Suatu kesalahan besar telah membuat Kara terusir dari keluarga. Bersama bayi yang ia kandung, Kara dan kekasih menjalani hidup sulit menjadi sepasang suami istri baru di umur muda. Hidup sederhana, bahkan sulit dengan jiwa muda mereka membuat rumah tangga Kara goyah. Tidak ada yang bisa dilakukan, sebagai istri, Kara ingin kehidupan mereka naik derajat. Selama sepuluh tahun merantau di negeri tetangga, hidup yang diimpikan terwujud, tetapi pulangnya malah mendapat sebuah kejutan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejutan
"Nyonya Muda. Saya tidak ingin melanjutkan kontrak lagi. Saya mau pulang ke Indonesia," ucap Kara.
"Aku mohon, Kara. Tinggallah sebentar lagi. Ibu sedang sakit-sakitan. Jika berganti penjaga lagi, maka akan sulit untuk beradaptasi. Kami sudah nyaman bersamamu. Kamu pengasih, perhatian dan jujur. Sungguh aku tidak ingin melepasmu pulang."
"Tapi suami saya kesepian. Berkali-kali dia meminta saya untuk pulang," ucap Kara dalam bahasa mandarin bercampur inggris. Kara belum terlalu lancar bahasa sana, tetapi ia mengerti setiap perkataan sang majikan.
"Kamu minta gaji berapa pun akan aku berikan. Ibuku tidak bisa lagi berjalan. Dia hanya bisa duduk dan terbaring. Aku mohon, Kara. Kamu bukan lagi pengasuh, tetapi keluarga kami. Bantulah Kakakmu ini," ucap Nyonya Muda.
Kara mengangguk. "Baiklah, Nyonya. Saya akan melanjutkan kontrak lagi."
Dua tahun lagi Kara akan berada di Hongkong. Meninggalkan suaminya yang kesepian di sana. Elno dan Kara sudah melewati ini semua. Waktu dua tahun akan sangat singkat.
Mendapati kabar Kara yang masih ingin bekerja, Elno diam saja. Ia tidak lagi protes karena percuma sebab Kara tetap pada keputusannya.
"Kali ini aku janji. Habis kontrak ini langsung pulang," ucap Kara.
"Memangnya aku bisa melarangmu? Tidak, kan?" sahut Elno.
"Hanya dua tahun lagi, Sayang. Nyonya Gu sakit dan aku enggak tega meninggalkan beliau."
Elno mengangguk. "Iya. Tidak apa-apa. Baik-baik saja di sana."
Elno melambaikan tangan di layar ponsel, lalu memutus panggilan video itu. Ia mengembuskan napas lelah dalam arti menunggu kepulangan Kara yang tidak pasti. Dulu juga begitu janjinya. Buktinya, Kara tidak pulang juga.
"Kali ini pasti pulang," ucap Tedi.
"Entahlah, Ted. Hanya janji saja yang diucapkan Kara," sahut Elno.
"Delapan tahun sudah Kara pergi. Menunggu dua tahun lagi tidak akan terlalu lama," timpal Ilmi.
Ketiganya berada di rumah Tedy. Sepulang kerja, Elno ingin menghabiskan waktunya bersama kedua sahabatnya. Tidak disangka Kara malah menelepon.
"Aku sudah kangen dengannya. Memang aku sering menatapnya dari ponsel. Tapi tetap saja berbeda. Aku ingin dia di sisiku," kata Elno.
"Sabar, El. Ini ujian," ucap Ilmi dan Tedy bersamaan.
Apa mau dikata jika sang istri tercinta sudah memutuskan kehendaknya sendiri. Elno mau marah juga percuma. Kara jauh di sana. Kemarahan Elno hanya akan masuk ke telinga kanan, lalu keluar dari telinga kiri. Yang harus dilakukan adalah menerima.
...****************...
Hubungan Kara dan Elno renggang. Komunikasi mereka sangat jarang terjadi. Elno tidak lagi mengirim pesan pada istrinya, padahal Kara sangat berharap.
Setiap bertatap muka, Elno selalu marah. Nyatanya sang suami tercinta tidak menerima keputusan Kara. Bibir mengatakan lain daripada hatinya.
Elno mengiakan, tetapi hatinya tidak menerima. Dalam satu bulan hanya satu kali mereka berkomunikasi. Hubungan itu berlanjut sampai beberapa bulan hingga tidak terasa tersisa satu tahun lagi kontrak kerja Kara.
"Aku akan pulang tahun depan," kata Kara.
"Iya," jawab Elno.
"Sayang, kamu sibuk? Bagaimana pekerjaanmu di kantor?"
"Lancar," sahut Elno dengan malas.
"Aku janji akan pulang. Jangan marah lagi."
"Jangan menjanjikan hal yang tidak pasti. Aku akan percaya jika kamu sampai di rumah," ucap Elno.
Kara tersenyum. "Kali ini pasti pulang."
"Sudah dulu. Aku tutup teleponnya," ucap Elno, lalu memutus panggilan videonya.
Kara melipat bibir. Hubungannya bersama Elno belum juga membaik. Wajar saja suaminya marah karena berulang kali kecewa. Setiap ia mengatakan pasti pulang, Elno akan bahagia. Namun, Kara malah membuatnya kecewa. Kalaupun Kara mengatakan kebenarannya, maka Elno tidak akan percaya.
...****************...
Keluarga besar nyonya Gu tengah bersedih. Sekian lama menderita sakit, kini beliau telah berpulang ke hadapan Sang Pencipta. Penyakit komplikasi yang diderita beberapa tahun terakhir menjadi sebabnya.
Sebagai wanita yang sangat dekat dengan beliau, Kara sangatlah sedih. Nyonya Gu sudah seperti ibunya sendiri. Perlakuannya kepada Kara sangatlah baik termasuk putri beliau.
"Terima kasih selama ini sudah melayani ibuku," ucap Nyonya Muda.
"Ini sudah tugas saya, Nyonya," sahut Kara.
"Ibuku memberimu warisan. Sebelum dia tiada, beliau mengatakannya kepadaku."
Kara kaget mendengarnya. "Jangan, Nyonya. Saya tidak pantas."
Nyonya Muda tersenyum. "Hanya sedikit. Uang tiga milyar ini untukmu membuka usaha di kampung halaman."
"Itu banyak sekali," kata Kara.
"Aku masih ingin kamu di sini," ucap Nyonya Muda. "Kamu pulang dulu, setelah itu datang kemari bukan sebagai pekerja. Aku akan mengurus surat kepindahanmu."
"Saya punya keluarga, Nyonya. Impian saya sudah terwujud dan kepulangan ini saya akan menikmatinya," ucap Kara.
Nyonya Muda tersenyum. "Suamimu beruntung mendapatkanmu. Berikan aku alamatmu di sana. Aku akan kirim hadiah untukmu. Ketika sampai jangan lupakan aku. Sering-sering telepon."
Kara tersenyum, lalu mengangguk. "Pasti, Nyonya."
...****************...
Masa kontrak kerja pun berakhir. Kini saatnya Kara pulang ke Indonesia. Menemui sang suami tercinta yang telah lama menanti di sana. Kara mencoba menghubungi Elno lewat panggilan video. Cukup lama sampai suaminya mengangkat panggilan itu.
"Aku baru selesai mandi," kata Elno.
Kara tersenyum. Terlihat rambut suaminya yang basah. "Sayang, aku akan pulang."
"Iya," jawab Elno datar.
Biasanya Elno akan semangat mendengar kata pulang. Namun kali ini, Elno biasa saja mendengarnya.
"Ini sungguhan," kata Kara.
"Aku akan percaya jika kamu sampai di depan pintu rumah."
"Pasti. Aku akan pulang. Tunggu aku."
Elno tersenyum tipis. "Iya. Sudah dulu. Aku mau makan malam."
Panggilan video diputus. Kara kecewa sebab ia masih ingin bicara pada Elno. Betapa Kara sangat merindukan suaminya dan ia tidak sabar untuk pulang.
"Sebentar lagi, Sayang. Aku akan berada di depan pintu rumah kita," gumam Kara.
Akhirnya, rombongan Kara tiba dengan selamat di tanah air. Sekitar seratus pekerja pulang karena masa kontrak dan izin tinggal mereka habis. Semua dalam keadaan selamat dan bersiap untuk bertemu keluarga masing-masing.
Setelah melakukan pengecekan segala macam mengenai kepulangan tenaga kerja, barulah semuanya boleh kembali ke rumah masing-masing.
"Sampai jumpa lagi," kata Kara.
"Kami akan merindukanmu, Kara," sahut beberapa teman wanita.
"Aku juga," ucap Kara.
Perpisahan yang manis hingga satu per satu masuk ke mobil taksi. Kara pulang tanpa memberitahu suaminya, dan waktunya sangat pas karena ia tiba di hari Minggu. Elno akan berada di rumah saat ini.
Kara mengaktifkan ponsel. Ia menunjukan alamat rumah baru yang telah diberikan oleh Elno. Perumahan Cluster di jalan Anggrek.
Empat puluh menit, taksi sampai di gerbang perumahan. Kara sengaja turun di sana untuk berjalan sendiri mencari nomor rumahnya. Ia keluar, lalu membayar uang kepada sopir setelah membantu mengeluarkan barang-barangnya.
Kara berjalan dengan menyeret dua kopernya. Ia harus melewati delapan buah rumah hingga sampai di nomor A9. Kara tersenyum karena rumahnya sama seperti yang Kara lihat di foto.
Kara berjalan sampai di depan pintu rumah. Ia usap bangunan kokoh hasil keringatnya. Di halaman rumah ada dua mobil. Kara tersenyum melihat itu. Suaminya sudah sukses rupanya. Elno bahkan tidak mengatakan kalau dirinya membeli kendaraan roda empat itu.
Kara memencet bel beberapa kali. Ia tidak sabar untuk bertemu Elno. Tidak ada yang membuka pintu. Kara kembali memencet bel. Terdengar suara dari dalam. Kunci diputar, lalu pintu dibuka.
"Siapa?"
"Sayang! Ini aku," ucap Kara.
Elno terkesiap. "Kara!"
Kara mengangguk. "Iya, Sayang. Ini aku."
Kara memeluk suaminya dengan erat. Ia meneteskan air mata haru. Sepuluh tahun berpisah dan akhirnya mereka bertemu kembali.
"Ini sungguh kamu, Kara," ucap Elno.
Kara menarik diri. "Lihat aku, Sayang. Istrimu sudah kembali. Aku enggak bohong, kan? Aku pulang untukmu."
"Siapa, El?"
Kara menoleh ke belakang. "Sari!"
Bersambung
penuh makna
banyak pelajaran hidup yang bisa diambil dari cerita ini.
sampai termehek-mehek bacanya
😭😭😭😭🥰🥰🥰
ya Tuhan.
sakitnya