NovelToon NovelToon
Satu Biduk Dua Cinta

Satu Biduk Dua Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.2M
Nilai: 4.9
Nama Author: Yeni Eka

Ini bukan kisah istri yang terus-terusan disakiti, tetapi kisah tentang cinta terlambat seorang suami kepada istrinya.

Ini bukan kisah suami yang kejam dan pelakor penuh intrik di luar nalar kemanusiaan, tetapi kisah dilema tiga anak manusia.

Hangga telah memiliki Nata, kekasih pujaan hati yang sangat dicintainya. Namun, keadaan membuat Hangga harus menerima Harum sebagai istri pilihan ibundanya.

Hati, cinta dan dunia Hangga hanyalah untuk Nata, meskipun telah ada Harum di sisinya. Hingga kemudian, di usia 3 minggu pernikahannya, atas izin Harum, Hangga juga menikahi Nata.

Perlakuan tidak adil Hangga pada Harum membuat Harum berpikir untuk mundur sebagai istri pertama yang tidak dicintai. Saat itulah, Hangga baru menyadari bahwa ada benih-benih cinta yang mulai tumbuh kepada Harum.

Bagaimana jadinya jika Hangga justru mencintai Harum saat ia telah memutuskan untuk mendua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeni Eka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

Harum mengembuskan napas lega saat kemeriahan pesta akhirnya usai. Ternyata begini rasanya menjadi ratu sehari. Tidak se-menakjubkan yang dibayangkannya.

Menjadi pengantin ternyata didera segala macam rasa. Pusing, penat, mual dan lelah adalah kombinasi rasa yang dirasakannya hari ini.

Mulai dari inner kerudung yang membungkus ketat kepala dan membuatnya pening dan kesakitan. Ditambah siger yang menambah beban berat kepalanya. Belum lagi aroma wangian khas make-up yang siang tadi membuatnya "mabuk" dan hampir pingsan.

Maklum saja, ia jarang bersentuhan dengan berbagai macam jenis make-up. Harum alergi dengan aroma percantik wajah yang terlalu harum.

Berdiri seharian di kursi pelaminan sembari menebar senyum untuk menyalami para tamu undangan ternyata sangat melelahkan. Ia tersenyum sendiri mengingat masa kecilnya dulu yang jika ditanya, “Harum cita-citanya menjadi apa?”

Dan Harum kecil akan menjawab, “mau jadi pengantin.”

Kini cita-citanya telah tercapai di usianya yang menginjak 21 tahun. Tepat sebulan setelah ia merampungkan pendidikan Program Studi Akuntansi D-III dan mendapat gelar Ahli Madya (A.md) sekaligus juga kehilangan sang nenek tercinta.

Menjadi pengantin dan bersanding bersama pria yang sudah dikaguminya sejak dulu, sedikit mengurangi rasa sedih ditinggal sang nenek tercinta untuk selama-lamanya.

Jika saja Nenek bisa menyaksikan pernikahannya ini, Harum yakin, beliau akan sangat bahagia. Sebab Neneklah satu-satunya orang yang mengetahui kalau Harum menyukai putra Bu Mirna itu sejak lama.

Seketika wajah Harum merona saat mengingat statusnya sebagai pengantin baru. Semburat merah di pipi semakin nyata kala mengingat ini adalah malam pertamanya.

“Rum.” Beruntung panggilan Bu Mirna memusnahkan pikirannya tentang malam pertama. Sebelum angannya bertamasya ke mana-mana.

“Iya, Bu.” Harum yang baru selesai membersihkan riasan di wajah sontak berdiri.

“Kalau mau mandi, handuknya ada di lemari itu,” ujar sang mertua dengan ramah. Harum menyahut dengan sopan pula.

Resepsi pernikahan tadi memang dilaksanakan di rumah keluarga Hangga. Bu Mirna sengaja tidak memilih gedung untuk resepsi putranya dengan pertimbangan agar para warga kampung sekitarnya bisa datang untuk menghadiri kebahagiaan keluarga mereka.

Seminggu sebelum acara, Harum yang sebatang kara sudah diboyong ke rumah keluarga Hangga. Sementara Hangga sendiri tinggal di rumah lain milik orangtuanya yang berada di sebuah perumahan tidak jauh dari kampung tempat tinggal orangtuanya. Keluarga suaminya itu termasuk keluarga berada yang memiliki beberapa aset rumah.

“Hangga ke mana, Rum?” Pertanyaan yang terlontar setelah pandangan Bu Mirna menyapu setiap sudut ruang kamar penuh bunga dan tidak mendapati keberadaan sang putra di kamar itu.

“Sepertinya Hangga masih ada temannya di depan.” Bu Mirna menjawab sendiri pertanyaannya diiringi seulas senyum.

Harum balas tersenyum pada Bu Mirna.

Sesaat kemudian ia baru menyadari bahwa dalam acara sakralnya tadi, tak ada satu pun teman sekolah Hangga yang menjadi tamu undangannya.

Harum lumayan mengenal teman-teman sekolah Hangga karena dulu neneknya berjualan gorengan di sekolah Hangga. Setiap pulang sekolah, Harum sering berada di sana membantu neneknya.

Sedangkan teman-teman kuliah Hangga, Harum tidak mengenal karena Hangga kuliah di Jakarta.

Sepanjang acara tadi, tidak tampak keakraban Hangga bersama tamunya. Sepertinya tamu undangan hanya keluarga dan kenalan kedua orangtua Hangga saja.

“Kamu sudah makan, Rum?” tanya Bu Mirna penuh perhatian.

“Sudah, Bu.”

“Di dapur orang-orang lagi makan mi instan. Kalau kamu mau mi instan juga, nanti ibu bilang Jenah buatkan untuk kamu,” tawar ibu mertua Harum.

“Enggak usah, Bu. Nanti kalau mau, biar saya masak sendiri,” tolak Harum santun.

“Oh, ya sudah kalau begitu.” Bu Mirna terdiam sejenak sembari menatap Harum. “Ibu bahagia akhirnya Hangga menikah dengan kamu. Semoga kamu juga bahagia ya, Rum,” lanjutnya.

Kalimat yang dilontarkan Bu Mirna sebelum meninggalkan kamar membuat hati Harum menghangat.

Harum merasa takdirnya sangat indah. Tak ada yang lebih indah dari takdir jodoh selain dapat bersanding dengan orang yang kita inginkan. Ditambah perlakuan sang mertua yang begitu baik kepadanya. Tentu saja itu adalah hal luar biasa.

Tidak berlama-lama, Harum pergi untuk membersihkan tubuh. Usai mandi, ia kembali ke kamar. Belum ada keberadaan Hangga di kamar pengantin itu. Ia sependapat dengan ucapan mertuanya beberapa saat tadi, bahwa Hangga mungkin masih sibuk dengan tamunya.

Harum duduk dengan punggung bersandar pada kepala ranjang. Bermain ponsel sebentar sekedar membalas beberapa pesan masuk dari teman-temannya. Pesan yang sebagian besar adalah ucapan selamat menempuh hidup baru serta doa dan harapan semoga rumah tangganya sakinah mawadah warahmah.

Hingga Pukul 23.30 belum tampak Hangga masuk ke kamar tersebut. Jangankan raganya, suara Hangga pun tidak terdengar di telinga Harum.

Di depan cermin, Harum menyisir rambut panjang, hitam nan indah miliknya. Hatinya sedikit merasa resah dan gelisah atas ketidakhadiran Hangga di kamar tersebut.

Hingga kemudian matanya tak dapat lagi bertahan untuk tetap terjaga. Ia ngantuk berat dan ingin segera tidur.

Sebelum pergi ke tempat tidur, Harum mengambil jilbab instan warna coklat susu dari dalam lemari lalu memakainya. Minimnya komunikasi dan intensitas pertemuan antara dirinya dan Hangga, membuat Harum masih malu-malu jika harus membuka aurat di depan pria yang sudah sah menjadi suaminya itu. Begitu yang ada di benak Harum.

Dengan memakai piyama muslimah bahan rayon lengkap dengan jilbabnya, Harum merebahkan tubuh lalu memejamkan mata. Rasa lelah mengiringi jiwanya menuju alam mimpi.

*

Pukul 03.30 dini hari, Hangga mengayun langkah tidak semangat, masuk ke kamar pengantinnya. Dilihatnya perempuan yang seharian tadi berdiri bersamanya di pelaminan telah tertidur lelap.

Usai pesta pernikahan yang sederhana menurut ukurannya, Hangga pulang ke rumah tempat ia menginap selama dua hari ini. Rumah milik orangtuanya yang ia tempati dalam masa pingitan. Begitu kata sang ibunda.

Sejujurnya, Hangga ingin menginap di rumah itu daripada harus keki menghadapi malam pertama dengan perempuan yang tidak dicintainya. Namun, karena mengingat sang ibunda, ia membatalkan niatnya lalu bergegas pulang ke rumah orangtuanya. Dan tentu saja menuju kamar pengantinnya.

Ia dapat bernapas lega kala melihat gadis yang tadi pagi dihalalkan melalui ijab kabul telah tertidur pulas.

Hangga berjalan pelan mendekati Harum, perempuan yang kini telah menjadi istrinya. Menatap wajah Harum, ada sebuah gundah yang menggantung di hati. Akan seperti apa nanti hari-hari ke depannya? Bagaimana nanti ia harus bersikap?

Menjalani rumah tangga bersama perempuan yang tidak dicintai, tidak pernah terlintas sekalipun dalam benaknya.

Apa yang akan dikatakannya nanti pada Natalia Friska Wayong, perempuan cantik yang telah enam tahun menjalani hari-hari penuh cinta bersama Hangga. Bahkan detik ini atau sampai kapan pun, cintanya tak mungkin berpaling pada gadis berwajah oriental itu.

Bagaimana ia dapat melepas Nata, sementara Nata adalah dunianya. Nata adalah bahagianya.

Hangga masih berdiri memandang gadis berjilbab yang berwajah ayu itu. Sesungguhnya hati Hangga pun mengakui jika Harum adalah gadis yang ayu. Cantiknya khas Indonesia. Akan tetapi, bagi Hangga, Nata tentu lebih cantik. Jauh lebih lebih cantik.

Bukankah definisi cantik bagi setiap orang adalah berbeda. Setiap pria memiliki selera masing-masing dalam mendefinisikan kata ‘cantik’.

Entah mengapa Hangga lebih menyukai perempuan berwajah oriental bak artis Korea. Hal itu ia temukan pada diri Natalia Friska Wayong. Gadis berkulit putih mulus bersinar, hidung kecil tapi mancung, tubuh ramping dan tinggi. Gadis berdarah Chinese Manado itu telah membuat Hangga tergila-gila.

Parasnya mendekati kecantikan Song Hye Kyo, artis Korea tercantik menurutnya. Di mata Hangga, Nata adalah titisan dewi kecantikan.

Hangga mengusap wajahnya frustrasi saat ingatannya berlabuh pada Nata, kekasihnya.

Bu Mirna tidak pernah merestui hubungan cintanya dengan Nata karena tembok penghalang yang tebal di antara mereka. Secinta-cintanya ia pada Nata, tetap saja ia lebih cinta pada Sang Pemilik Kehidupannya.

“Tujuan pernikahan itu tidak hanya untuk hidup bersama di dunia, tetapi juga menyiapkan untuk kehidupan di akhirat nanti. Bagaimana kalian bisa menjalani pernikahan sejalan dan seirama, jika Tuhan kalian saja berbeda.” Begitu yang selalu diucapkan Bu Mirna kala menentang kisah cintanya dengan Nata.

“Menikahlah dengan Harum. Hidup ibu akan bahagia dan tenang jika kamu menikah dengannya.” Untuk ke sekian kali, Bu Mirna mengutarakan permintaannya.

Hangga tak mampu lagi menolak saat wanita pengantar kehadirannya ke dunia itu menangis memohon. Dengan kondisi tubuh lemah dan tangan terinfus, sang ibu meminta Hangga untuk menikahi Harum.

Dan hari ini resmilah ia sebagai suami Harum, gadis yang sudah dikenalnya sejak kecil dan tidak ada sedikit pun rasa ketertarikan kepadanya layaknya seorang pria terhadap wanita. Kalau pun ia menyukai Harum, hanya sebatas sesama makhluk ciptaan Tuhan.

Tidak lebih.

Karena ia tahu dan sangat mengenal, bahwa Harum adalah gadis baik-baik.

.

.

.

.

1
Siti Rahayu
harum lebay pisan plinplan
Siti Rahayu
hahaha liat kandangnya saja
delfastri
ehh..Thor asal elu tau ya si nata mang kagak jahat..yang jahat itu eluu..Napa bikin story kek gini banget..coba lu bikin karakter jelek si nata..mungkin gua bisa ketawa jahat sekarang..tapi gimana mau ketawa mau nangis aja rasanya gimana..jadi bingungkan gua padahal cuma tinggal baca aja..maaf ye thoorrr
delfastri
lah ya banyak cuyyy..jgnkan modelan Hangga sekaliber kiyai yg kita duga pemegang kuncinya syurga aja masih banyak yg lebih dari Hangga jangan kata pacaran bini aja bisa sampai..lebih dari 2 dengan dalih ikuti sunahnya nabi..walau itu cuma sebagai alibi..yg di ikuti cuma banyak jumlahnya aja tapi gak sanggup ngikutin hal sebenar poligaminya nabi..dimana yg dinikahin Janda banyak anak Ama umur lebih diatas 60..ada satu yg mudahan dikit lw gak salah 45 an umurnya gitu..yg dilihat status jandanya aja ma bohaynya..malah ada noh ngejandain bini demi ngebiniin janda..error gak tuh..🤣🤣🤣
Bunda Iwar
Luar biasa
Henrita Henrita
tdk layak untuk di baca
Nadia
jujur aku bacanya tak loncat loncat emang dasarnya aku gak suka cerita poligami, 🤭🤭
Nadia
ya sama Yuda saja, jgn balikan sama si hangga
Nadia
pisah aja si Hanum, rumah tangga gak sehat
Anonymous
ceritanya menarik
Alfi Yah
Lumayan
Alfi Yah
Kecewa
MFay
eng, ing, eng, seru uyy
sungguh nikmat kn mas Hangga poligami itu 😈
MFay
Lah, sabar donk Nat 🤭 Harum kn istrinya jg 😁
asya yussi
Luar biasa
dhedoy wahyudi
cerita ngacak.. mna harum yang mau di bawa ke kantor
Idah Faridah
y nggak.jahat
yg bener nggak sadar diri
perempuan yang merendahkan diri sendiri demi cinta yg akhirnya di telan waktu
Aas Khasbiyah Khalik
Hangga kan gak berkulit putih dr.yuda pasti
Asma Rani
Luar biasa
Nasriati Bakri
kenapa baca novelmu thor seakan aku menbaca kisah ka2k laki2ku menikah dg wanita di jodohkan dgnnya dan meninggalkan kekasihnya di manado pdh sangat mencintainya namun perbedaan keyakinannya yg mengharuskan menyalani perjodohan walaupun bundaku sangat menyayangi ka micke tp dlm agama kami tk bisa menikah berbeda keyakinan.tapi ka2kku setia pd istrinya walaupun tk memiliki anak smpai skrg.bersyukurnyaf dia dan ka micke mereka bershbt sampai hr ini.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!