NovelToon NovelToon
Mimpi Ini Terlalu Indah

Mimpi Ini Terlalu Indah

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Romansa
Popularitas:87
Nilai: 5
Nama Author: Sabana01

Ia adalah Echo bernama Jae, idol pria berwajah mirip dengan jake Enhypen. Leni terlempar kedua itu dan mencari jalan untuk pulang. Namun jika ia pulang ia tak akan bertemu si Echo dingin yang telah berhasil membuat ia jatuh cinta

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sabana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Harga Sebuah Kunci

Hotel mewah di Gangnam malam itu dipenuhi cahaya lampu kristal dan kilatan kamera. Launching Party J-Cosmetic menjadi pusat perhatian media se-Seoul, dan semua tamu penting hadir untuk melihat CEO baru yang misterius: Kim Leni. Namun di balik segala glamor itu, Leni tidak fokus pada panggung, gaun mahal, atau statusnya. Fokusnya hanya pada satu orang—Jae.

Di ruang kontrol tersembunyi di belakang panggung, Jae duduk di depan deretan monitor, memantau sinyal earpiece Jake dan grafik frekuensi Resonansi. Cahaya layar membuat tubuhnya terlihat semakin memudar. Garis pinggir tubuhnya seperti asap tipis yang hendak terbawa angin.

“Kau yakin tidak mau aku memanggil Manajer Park?” tanya Leni. Ia berdiri di samping Jae, tetapi matanya tidak bisa berhenti menatap transisi transparan di lengan Jae.

“Tidak,” jawab Jae dengan suara bergetar. “Dia tidak boleh melihatku seperti ini. Aku harus tetap dekat dengan sumber resonansi. Sentuh tanganku.”

Leni memegang tangan Jae. Rasanya dingin, keras, dan kosong—seperti kaca yang kehilangan napas kehidupan.

“Kalau ini terlalu banyak, kita bisa batalkan,” desak Leni. Nafasnya tercekat. “Aku bisa cari cara lain. Kita masih bisa—”

“Tidak ada waktu,” potong Jae. “Garis Batas Realitas sudah goyah sejak kau memulai kudeta itu. Resonansi malam ini adalah kesempatan terakhirmu. Jangan khawatirkan aku. Fokus pada Jake. Dia adalah tiketmu.”

Tiket pulang. Kata itu menusuk dada Leni. Selama beberapa minggu terakhir, ia sering lupa tentang itu. Terlalu sibuk mengurus J-Cosmetic, terlalu sibuk menahan Paman Kang, terlalu sibuk menjaga Jae agar tidak pecah berkeping-keping.

Ia mulai peduli. Terlalu peduli pada Echo yang bahkan bukan manusia.

Leni menarik napas panjang. Jika ia ingin pulang ke ibunya, ia harus bersikap egois. Setidaknya malam ini.

Ia melangkah keluar dari ruang kontrol.

Di panggung utama, sorotan lampu menyelimuti tubuhnya. Sebagai CEO Kim Leni, ia menghadapi ratusan undangan dengan percaya diri yang hampir sempurna. Kata-katanya mengalir lancar, meski hatinya terpaut pada ruang kontrol.

Ketika ia mengakhiri sambutannya, musik berubah.

“Sekarang, mari kita sambut bintang malam ini. Mari sambut ENHYPEN—dan Jake Shim.”

Tepuk tangan mengguncang ballroom. Leni menahan napas ketika ENHYPEN muncul dari sisi panggung. Di antara mereka, Jake berjalan paling akhir, senyumnya tipis, sorot matanya lembut namun letih. Persis seperti yang Leni lihat dari dekat pada Jae.

Ketika Jake berdiri tiga langkah di depannya, Resonansi langsung menghantam.

Kepala Leni berdenyut. Ruangan bergeser. Ia tidak hanya merasakan memori—ia merasakan perasaan Jake sendiri: kelelahan, rasa syukur, ketegangan jadwal, dan sedikit rasa penasaran pada CEO muda yang menatapnya dengan mata yang terlalu akrab.

Leni tersenyum samar, menjaga jarak.

“Mewakili J-Cosmetic, kami mempersembahkan penghargaan ‘Aura Sejati’ kepada ENHYPEN. Dan secara khusus, kepada Jake Shim-ssi.”

Jake melangkah maju. Tangannya terulur untuk menerima piala kristal. Tangan Leni juga terulur—sedekat beberapa sentimeter.

Janji pada Jae menghantam kepalanya.

Ia menarik napas gemetar, menahan dorongan resonansi itu agar tidak menariknya terlalu jauh.

Jake tersenyum. “Terima kasih, Kim Leni-ssi.”

Suaranya begitu lembut.

Dan dunia retak.

Di belakang Jake, di udara yang semestinya kosong, terbentuk retakan tipis seperti kaca yang pecah. Cahaya putih bergetar dari dalamnya.

Gerbang Realitas.

“Leni, ini dia,” suara Jae terdengar melalui earpiece—terputus-putus, bergetar seperti radio rusak. “Celahnya terbuka. Kau harus kembali ke ruang kontrol sekarang.”

Jake mulai berpidato. Seperti yang Leni prediksi, emosinya mengalir deras ke mikrofon: rasa syukur, rasa tidak percaya, rasa sayang pada fans. Energi yang memuncak itu membuat retakan semakin lebar. Gerbang Realitas melebar—cukup untuk seseorang lewat.

Leni menahan napas.

Itu tiketnya pulang. Itu jalur untuk kembali ke tubuhnya sendiri. Itu jalan menuju ibunya.

Ia hanya perlu berlari.

Leni melirik ke arah ruang kontrol. Ia tahu Jae sedang menahan Resonansi dengan sisa energinya. Ia tahu Jae melihat Gerbang itu juga—dan tahu gerbang itu bisa merenggutnya.

Sebuah pikiran menghantam keras di dada Leni:

Kalau aku pergi... Jae akan menghilang.

Bukan pudar.

Bukan memudar.

Benar-benar hilang.

Jae sudah memudar terlalu jauh. Resonansi terakhir ini pasti akan menghabiskan seluruh energinya.

Leni berdiri di panggung dengan air mata jatuh tanpa suara. Tepuk tangan tamu undangan menyamarkan gemetar tubuhnya.

Ia menatap gerbang.

Ia menatap tempat Jae berada.

Ia menatap Jake yang masih berpidato, tak menyadari bahwa dunia di belakangnya retak.

Kemudian Leni membisikkan kata yang tidak pernah ia prediksi.

“Aku datang, Jae.”

Leni memutar tubuh.

Ia berlari.

Bukan ke Gerbang Realitas.

Bukan ke jalan pulang.

Ia berlari meninggalkan sorotan panggung, meninggalkan idolanya, meninggalkan tiket pulang.

Ia berlari menuju ruang kontrol—menuju Echo yang sedang sekarat.

Malam itu, Leni memilih Jae ketimbang dirinya sendiri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!