Lamanya waktu bersama tidak menjamin sebuah ikatan langgeng dan bahagia. Bahkan meski hampir 20 tahun Elara Nasution menghabiskan hidupnya bersama sang suami Ares Dawson Atmaja. Semua terasa tidak berarti untuk pria itu. Ditambah dengan belum adanya buah hati di antara mereka membuat hubungan suami istri itu menjadi semakin renggang.
Kehadiran orang ketiga yang dibawa secara sadar oleh Ares menjadi awal dari keruntuhan rumah tangga yang telah susah payah Elara bangun. Elara pun menyerah, melepaskan cintanya yang telah mati dan tergantikan oleh sosok baru yang mengasihinya lebih dari siapa pun. Penyesalan selalu datang terlambat, dan itu semua dirasakan Ares saat Elara bukan lagi miliknya.
Apa yang akan dilakukan Ares untuk mendapatkan kembali cinta Elara?
Apakah Elara akan menerima Ares atau menjalin kasih dengan pria idaman lain ?
follow my ig @ismi_kawai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ismi Kawai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 18
Elara POV
Aku melihat siapa yang menolongku, pria tampan yang familiar untukku. "Charles," gumamku.
"Nona, jika ingin bermain air. Kami menyediakan kolam renang di sebelah sana," Charles mengambil gelas di tangan Sophie dan menunjuk arah kolam renang.
Ares menggeram, ia menghentak tangan Sophie yang melingkar di lengannya. "Apa yang barusan ingin kau lakukan?"
"Tuan... tadi aku diejek, aku hanya membela diri. Apa Tuan tidak mendengar?"
"Aku hanya bilang, ini bukan pemakaman. Apa itu mengejek?" ucapku santai.
Ares menghela nafas lelah. "Ara, aku tau kau tidak menyukai Sophie. Tapi tidak begitu caranya," pria itu membela simpanannya.
Aku mengangguk, mengalah bukan berarti kalah. Aku memilih melontarkan kata yang sebenarnya berat. "Baiklah, maafkan aku karena membuatmu tersinggung."
Charles yang melihatku meminta maaf menahan kesal. Bagaimana bisa Ares lebih membela istri ke-2nya, dan lagi-lagi menginjak-injak harga diriku. Sophie tersenyum penuh kemenangan.
"Baik, aku maafkan," suaranya seperti mengejek. Aku menimpalinya dengan senyum manis.
Suara alunan piano terdengar indah memecah ketegangan antara aku dan kedua pasangan itu, Sophie berbinar mengetahui jika itu adalah saatnya berdansa.
"Tuan, ayo kita berdansa!" Sophie berseru riang sambil kembali merangkul lengan Ares.
Ares tampak bingung, ia terus menatapku seolah meminta sesuatu. Aku yang acuh hanya mengedikkan kepala sambil memasang wajah penuh tanya. Tanpa diduga, aku mendapat uluran tangan dari pria yang menolongku tadi. Aku terhenyak sesaat ketika ia meminta sesuatu.
"Maukah kau berdansa denganku?"
Aku masih belum sadar, Ares menghadang dan menolak ajakan Charles secara sepihak.
"Anda harus tau, jika dia adalah istri saya," kecamnya.
Aku menatap tidak percaya, apa katanya? Istri? Sedangkan dia merangkul wanita lain. Sinting!
Charles terkekeh. "Saya tau, karena anda mempunyai 2 istri. Tidak ada salahnya jika saya mengajak salah satu untuk berdansa. Anda tidak mungkin kan berdansa dengan 2 wanita," sindirnya membuat wajah Ares memerah.
Kau mempermalukan diri sendiri Ares, memperlihatkan betapa tamaknya dirimu sebagai manusia.
"Tapi, saya tidak mengijinkan anda berdansa dengan istri saya!" tekan Ares.
Sophie mulai gelisah dan akhirnya menarik pria itu. "Biarkan saja Tuan, aku yang akan berdansa denganmu," Ares menahan tubuhnya.
"Tidak, aku mau berdansa dengan Ara!" panggilan itu terdengar menjijikkan saat dia menyebutnya. Aku mengangkat tangan memberi isyarat agar Ares berhenti.
"Tolong Tuan Ares terhormat agar menghargai keputusanku, lagi pula ini hanya berdansa, tidak perlu berlebihan. Bukan begitu, Tuan Charles?" Charles tersenyum ketika aku menyambut uluran tangannya. Ia mengecup tanganku lembut.
"Benar sekali," aku melenggang pergi bersama Charles yang menggandeng tanganku.
Ares yang melihat itu menahan amarah, meski begitu Sophie terus berusaha memprovokasinya. "Tuan, lihat Nyonya tidak pernah mencintaimu. Dengan mudahnya ia berdansa bersama pria lain, hanya aku yang tulus padamu, Tuan!"
Pria itu terus menatap diriku dan Charles dengan tatapan tajam, hingga acara berdansa dimulai matanya tidak henti mengikutiku.
Sementara aku menikmati waktuku membuat Ares naik pitam, pria yang merangkul pinggangku ini tidaklah buruk. Pria yang mempesona dengan semua ucapannya yang membuatku merasa berharga. Inilah salah satu kelebihan kaum Adam. Bermulut manis!
"Kau sangat cantik, aku hampir tidak mengenalimu tadi," puji Charles.
"Benarkah?" aku menunduk menyandarkan kepalaku pada dada bidangnya. "Aku sempat malu karena terakhir kali kita bertemu di saat yang tidak baik," ucapku lirih.
Aku tidak tahu jika sikapku membuat Charles menahan nafas dengan jantung yang berdetak kencang, dan jangan di tanya jika Ares mengetatkan gerahamnya melihat hal itu. Charles menekan rangkulannya pada pinggangku hingga tubuhku semakin rapat padanya, ia mendekatkan bibirnya di telingaku sambil berbisik.
"Aku sudah datang, Ara..."
Mataku membulat sempurna, aku mendongak pada pria di hadapanku ini. Panggilan itu hanya untuk orang-orang terdekatku, dan dia bagaimana bisa? Ketika aku mencium wangi parfum yang mengingatkan aku pada seseorang aku langsung menatap tidak percaya pada Charles.
"Kamu..." Aku melepas rangkulannya dengan menarik tubuhku. Aku tidak melepaskan tatapan pada wajah pria itu. "Boboboi?" anggukannya menjawab semua pertanyaanku saat ini juga.
Senyumannya begitu menenangkan. Sedangkan aku, aku tidak tau bagaimana menjabarkan perasaanku saat ini. Dirinya yang selalu mendengarku berceloteh, mengandaikan diriku dalam berkeluh kesah. Badut itu, ternyata dia seorang Charles Scoot. Aku sampai menutup mulutku agar tidak berteriak, akhirnya aku tau siapa di balik costum itu.
"Kenapa? Apa kau kecewa jika aku adalah badut itu?" ucapnya terselipkan nada khawatir.
Aku menggeleng, bolehkah aku menangis? Aku terkejut hingga tidak bisa berkata-kata.
"Aku hanya tidak menyangka jika kamu adalah badut itu, aku sudah merepotkanmu selama ini," aku melebarkan mata saat ingat apa yang telah aku perbuat. "Aku bahkan memberimu uang seolah kau adalah tunawisma!"
Tawa renyahnya membuatku termenung. "Aku masih menyimpan uangmu, kau mau mengambilnya?"
Aku menunduk malu, dia kembali meraih pinggangku untuk kembali berdansa. Aku ikut tertawa bersamanya, tertawa lepas seolah beban hidupku sirna.
🍁🍁🍁
Author POV
Kediaman Ares Dawson Atmaja
BRAK
Ares membanting pintu mobil dengan keras, melihat istrinya bercengkrama begitu akrab dengan orang lain membuat hatinya mendidih. Pria itu memilih pulang lebih awal karena muak dengan kedekatan Elara dan Charles di ruang dansa.
Sophie mengejar Ares dengan terpogoh-pogoh. "Tuan, tunggu!"
Ares menghentikan langkah, lalu menoleh pada Sophie. "Jangan ganggu aku malam ini, sebaiknya kamu langsung istirahat," ucapnya datar sambil berlalu.
Sophie mengepalkan tangannya kesal. "Semua karena wanita sial itu! Menarik perhatian Ares dengan gaun jeleknya, brengsek!" umpatnya sambil menghentak dompet ke atas sofa.
Martha yang kebetulan lewat dan mendengar Tuan Ares mengabaikan wanita berbulu rubah itu tersenyum senang.
Rasakan, kau tidak sebanding dengan Nyonya Elara!
🍁🍁🍁
Kepulan asap rokok memenuhi setiap sudut ruangan, membuat sesak siapa saja yang menghirup udara di sana. Ares masih terbayang wajah Elara yang tersenyum manis pada pria yang bernama Charles itu, ditambah penampilan istrinya yang begitu memukau membuatnya tidak rela jika kecantikan itu dinikmati oleh orang lain.
"Pria itu, terlihat akrab sekali dengan Ara. Apa mereka mempunyai hubungan lain di belakangku? Heh, dasar wanita munafik!" umpatnya dengan melempar asbak pada guci pajangan di ruang kerjanya.
PRANK!!!
Ares mengambil botol minuman dari lemari pendingin, menenggaknya dengan perasaan campur aduk. Malam itu dia habiskan dengan mabuk di ruang kerjanya.
Tbc.
Please rate, vote dan likenya yach!
Sertakan comment kalian agar aku lebih baik lagi, Enjoy!
Gimana rasanya? enak gak? mau ditambahin cuka? biar sekalian kita bikin asinan bogor. 🤭🤭🤭
alur ceritanya jg Ter atur. love u thor 🥰🥰🫰
gita " tapi malu... "