Sadiyah, seorang gadis yatim piatu, terpaksa harus menerima perjodohan dengan cucu dari sahabat kakeknya. Demi mengabulkan permintaan terakhir sahabat kakeknya itu, Sadiyah harus rela mengorbankan masa depannya dengan menikahi pria yang belum pernah ia temui sama sekali.
Kagendra, pengusaha muda yang sukses, terpaksa harus menerima perjodohan dengan cucu dari sahabat kakeknya. Disaat ia sedang menanti kekasih hatinya kembali, dengan terpaksa ia menerima gadis pilihan kakeknya untuk dinikahi.
Setelah pernikahan itu terjadi, Natasha, cinta sejati dari Kagendra kembali untuk menawarkan dan mengembalikan hari-hari bahagia untuk Kagendra.
Apakah Sadiyah harus merelakan pernikahannya dan kembali mengejar cita-citanya yang tertunda? Akankan Kagendra dan Natasha mendapatkan cinta sejati mereka?
Siapa yang akan bersama-sama menemukan cinta sejati? Apakah Sadiyah dan Kagendra? Ataukah Natasha dan Kagendra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raira Megumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Harapan Aki Musa
Setelah selesai makan malam bersama, semuanya berkumpul di ruang tengah sambil mengobrol ringan. Para orangtua duduk di sofa sedangkan Kagendra, Sadiyah dan Alena duduk di lantai yang beralaskan karpet tebal.
“Iyah, Endra!” panggil Aki Musa.
“Iya Aki," sahut Sadiyah dan Kagendra hampir bersamaan.
“Aki harap kalian bisa menjalankan kehidupan rumah tangga kalian dengan baik. Aki selalu mendo’akan semoga rumah tangga kalian menjadi rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah. Aki harap Endra bisa melindungi dan menyayangi Sadiyah. Aki sadar kalau kalian menikah tidak didasari oleh rasa cinta. Tapi Aki yakin kalau rasa cinta akan hadir seiring dengan waktu. Banyak pasangan yang menikah karena cinta tapi berakhir juga, sebaliknya banyak juga yang menikah tanpa cinta diawal tapi bisa awet sampai maut memisahkan. Contohnya kisah Aki sama Nini kamu. Kami dijodohkan dan menikah tanpa ada rasa cinta. Tapi kami berdua, Aki dan Nini kamu berusaha untuk menghadirkan cinta itu. Alhamdulillah cinta kami semakin kuat hingga Nini kamu meninggalkan Aki lebih dulu.”
Aku Musa meneteskan air matanya karena kerinduan pada belahan hatinya yang telah meninggalkannya dua tahun yang lalu.
“Aki merasa semakin dekat waktu bagi Aki untuk berkumpul bersama dengan Nini kamu lagi. Sekarang hati Aki sudah tenang karena kamu sudah menikah dengan cucu sahabat baik Aki. Aki mohon sama kamu agar tidak menyianyiakan kepercayaan Aki pada kamu. Jangan membuat Aki malu ketika nanti bertemu dengan Aki Idi.” Aki Musa menepuk bahu Kagendra lalu mengelus lembut kepala Sadiyah.
“Kalian sanggup untuk menjaga amanah yang Aki titipkan pada kalian?” tanya Aki Musa.
Kagendra dan Sadiyah menganggukkan kepala mereka bersamaan.
“Yusuf anak Abah dan Indri menantu Abah. Abah mohon pada kalian untuk menjaga Kagendra dan Sadiyah. Tegur mereka jiga mereka mulai melenceng dari koridor yang benar. Terutama Endra, Abah paham kalau Endra menerima permintaan Abah karena rasa sayang dan hormatnya pada Abah. Tolong bantu Endra agar mampu menakhkodai kapalnya agar ia menjadi imam yang baik bagi istrinya,” pinta Musa kepada anak dan menantunya.
“Iya, Abah. Insya Allah, Indri akan berusaha untuk menjalankan amanah yang Abah diberikan pada kami,” ucap Indriani sambil meneteskan air matanya. Ia menyadari bahwa perkataan dari mertuanya ini seolah-olah nasihat dan permintaan terakhir pada mereka. Indriani sering melihat mertua laki-lakinya itu menangis sambil memandangi foto mendiang istrinya. Ia sangat yakin jika mertua laki-lakinya itu sangat merindukan istrinya.
“Terima kasih, Nak. Terima kasih telah menjadi menantu yang sangat baik.” Musa teringat dengan pernikahan Yusuf dan Indriani yang sangat ditentang olehnya. Namun keteguhan Indriani telah membuka hati Musa sehingga ia menjadi sangat sayang pada menantunya itu.
“Iya Abah.” Indriani mulai terisak yang kemudian bahunya dipeluk oleh Yusuf, suaminya.
“Maafkan Abah, Nak.” Musa memeluk Indriani yang membuat Indriani semakin terisak.
“Jaga dan lindungi istri kamu bahkan dengan nyawa kamu. Sayangi istri kamu jangan sampai menyakitinya,” nasihat Musa pada Yusuf anaknya.
“Iya Abah.” sahut Yusuf.
Alena yang duduk sendiri merasa terharu sekaligus sedih mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Akinya. Bergegas ia beranjak dari duduknya menuju Akinya. Ia memeluk Aki Musa dengan erat.
“Lena sayang banget sama Aki.”
“Lena sayang, maafkan Aki jika nanti Lena menikah, Aki tidak bisa mendampingi,” ujar Aki Musa.
“Aki gak boleh bilang gitu. Pokoknya Lena mau kalau Aki menyaksikan Lena menikah. Aki gak boleh ngomong bagitu.” Lena semakin mengeratkan pelukannya dengan air mata bercucuran.
“Makanya cepat dong kenalkan calon kamu pada Aki,” goda Aki Musa.
“Aki mah suka gitu deh. Kan Aki juga tahu kalau Lena belum punya calon,” ujar Alena manja sambil menyusut air matanya.
“Do’akan saja agar umur Aki panjang supaya bisa melihat kamu menikah.”
Aki Musa mengelus sayang puncak kepala cucu perempuannya itu.
“Lena sayang banget sama Aki.” Alena kembali memeluk erat Aki kesayangannya.
“Sudah malam. Ayo kita pulang! Jangan mengganggu pengantin baru,” ajak Aki Musa.
Sadiyah dan Kagendra mencium punggung tangan Aki Musa, Yusuf dan Indriani.
“Cepat beri cicit buat Aki!” bisik Aki Musa pada telinga Kagendra.
Kagendra menampilkan ekspresi yang datar mendengar permintaan Akinya itu.
Yusuf menepuk bahu anaknya seakan memberikan semangat agar segera memberikan cucu padanya.
Indriani memeluk putra sulungnya itu sambil berbisik juga, “Selamat bekerja anak ibu yang ganteng. Beri Ibu cucu yang banyak.”
Kagendra juga memberikan ekspresi yang datar mendengar bisikan dari Ibunya.
*************
to be continued...
semangat