Memuaskan Nafsu Kakak Ipar

"Entah aku bisa memaafkan kakak atau tidak, yang terpenting sekarang tolong antar kan aku ke tempat Cella. Aku mau bertemu dengannya dan juga bayinya," jawab Boy melepas pelukannya.

"Oke, tapi kakak benar-benar berharap jika kamu memaafkan kakak Boy," balas Brian lalu masuk ke dalam mobilnya.

***

Sepanjang perjalanan Brian dan juga Boy hanya saling diam satu sama lain. Boy sendiri larut memikirkan Cella, sedangkan Brian larut memikirkan rencananya selanjutnya.

Tak butuh waktu lama, Brian dan Boy akhirnya tiba di rumah sakit tempat Cella melahirkan putranya.

Boy dan Brian segera turun dan langsung bergegas untuk menuju ruangan Cella.

"Ayo Boy, lebih cepat," ucap Brian bergegas.

Boy tak menjawab. Ia hanya mempercepat langkahnya hingga mereka tiba di depan kamar rawat Cella.

Boy yang sudah tidak sabar, lalu membuka pintu kamar tersebut. Namun alangkah terkejutnya Boy saat ia mendapati orang lain di sana, buka Cella mantan istrinya.

Dengan wajah merah dan malu, ia kemudian pergi menemui Brian yang sudah senyum-senyum sendiri di luar ruangan tersebut.

"Kak. Apa kakak mempermainkan aku? Katakan yang sesungguhnya, dimana Cella berada, dan jangan coba membohongiku kak," ucap Boy dengan kesal.

"Hey, apa maksudmu. Cella ada di dalam. Apa matamu buta?" jawab Brian menunjuk ruangan Cella.

"Kakak lihat saja sendiri. Dia tidak ada di dalam. Itu orang lain kak. Bukan Cella," jawab Boy mendengus.

Brian pun melindik melalui kaca pintu ruangan tersebut, dan benar saja. Yang berada di dalam itu bukan Cella, melainkan wanita lain yang baru saja selesai melahirkan.

"Tapi ini.. Ini benar-benar ruangan Cella Boy. Kakak melihat dengan mata kepala kakak sendiri, Niko masuk ke dalam sini dan menemui Cella," jawab Brian membuat Boy cemburu dan terkejut.

"A.. Apa? Niko? Niko yang Ayahnya kita habisi waktu itu?" jawab Boy kembali bertanya.

"Ya, kamu benar sekali. Keluarga mereka memang selalu mencari masalah dengan kita," ucap Bria n seperti menyimpan amarah.

"Lalu kemana dia membawa Cella? Apa dia sudah keluar dari rumah sakit ini." tanya Boy menerka-nerka.

"Sebentar, kakak akan tanya petugas dulu.

Setelah menanyakan informasi mengenai Cella, Brian segera kembali dan mengatakan jika Cella memang sudah keluar dari rumah sakit ini tadi pagi-pagi sekali.

Sepertinya dia mengetahui keberadaan Brian di negara penghasil ginseng terbesar itu.

"Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang kak?" tanya Boy dengan raut wajah kecewanya."

"Kita akan mencarinya sampai ketemu. Kamu tenang saja," jawab Brian mencoba memikirkan rencana selanjutnya.

Sedangkan Cella, Niko dan juga Ibu Mita baru saja tiba di rumah yang pernah mereka beli sewaktu bekerja di negara ini.

Mereka akan menetap dalam waktu hang cukup lama.

Niko sengaja meminta pulang lebih cepat karena ia mendapatkan kabar jika Brian dan juga Boy juga bertolak ke Korea.

Tak hanya itu, Niko juga sempat melihat Brian berada di rumah sakit yang sama dengan Cella di rawat saat ia akan ke kantin untuk membeli makanan.

"Niko, kenapa kita pulangnya buru-buru sekali?" tanya Ibu Mita saat mereka hanya berdua.

"Ma, Brian dan juga Boy juga ada di negara ini. Bahkan aku juga pernah melihat Brian di rumah sakit. Aku takut jika dia akan menemukan kita ma," jawab Niko membuat Ibu Mita salut kepada putranya itu.

Mita yakin jika anaknya Niko benar-benar mencintai janda anak satu itu.

"Kamu memang pintar Boy. Kalau menurut mama, segeralah temui dokter Kim untuk menjadwalkan waktu operasi plastik bagi Cella. Lebih cepat lebih baik nak," jelas Ibu Mita pada anaknya itu.

"Tenang ma. Aku sudah menghubungi dokter Kim. Dia bilang, Cella akan menjalani operasi plastik setelah sebulan melahirkan," jawab Niko yang sudah bergerak cepat.

"Ya sudah, kalau begitu, selama satu bulan ini, Cella jangan dulu keluar dari rumah ini. Mama takut jika kedua kakak beradik itu akan menemui Cella dan membawanya pergi," balas Ibu Mita yang langsung di balas dengan anggukan oleh Niko.

Selama hampir satu bulan ini, Brian dan 1Boy masih berada di negara ginseng ini. Ia sudah mencari Cella kemana-mana, namun tetap tak berhasil menemukan Cella dan juga Niko.

Sementara itu, Michel yang di tinggal selama hampir satu bulan kini sedang menunggu hari persalinannya.

Sudah hampir satu bulan Boy tak memberinya kabar. Meski begitu, Boy selalu menyuruh seseorang untuk datang guna membantu pekerjaan rumah Michel. Selain itu dia juga menyiapkan supir yang siap dua puluh empat jam untuk mengantar Michel jika saja wanita itu akan lahiran dalam waktu dekat selama ia tidak berada di dalam negeri.

"Kamu dimana Boy? Kenapa tak memberi kabar sama sekali?" ucap Michel bertanya-tanya.

Dibelahan dunia lainnya, Cella tengah bersiap-siap untuk menjalani operasi bedah plastiknya.

"Kamu siap Cella?" tanya Niko kepada Cella yang sudah berbaring di brankar dan akan masuki ruangan operasinya.

"Siap, doain aku ya kak, Bu," jawab Cella meminta doa Ibu Mita dan juga Niko.

"Dokter Kim, mohon lakukan yang terbaik untuk Cella," ucap Niko sebelum masuk ke ruangan operasi.

.

.

"Kak, aku baru saja mendapat kabar jika Niko berada di Indonesia. Apa kakak yakin jika laki-laki yang bersama Cella itu adalah Niko?" ucap Boy saat mereka tengah menikmati makanannya.

"Kakak yakin Boy. Apa jangan-jangan Niko dan juga Cella sudah pulang ke Indonesia?" jawab Brian menerka-nerka.

"Bisa jadi kak. Kalau gitu kita pulang saja. Jika saja terbukti Cella bersama dengan Niko, maka akan aku pastikan dia akan menyusul Ayahnya ke neraka," ucap Boy mengepalkan tangannya.

"Ya, kamu benar, sebaiknya kita pulang dulu," balas Brian menyetujui pendapat adiknya itu.

"Oke. Kita akan berangkat besok," jawab Boy lalu pergi meninggalkan Brian.

Beberapa jam kemudian, lampu tanda berlangsungnya operasi telah dimatikan. Dengan segera, Niko dan Ibu Mita menghampiri pintu yang sudah terbuka lebar itu.

"Bagaimana dokter Kim?" tanya Niko harap-harap cemas.

"Operasinya berjalan lancar. Besok pagi kita akan sama-sama melihat hasilnya," jawab dokter Kim.

"Lalu kapan kita bisa menemuinya?" tanya Ibu Mita tak sabaran.

"Nanti sebentar lagi tim kami akan memindahkannya ke ruang rawat inap. Kalian bisa menemuinya di sana," jawab dokter Kim lalu pergi meninggalkan Niko dan juga Mamanya.

Benar saja, beberapa saat kemudian, para tim medis memindahkan Cella ke ruang rawatnya. Saat itu keadaan Cella masih belum sadarkan diri.

"Niko, mama pulang dulu ya. Kasihan Cahaya di titipkan lama-lama sama baby sitter," ucap Ibu Mita pamit pulang untuk melihat Cahaya.

"Iya ma. Oh ya, jangan lupa pakai kaca mata mama dan juga maskernya. Aku mendapatkan kabar dari anak buah ku, jika Brian dan juga Boy masih berkeliling mencari keberadaan kita.

Jika mama melihat ada yang mencurigakan, jangan langsung pulang ke rumah. Pergilah menghilang ke tempat lain sampai keadaannya aman. Nanti anak buah Niko akan menemani mama dari kejauhan," ucap Niko mewanti-wanti mamanya.