NovelToon NovelToon
GLOW UP : SAYONARA GADIS CUPU! (MISI MEMBUATMU MENYESAL)

GLOW UP : SAYONARA GADIS CUPU! (MISI MEMBUATMU MENYESAL)

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Aplikasi Ajaib
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kde_Noirsz

Hancurnya Dunia Aluna Aluna Seraphine, atau yang akrab dipanggil Luna, hanyalah seorang siswi SMA yang ingin hidup tenang. Namun, fisiknya yang dianggap "di bawah standar", rambut kusut, kacamata tebal, dan tubuh berisi, menjadikannya target empuk perundungan. Puncaknya adalah saat Luna memberanikan diri menyatakan cinta pada Reihan Dirgantara, sang kapten basket idola sekolah. Di depan ratusan siswa, Reihan membuang kado Luna ke tempat sampah dan tertawa sinis. "Sadar diri, Luna. Pacaran sama kamu itu aib buat reputasiku," ucapnya telak. Hari itu, Luna dipermalukan dengan siraman tepung dan air, sementara videonya viral dengan judul "Si Cupu yang Gak Tahu Diri." Luna hancur, dan ia bersumpah tidak akan pernah kembali menjadi orang yang sama.

Akankah Luna bisa membalaskan semua dendam itu? Nantikan keseruan Luna...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kde_Noirsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 25 : RAHASIA YANG TERKUBUR

Pagi di Jakarta terasa begitu berat bagi Aluna. Meskipun kemenangan semalam atas Reihan di jalanan memberikan rasa puas, namun luka di pelipis Xavier yang ia obati sendiri masih menghantuinya. Di kantor pusat Seraphine Global, Luna duduk di kursi kebesarannya, menatap dokumen-dokumen audit yang membosankan. Namun, fokusnya pecah saat sebuah amplop cokelat tanpa nama pengirim tergeletak di atas meja kerjanya.

Xavier masuk dengan langkah waspada. "Nona, amplop itu baru saja dikirim oleh kurir anonim. Tim keamanan sudah memeriksanya, tidak ada bahan peledak, tapi isinya..."

Xavier tidak melanjutkan kalimatnya. Luna membuka amplop itu dengan tangan yang sedikit bergetar. Di dalamnya terdapat sebuah foto usang yang sudah menguning dan selembar surat pernyataan resmi dari rumah sakit jiwa sepuluh tahun yang lalu.

Mata Luna membelalak. Di foto itu terlihat ibunya, sedang menangis sambil memeluk sebuah koper, berdiri di depan gerbang mansion Seraphine. Namun, yang membuat jantung Luna seolah berhenti berdetak adalah dokumen di baliknya: Surat Pelepasan Hak Waris atas dasar Gangguan Jiwa Berat.

"Ini tidak mungkin..." bisik Luna. "Ibu tidak gila. Dia diusir karena difitnah berselingkuh oleh Paman Hendra. Itu yang selalu Madam Celine katakan padaku!"

Tiba-tiba, ponsel pribadi Luna bergetar. Sebuah panggilan video dari nomor yang tidak dikenal. Saat diangkat, wajah cantik namun penuh kelicikan Valerie muncul di layar.

"Halo, Sepupu tersayang," ucap Valerie dengan nada meremehkan. "Sudah terima kado kecilku? Kamu pikir Nenekmu adalah malaikat pelindungmu? Kamu pikir dia menjemputmu ke Zurich karena cinta?"

"Apa maksudmu, Valerie?!" teriak Luna, suaranya bergema di ruang kantor yang luas itu.

"Tanyalah pada Madam Celine," Valerie tertawa sinis. "Tanya padanya, siapa yang sebenarnya menandatangani surat pernyataan bahwa ibumu gila agar seluruh asetnya bisa diambil alih oleh yayasan. Paman Hendra memang yang merencanakan fitnah perselingkuhan itu, tapi Madam Celine-lah yang mengeksekusinya. Dia lebih memilih membuang anaknya sendiri ke jalanan daripada membiarkan nama Seraphine tercemar."

Luna merasa dunia di sekelilingnya berputar. Ia menatap Xavier, mencari bantahan di mata pria itu. Namun, Xavier menunduk, tidak berani menatap langsung mata Luna.

"Xavier... katakan padaku ini bohong," pinta Luna dengan suara serak.

"Nona... saya diperintahkan untuk menjaga Anda, bukan untuk membuka luka lama Madam," jawab Xavier pelan.

Kehancuran Luna mencapai puncaknya. Ia merasa selama ini ia hanyalah bidak catur yang sedang dimainkan oleh dua orang gila kekuasaan: Valerie yang ingin menghancurkannya, dan Madam Celine yang memanfaatkannya untuk membersihkan perusahaan dari tikus-tikus seperti Paman Hendra.

Luna berdiri dengan kasar, menyapu semua dokumen di atas mejanya hingga berserakan di lantai. Ia berlari keluar kantor, mengabaikan panggilan Xavier. Ia butuh jawaban. Ia butuh kepastian langsung dari mulut sang penguasa, Madam Celine.

Di mansion utama, Madam Celine sedang duduk di taman belakang, menyesap tehnya dengan tenang. Saat Luna datang dengan mata merah dan napas tersengal, Madam tidak menunjukkan keterkejutan sedikit pun.

"Valerie sudah menghubungimu, ya?" tanya Madam Celine tanpa menoleh.

"Apakah itu benar, Madam?" suara Luna bergetar hebat. "Apakah Madam yang menandatangani surat itu? Apakah Madam yang membiarkan Ibu membusuk di jalanan dan meninggal dalam kemiskinan hanya demi reputasi?"

Madam Celine meletakkan cangkirnya. Ia berdiri dan berbalik, menatap Luna dengan mata yang sedingin es. "Ibumu lemah, Aluna. Dia mencintai pria yang salah, pria yang kemudian dikhianati oleh Hendra. Daripada melihatnya diseret ke pengadilan dan menghancurkan harga saham Seraphine, aku memilih untuk 'menghilangkannya' secara terhormat sebagai orang yang sakit jiwa."

"TERHORMAT?!" Luna berteriak histeris. "Dia meninggal karena tidak punya uang untuk berobat! Aku harus makan dari sisa tempat sampah karena Madam membuang kami!"

"Dan lihat dirimu sekarang!" Madam Celine mendekat, mencengkeram bahu Luna dengan kuat. "Karena penderitaan itu, kamu menjadi Seraphine yang sekarang. Kamu menjadi kuat. Kamu menjadi predator. Jika aku tidak membuangmu dulu, kamu hanya akan menjadi gadis manja yang tidak berguna seperti Valerie!"

Luna melepaskan cengkeraman Madam dengan kasar. Ia merasa mual. Kemewahan di sekelilingnya kini terasa seperti tumpukan kotoran yang berbau busuk.

"Aku bukan bidakmu, Madam," desis Luna. "Dan aku juga bukan Seraphine-mu."

Luna berbalik pergi, namun langkahnya terhenti saat melihat Xavier berdiri di ambang pintu taman.

"Xavier, bawa aku pergi dari sini. Sekarang," perintah Luna.

Namun, Xavier tidak bergerak. Ia menatap Madam Celine, lalu menatap Luna. "Maafkan saya, Nona. Perintah Madam adalah menjaga Anda tetap di dalam mansion ini sampai hari kelulusan tiba. Keadaan di luar terlalu berbahaya setelah Valerie bergerak."

Luna tertawa getir, tawa yang penuh dengan keputusasaan. "Jadi kamu juga, Xavier? Kamu hanya penjaga penjara yang berpura-pura menjadi pelindung?"

Xavier hanya diam, namun rahangnya mengeras. Ia tahu ia baru saja menghancurkan satu-satunya kepercayaan yang dimiliki Luna.

Luna masuk ke dalam kamarnya dan membanting pintu. Ia merosot di balik pintu, menangis sejadi-jadinya. Di atas sana, di langit-langit kamar yang mewah, ia seolah melihat wajah ibunya yang tersenyum sedih. Mahkota yang ia pakai sekarang terasa begitu berat dan penuh duri.

Di sisi lain, Valerie sedang bersulang dengan segelas sampanye di apartemennya. "Satu serangan lagi, Aluna. Dan kamu akan hancur dari dalam tanpa aku harus menyentuhmu."

Kepercayaan Luna hancur berkeping-keping. Ternyata, sosok yang ia anggap sebagai penyelamat adalah orang yang sama yang menghancurkan hidup ibunya. Mampukah Luna bertahan di tengah kepungan pengkhianatan ini? Ataukah ia akan melepaskan segalanya dan kembali menjadi Luna yang tak punya apa-apa?

🔥 LIKE jika kalian ikut merasakan perihnya hati Luna saat dikhianati Madam Celine!

💬 KOMEN DI BAWAH : Apakah menurut kalian Luna harus membalas dendam juga pada Madam Celine, atau tetap bekerja sama untuk menghancurkan Valerie terlebih dahulu?

📢 SHARE bab ini jika kalian benci banget sama karakter Valerie yang licik!

Jangan lewatkan Bab 26! Luna akan mengambil keputusan paling nekat dalam hidupnya!

1
Ayu Nur Indah Kusumastuti
😍😍 xavier
Ayu Nur Indah Kusumastuti
semangat author
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!