce berwarna biru tiba-tiba berhenti di depan karpet merah yang menarik perhatian para wartawan. Lensa langsung terus berkedip mengarah ke mobil itu.
Pintu mobil depan terbuka dan seorang pria berjas yang mereka yakini sebagai Lukas asisten CEO Dati Grup segera berlari ke belakang membuka pintu mobil penumpang belakang.
Fotografer langsung mengambil gambar melihat pria yang keluar dari mobil benar-benar CEO Dati grup. Pria yang tidak kalah tampan dan terkenal dari artis di industri hiburan.
Amar berjalan ke pintu mobil yang lain dan membukanya. Dia mengulurkan tangannya ke depan dan sebuah tangan putih dengan kuku bercat biru muda terulur meletakkannya di atas tangan Amar.
Sepatu hak tinggi biru dengan kaki mulus dan putih perlahan keluar dan menapak di atas karpet merah. Reporter sangat ingin tahu siapa wanita yang sangat beruntung bisa datang ke pesta bersama CEO muda itu. Karena sebelumnya Amartya selalu datang ke pesta seorang diri, ini pertama kalinya dia datang dengan seorang pendamping wanita. Momen ini harus menjadi berita besar besok.
Safira meletakkan tangannya di atas tangan Amar dan perlahan keluar dari mobil. Dia langsung merasa dibutakan oleh lampu flash kamera yang terus berkedip. Safira menutup matanya, lalu membukanya lagi mencoba terbiasa dengan lampu yang terus berkedip.
“Ada apa? Kamu tidak enak badan?” tanya Amar melihat Safira menunduk.
“Tidak apa. Aku hanya merasa gugup,” jawab Safira.
“Jangan khawatir. Kamu bisa memegang tanganku. Aku akan menuntunmu masuk.”
Safira mengangguk. Amar menarik tangan Safira dan meletakkannya di lengannya. Keduanya lalu berjalan melintasi karpet merah bersama.
Fotografer segera berlomba-lomba mengabadikan momen tak terduga ini. Keduanya terlihat sangat serasi, bahkan warna pakaian mereka juga sama. Pria dan wanita cantik berjalan bersama saling bergandengan tangan pasti akan menjadi gambar halaman depan berita besok.
°°°°°
Memasuki aula perjamuan, Amar langsung disambut oleh pemilik acara, Pak Haryo dan putranya.
“Pak Amartya, selamat datang,” sambut Pak Haryo mengulurkan tangan ingin menjabat tangan Amar.
“Selamat Pak Haryo atas pembukaan hotel barunya,” balas Amar memegang tangan Pak Haryo.
“Ya, terima kasih. Ini putra saya, Galih. Galih, ini Pak Amartya rekan bisnis Papa,” kata Pak Haryo memegang pundak putranya.
Pak Amartya telah menjadi CEO perusahaan internasional di usia yang begitu muda, benar-benar kalah jauh dari putranya yang masih menjabat sebagai karyawan biasa di usia yang tidak jauh berbeda.
Galih dan Amar saling berjabat tangan berkenalan.
“Saya dengar putra Anda akan mengumumkan pertunangannya malam ini?” tanya Amar melirik Pak Haryo.
“Aku tidak menyangka Pak Amartya juga mendengar hal ini. Ngomong-ngomong siapa wanita cantik di samping Anda ini?” tanya Pak Haryo melihat Safira yang terus menggandeng lengan Amartya.
Ini pertama kalinya dia melihat Amartya membawa pendamping wanita ke pesta. Jadi dia cukup penasaran.
“Ini istri saya, Safira. Safira ini Pak Haryo,” kata Amar memperkenalkan.
Safira mengangguk ke arah Pak Haryo.
“Oh, ternyata ini Nyonya Amartya. Maaf, saya baru tahu. Kapan Anda menikah? Kenapa tidak ada berita maupun undangan?” tanya Pak Haryo terkejut. Tidak menyangka wanita pertama yang dibawa Amartya ke pesta ternyata adalah istrinya.
“Pernikahan kami tertutup. Hanya anggota keluarga saja. Tapi, saya pasti akan mengundang Anda saat resepsi nanti.”
“Baiklah. Saya ucapkan selamat sebelumnya. Kalau begitu saya tinggal sebentar. Silakan menikmati jamuannya.”
“Silakan.”
Setelah Pak Haryo dan putranya pergi untuk menyambut tamu lain, Amar menuntun Safira menuju salah satu meja yang masih kosong.
“Tunggu di sini. Aku akan pergi mengambil beberapa kue untukmu,” ucap Amar menarik kursi membiarkan Safira duduk.
“Baik.” Safira duduk dengan patuh.
Saat Amar pergi mengambil kue untuk Safira, dua orang tiba-tiba datang dan duduk di kursi kosong meja Safira.
Orang itu adalah Aditya dan Arini.
“Safira, itu benar-benar kamu? Aku hampir tidak mengenalimu. Kamu sungguh berbeda, terlihat sangat cantik hari ini,” kata Arini yang duduk di samping Safira.
Aditya yang duduk di samping Arini juga menatap Safira dengan takjub. Safira yang berdandan bisa menjadi sangat cantik.
“Kamu juga cantik, kok,” balas Safira. Dia bisa melihat Arini juga berubah banyak setelah menjadi pacar Aditya.
Arini yang biasanya pendiam dan tidak suka tersenyum kini menjadi lebih ceria dan glamor.
“Kebetulan kita bertemu di sini. Karena kamu sekarang pacar Amartya, bisakah kamu membujuknya untuk bekerja sama dengan perusahaan papaku. Kerja sama ini pasti akan menguntungkan kedua perusahaan,” kata Aditya tiba-tiba.
“Maaf, aku tidak bisa. Masalah perusahaan Amar, itu urusannya sendiri. Aku tidak akan ikut campur dalam urusannya,” tolak Safira.
Amar membawa sebuah piring yang berisi kue dan segelas jus melihat dua orang asing duduk di meja yang sama dengan istrinya.
Aditya dan Arini yang melihat Amar datang segera menyapa. “Hai, Pak Amartya.”
Amar meletakkan piring dan jus di depan Safira tidak melihat kedua orang yang menyapanya. “Aku tidak tahu kue apa yang kamu suka. Jadi aku mengambil beberapa macam,” kata Amar. Lalu duduk di samping Safira.
Aditya dan Arini sedikit malu Amar tidak membalas mereka.
“Terima kasih,” kata Safira tersenyum pada Amar.
“Pak Amartya, Anda masih ingat saya. Kita pernah bertemu di lapangan golf bersama Pak Bara,” ucap Aditya mencoba menarik perhatian Amar sekali lagi.
“Ya, saya ingat. Kamu Aditya.” Amar ingat pria yang disukai Safira dalam buku hariannya bernama Aditya. Apakah itu pria ini?
“Iya, saya Aditya. Anda masih ingat mengenai kerja sama yang saya sebutkan hari itu. Saya...”
“Maaf. Saya tidak ingin membicarakan bisnis malam ini.” Amar menyela perkataan Aditya.
Aditya hanya bisa berhenti, Amar sepertinya tidak ingin berbicara dengannya. Dia lalu meminta undur diri dan membawa Arini meninggalkan meja keduanya.
°°°°°
kasian itu
♥️♥️♥️♥️
Suka banget cerita kayak gini, tentang CEO konglomerat yang baik hati dan nggak angkuh.
ayo ajukan kontrak...
agar mkn bnyak pembaca..