Panglima perang Lei Guiying menyusun rencana menyusup menjadi pengantin wanita agar dapat melumpuhkan musuhnya. Namun siapa sangka aliansi pernikahan yang seharusnya menuju negara Menghua. Justru tertukar dan harus menikah di negara Dingxi sebagai Nona Muda pertama dari kediaman Menteri yang ada di negara Menghua.
Lei Guiying menikah menjadi selir pangeran kesembilan. Begitu banyak intrik dan sekema besar terus terikat. Membuat gadis itu harus terus bertahan menjadi seorang pengantin aliansi dari negara lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suami istri dalam status
Setelah empat jam mengapung di atas air sungai. Kapal berlabuh di salah satu dermaga kecil. Dermaga cukup ramai di penuhi warga sekitar yang akan melakukan pelayaran. Atau orang-orang yang baru saja kembali.
"Nona." Pria muda itu mengulurkan tangannya untuk membantu gadis muda di depannya. Agar pijakan yang ia lakukan dapat stabil.
Lei Guiying tidak menanggapi, dia langsung melangkah menuruni kapal dengan santai. Gadis itu memberikan hormat lalu berjalan pergi menuju tempat penyewaan kereta. "Tuan. Anda bisa mengantarkan saya kembali ke kota Rong?"
"Nona, untuk bayarannya akan berkali-kali lipat dari harga normal. Apa anda tidak keberatan?" ujar kusir kereta dengan sopan.
"Tidak masalah." Baru saja Lei Guiying ingin memberikan uang kepada kusir kereta. Dari arah belakang pria muda itu sudah memberikan sejumlah uang bernilai seratus tahil. Kusir kereta terlihat semakin bersemangat setelah mendapatkan uang dengan jumlah besar. "Pastikan dia kembali dalam keadaan selamat." Menatap kearah pria paruh baya yang sudah duduk santai di kereta bagian luar.
"Baik."
Pria muda itu menatap gadis muda di depannya. Senyumannya sangat indah bahkan gadis lain pasti akan langsung tergila-gila kepadanya. Tapi gadis di depannya berbeda. Penolakan terus dia dapatkan tanpa adanya celah yang bisa ia masuki. "Nona, jika suatu saat kita bisa bertemu kembali. Mungkin di saat itu juga suami mu tidak akan bisa menahan keputusanku." Berlalu pergi dengan senyuman manis di wajahnya.
Lei Guiying melirik sebentar lalu melangkah masuk kedalam kereta. Kali ini dia pergi tanpa pemberitahuan terlebih dulu kepada pangeran kesembilan. Keranjang buah miliknya juga tertinggal di atas jembatan penyebrangan. "Tuan, membutuhkan berapa lama untuk sampai di kota Rong?"
"Nona, paling cepat perjalanan akan memakan waktu setengah hari. Paling lama satu hari penuh. Untuk perkiraan waktu sendiri kita bisa saja sampai besok pagi," jelas kusir kereta.
Kereta melaju kurang dari sepuluh menit.
Lei Guiying menghela nafas dalam di hatinya. Dia menyandarkan tubuhnya mencoba untuk tetap santai. "Tuan tolong berhenti di kedai terdekat."
"Baik."
Kereta berhenti di salah satu kedai yang berada di jalur kecil. Kedai itu cukup ramai di datangi pengunjung bahkan tempat duduk hanya tinggal satu meja dengan tiga kursi. Gadis itu turun di ikuti kusir yang langsung memesankan mie daging.
"Nona, saya akan menunggu di sana."
"Tuan, anda juga harus makan. Anda bisa duduk di sini dengan ku. Perjalanan masih sangat jauh." Lei Guiying menatap pria itu dengan hangat. "Pelayan tambah satu mie dengan tambahan daging."
Dengan sedikit perasaan tidak enak pria paruh baya itu juga duduk di depan penyewa keretanya. Setelah mie di sajikan mereka menyantap dengan lahap tanpa ada sisa. Dan melanjutkan kembali perjalanan yang masih memakan waktu berjam-jam. Di dalam kereta yang melaju Lei Guiying mengeluarkan plakat giok kecil dengan ukiran nama di atasnya. Tertulis satu nama Jian Huan. Nama pria muda yang telah memaksa dirinya untuk ikut dalam pelayaran. Gadis itu pernah mendengar tentang keluarga Jian. Keluarga bangsawan paling di hormati karena leluhur mereka ikut membantu dalam perebutan tahta Kaisar terdahulu. Menjadi bangsawan paling berpengaruh sepanjang sejarah kepemimpinan Kaisar Shui Ding Feng.
"Dia bisa menjadi salah satu pedang tajam untuk menerobos masuk pertahanan negara ini." Memaikankan plakat giok di tangannya lalu menyimpannya di balik lipatan gaunnya. Dia hampir melupakan rasa sakit di kaki kirinya. Saat dia membuka gaun bagian bawah. Dia mendapati lebam cukup besar pada bagian kakinya. Lei Guiying sadar jika luka di kakinya karena perbuatan Tuan muda Jian. Pria muda itulah yang telah melemparkan kerikil kecil kearah kakinya agar dapat menangkap gadis muda di dalam pelukannya.
Kereta terus melaju meski sudah melewati tengah malam. Di dalam hutan kereta tidak bisa berhenti karena bisa mengundang bandit atau perampok. Suara hewan malam terdengar saling bersautan. Di tambah angin semakin bertiup kencang membuat suara gesekan pada pepohonan.
"Yuuuuhhhh..." Kekang kuda di tarik paksa di saat gerombolan orang-orang menunggangi kuda menghadang jalur utama. "Nona." Kusir terlihat panik.
Lei Guiying menyibak kain penutup kereta. Dia melihat pria muda yang ada di barisan paling depan menatap dirinya dengan tajam. "Tuan, jangan takut dia suamiku." Gadis itu turun dari kereta.
Begitu juga dengan Shui Long Yin yang langsung turun dari atas kudanya. Pria itu mendekat menarik kuat tangan istrinya. Tubuh kecil Lei Guiying di angkat ke atas kuda sedangkan Shui Long Yin dengan sigap melompat duduk di belakang istrinya. Tangan kirinya melingkar kuat di pinggang istrinya. Di saat Lei Guiying memberontak tangan kekar yang ada di perut gadis itu justru semakin kuat. "Ciahhh..." Kuda melaju kencang menembus kegelapan di dalam jalur hutan.
Dari belakang pasukan pangeran kesembilan mengikuti membuat derap kuat di tanah.
Menjelang pagi mereka sampai di penginapan. Shui Long Yin melompat turun dari kudanya tanpa memperdulikan istrinya. Dia berjalan menuju kamar penginapan yang telah mereka pesan beberapa hari lalu.
Lei Guiying mengerutkan keningnya melihat sikap suaminya. "Kenapa dia seperti wanita muda yang cemburu?" Menghela nafas dalam lalu turun dari atas kuda. Dia melangkah pelan menghampiri suaminya yang telah berada di ruangan kamar penginapan. Dia masuk melihat pria muda yang telah berdiri menatap tajam. "Maaf, aku sudah menunda waktu pangeran kesembilan."
Tidak ada tanggapan.
Gadis itu menatap diam untuk beberapa saat, setelahnya berkata. "Aku tidak akan mengulanginya lagi."
Shui Long Yin bergerak mendekat meraih tangan kanan istrinya sangat kuat. "Sekalipun tidak ada perasaan di antara kita. Tapi kamu tetap istriku dan aku suami mu."
"Aku tahu itu."
Kedua alis Shui Long Yin menyatu di saat rasa kesal memakan kuat hatinya. "Jika kamu tahu mengapa masih bersama pria lain? Berlayar bersamanya seharian penuh," ujarnya dengan tekanan di setiap katanya. "Katakan." Bentakan terdengar kuat.
Lei Guiying menatap kedua mata yang penuh kemarahan. "Di tengah banyaknya orang. Aku tidak bisa menggunakan kemampuan ku untuk melawan. Keberadaan kita juga akan terungkap dengan mudah jika aku bertindak. Jadi aku harus mengikuti pengaturannya agar dapat meloloskan diri." Penjelasan itu masih saja tidak bisa membuat suaminya menjadi tenang. "Maaf, lain kali aku akan memperhatikannya."
Shui Long Yin mendorong tubuh istrinya menghimpit kearah tembok hingga menghasilkan suara,
Dekkekkk...
Gadis itu di tekan cukup kuat oleh tangan kekar suaminya.
"Pangeran kesembilan." Lei Guiying mendonggak agar dapat melihat kedua mata dingin yang siap membekukan dirinya.
Shui Long Yin mencium bibir lembut istrinya dengan paksaan. Gadis itu mencoba memberontak tapi kekuatan suaminya jauh lebih kuat. Setiap ciuman seperti perasaan kesal yang di lampiaskan. Hingga,
Bukk...
Lei Guiying melawan namun pukulannya di tahan.
Bbrakakk...
Di dalam kamar semua barang berjatuhan karena perkelahian tidak bisa terhindarkan.
"Apa yang kamu lakukan?" Lei Guiying mengusap kasar kearah bibirnya.
Pria muda itu juga mengusap lembut bibirnya. Di saat melihat warna merah yang telah tertinggal di jarinya. Seringaian puas terlihat di wajah Shui Long Yin.
Melihat itu Lei Guiying bertambah emosi. Dia terus menyerang tanpa henti namun setiap serangan selalu saja di tangkis suaminya. Dari luar ruangan semua orang mendekatkan diri kearah salah satu ruangan penuh kebisingan.
"Isisss..m huhh..." perkelahian suami istri di dalam ruangan kamar memang yang paling seru. Kata salah satu pengunjung dengan antusiasnya.
Derrrr...
"Aku tidak akan melepaskan mu," teriak Lei Guiying kuat.
Pengawal pribadi Yu Ji menjadi khawatir karena perkelahian terdengar semakin serius. Namun tangannya di hentikan pelayan Zue er. "Kita sebagai bawahan harus selalu mengerti dalam segala situasi. Tidak ada yang perlu di lihat. Kalian harus pergi." Wanita itu juga mengusir semua orang yang penasaran.