NovelToon NovelToon
Jalan Menuju Balas Dendam

Jalan Menuju Balas Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Spiritual / Matabatin / Iblis / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: A.J Roby

Aldi remaja yang masih menyimpan kepedihan atas meninggalnya sang bapak beberapa tahun lalu. Dirinya merasa bapaknya meninggal dengan cara yang janggal.
Kepingan memori saat bapaknya masih hidup menguatkan tekadnya, mengorek kepedihannya semakin dalam. Mimpi-mimpi aneh yang melibatkan bapaknya terus mengganggu pikirannya hingga dirinya memutuskan untuk mendalami hal ghaib untuk mencari tahu kebenarannya.
Dari mimpi itu dirinya yakin bahwa bapaknya telah dibunuh, ia bertekad mencari siapapun yang menjadi dalang pembunuhan bapaknya.
Apakah benar bapaknya dibunuh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A.J Roby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Desa Pocong

Suasana canggung, Aldi langsung kembali menata rak ikan yang sebenarnya sudah rapi untuk menghilangkan perasaan itu. Firda sendiri langsung berpamitan kepada Irma. Tak lama Aldi pun pulang setelah menyelesaikan pekerjaannya.

Ternyata FIrda mengajak Aldi untuk bertemu lagi di tempat lain melalui pesan WA. Aldi pulang terlebih dahulu untuk mandi dan menyelesaikan kewajibannya. Aldi meluncur ke sebuah kafe yang lumayan besar menepati janji dengan Firda. Saat melihat Firda ia langsung duduk dan memesan makanan.

“Mbak Firda kok kenal sama mbak Irma?” Tanya Aldi membuka pembicaraan

“Dia temen akrabku dari SMA Al, kemarin dia juga jenguk aku sebelum kamu datang ke rumah”

Aldi mengangguk paham.

“Al, kayaknya firasatku bener deh, Sandi yang ngirim santet itu” Lanjut Firda

Firda menjelaskan kondisi Sandi yang mengenaskan dengan luka bakar di sekujur tubuhnya saat dirinya berkunjung ke rumah sakit. Respon Aldi sepertinya tidak terkejut mendengar itu.

“Iya mbak berarti bener Sandi yang nyantet mbak. Lebih tepatnya dia minta tolong dukun terus bikin perjanjian bersama makhluk itu. Makhluk kirimannya kalah, serangannya balik ke diri dia sendiri” Jelas Aldi.

“Kamu kok bisa sampai bisa ngerti itu semua gimana caranya Al?” Tanya Firda penasaran.

“Keturunan mbak hehe” Balas Aldi sekenanya.

“Berarti kamu bisa lihat makhluk halus dong?”

“Iyaa aku indihome mbak”

“Indigo”

“Oiya typo”

Obrolan berlanjut ke kehidupan pribadi Aldi terkait rencana masa depannya. Firda mendengarkan ceritanya dengan antusias.

“Oiya mbak aku boleh minta tolong ndak?” Tanya Aldi

“Minta tolong apa?”

“Kalau Sandi sembuh minta tolong tanyain siapa dukun yang bantuin dia buat nyantet mbak Firda”

“Iya Al, nanti aku tanyain. Aku juga masih emosi sama dia” Tukas Firda.

***

Pagi ini Aldi mengemasi barang-barangnya, hari ini rencananya ia akan berangkat ke rumah kakeknya Dimas. Ia bersantai di pagi hari ditemani kopi dan rokok, Ia sudah menyantap sarapan yang telah disiapkan oleh ibunya.

“Mas aku ikut ya!” Ujar Melati

“Iya ayo, sama Suro juga sekalian. Tapi jangan mengacau!” Tegas Aldi

Melati melompat senang mendengar hal itu. Sementara Suro fokus memusatkan kekuatannya untuk membuat pagar ghaib di rumah Aldi.

“Selesai Al, udah aman sekarang” Ujar Suro

“Sipp” Balas Aldi sambil memberikan jempolnya

Tak lama mobil kijang melewati jalanan depan rumahnya. Dimas keluar langsung menghampiri Aldi.

“Ayo” Seru Dimas

“Mana Riki?”

“Jemput kowe dulu, habisini kita ke rumah Riki”

Aldi berpamitan ke ibunya, begitupun Dimas sekaligus minta izin untuk mengajak Aldi. Mereka masuk ke mobil duduk di kursi tengah, di depan ada ayah dan ibunya Dimas. Tak lama mereka sampai di rumah Riki. Setelah personil sudah lengkap perjalanan panjang dimulai.

Rumah kakek Dimas berada di luar kota dan berada di sebuah pedesaan dekat dengan daerah perbukitan. Perjalanan memakan waktu sekitar 5 jam. Ketiga bocah ini tak berani bercanda karena ada ayah dan ibu Dimas sehingga selama perjalanan mereka menyibukkan diri masing-masing.

Sore hari mereka sampai di desa yang sedikit terpencil. Mereka disambut dengan sepasang gapura yang besar yang catnya hampir mengelupas. Aspal yang telah banyak berlubang lumayan mengocok isi perut mereka.

Tapi yang menjadi fokus Aldi bukanlah perutnya yang rasanya seperti diputar-putar. Melainkan sepasang pocong yang berada di samping gapura.

“Perasaanku kok udah ndak enak ya”

“Bahaya mas, hati-hati desa ini banyak pocongnya” Ujar Melati dalam mode waspada

“Mereka penghuni asli apa ada yang nyuruh mereka?”

“Sepertinya mereka peliharaan seseorang di desa ini” Balas Suro

Jika dilihat dari kacamata orang biasa nampak tak berbeda dengan desa Aldi. Suasananya sangat mirip hanya saja rumah warga tidak sepadat di lingkungannya. Bahkan sore hari seperti ini lumayan banyak orang berlalu-lalang pulang dari sawah. Pemandangan kanan kiri dihiasi dengan sawah yang ditanami padi, tembakau hingga jagung. Beberapa lahan lain juga ditanami dengan sengon yang menjulang tinggi.

“Pocong itu ngelihatin kita terus mas” Ujar Melati

“Udah diam, selama kita ndak ganggu kayaknya mereka juga akan diam” Balas Suro

Mobil berhenti di sebuah halaman rumah dengan gaya joglo klasik khas jawa. Halamannya luas yang biasannya digunakan untuk menjemur gabah. Mereka keluar dari mobil langsung disambut oleh pasangan kakek nenek Dimas.

“Owalah putuku dolan” Seru kakek Dimas

Mereka semua bersalaman dengan khidmat.

“Ini siapa le?”

“Temenku mbah, aku yang ngajak. Ini Aldi, yang ini Riki” Balas Dimas memperkenalkan para sahabatnya.

Aldi dan Riki kompak tersenyum setelah mencium tangan pria dan wanita sepuh tersebut.

“Panggil aja mbah Wo sama Mbah Ti ya le” Ujar Mbah Wo

Nama asli mereka adalah Jarwo dan Karti namun agar lebih singkat Dimas memanggilnya dengan panggilan seperti itu. Mereka masuk ke dalam, aroma khas pedesaannya sangat kental. Sore hari suasana sangat sejuk. Mbah Wo dan Mbah Ti juga sangat ramah kepada mereka bertiga tanpa membeda-bedakan.

Sebuah kamar luas yang dipannya telah dicopot disiapkan untuk mereka bertiga. Trio ini akan tidur bertiga di dalam kamar yang sama. Walaupun sederhana Aldi sangat meraskan kehangatan yang jarang sekali ia dapatkan dari kakek neneknya sendiri.

Matahari kini telah beristirahat dari tugasnya hari ini, digantikan dengan sinar rembulan bersama bintang menghiasi langit malam. Mereka duduk di teras yang telah digelari oleh tikar. Ibu Dimas dan Mbah Ti berisitirahat di dalam sementara para pria duduk bersama membahas banyak hal random.

“Habisini kita ke rumah pak RT buat ngenalin kalian” Ujar mbah Wo

“Siap mbah” Jawab mereka bertiga kompak.

Setelah Isya mereka bergegas menuju rumah pak RT ditemani mbah Wo. Sesampainya di sana mereka langsung dikenalkan oleh mbah Wo karena akan tinggal selama beberapa hari di sini.

“Oiya mbah, ndakpapa kalau cucu njenengan main kesini. Memang anak sekolah udah banyak yang liburan” Ujar pak RT.

“Di desa ini ada satu peraturan yang selalu ditaati oleh masyarakat. Jangan ada yang keluar rumah di atas jam 9 malam” Lanjut pak RT

“Kenapa pak kok ndak boleh?” Balas Aldi penasaran

“Kepercayaan orang sini, jam segitu biasanya banyak pocong yang berkeliaran di desa”

Aldi hanya mengangguk, Riki yang sebenarnya sudah merinding ketakutan. Dirinya tak menyangka akan liburan di tempat mengerikan. Dimas yang sudah tak heran hanya diam saja.

Sepulangnya dari rumah pak RT mereka langsung masuk ke dalam mengikuti perintah mbah Wo. Ia duduk bersama di dalam kamar. Aldi dan Riki menyimpan rasa penasaran yang besar terkait misteri di desa ini.

“Mas bentar lagi mereka keliling” Ujar Melati

“Kamu cukup awasin aja Mel, jangan sampai mereka ganggu kita”

”Jumlah mereka sangat banyak saat keliling di malam hari” Balas Suro

Tepat jam 9 malam para pocong berpatroli keliling desa entah apa tujuannya. Desa ini menjadi desa mati, tak ada aktivitas manusia sama sekali. Rumah-rumah tertutup rapat, dan hanya diterangi oleh lampu di luar rumah. Sementara Aldi, Dimas dan Riki sudah terlelap karena kelelahan.

Tengah malam Riki terbangun karena rasa kebelet yang amat sangat. Ia tak kuat lagi menahannya, ia langsung pergi ke kamar mandi di belakang. Rumah mbah Wo belakangnya adalah lahan sengon tanpa penerangan sedikitpun, untungnya kamar mandi sederhana ini masih berada di dalam rumah.

Riki buru-buru menyelesaikan hajatnya di dalam kamar mandi.

“Aahh lega”

Riki lanjut mencuci mukanya karena tadi belum sempat. Bau gosong mulai tercium indranya bercampur dengan bau anyir, Bulu tengkuknya langsung meremang setelah mencium aroma aneh tersebut. Ia segera membilas wajahnya dengan cepat.

Saat selesai ia meraih handuk untuk mengusap wajahnya. Baru saja ia membuka matanya sesosok pocong mengintip dari ventilasi kamar mandi. Wajahnya hitam bercampur merah akibat luka bakar beserta koreng. Baunya semakin menyengat saat pocong itu memperlihatkan wujudnya.

Riki langsung berlari tunggang langgang keluar kamar mandi menuju kamarnya. Ia menutup wajahnya dengan bantal karena ketakutan yang amat sangat. Badannya bergetar hebat, giginya menggertak seperti orang menggigil kedinginan. Aldi yang mendengar itu langsung terbangun dari tidurnya dan melihat Riki yang ketakutan setengah mati.

“Rik…Rik” Ujar Aldi sambil menepuk pelan Riki

“P-pocong” Balas Riki yang tergagap

“Di mana?”

“K-kamar mandi Al”

Aldi langsung melirik ke arah Suro. Suro langsung pergi untuk melihat kamar mandi. Saat ia di kamar mandi Suro melihat sekumpulan pocong dari kebun sengon belakang rumah mbah Wo. Sementara Melati berada di teras rumah juga melihat sekumpulan pocong yang mendekat ke rumah mbah Wo.

“Mas rumah ini dikepung” Ujar Melati yang telah masuk ke kamar.

Aldi langsung berdiri meninggalkan Riki yang masih bergetar ketakutan. Aldi mengintip dari balik gorden jendela depan. Belasan pocong dengan berbagai macam bentuk telah mengepung rumahnya.

“Pantes ndak ada yang boleh keluar malam, ternyata mereka cari tumbal”

Aldi hanya diam mengawasi pocong-pocong itu. Mereka hanya diam saat berada di dekat rumah mbah Wo. Rumah ini telah dipagari oleh pagar ghaib yang kemungkinan telah dipasang oleh mbah Wo.

“Le” Ujar seseorang menepuk pundak Aldi

Aldi sedikit terkejut lalu menoleh ke belakang, ternyata mbah Wo yang menepuk pundaknya.

“Sudah lihat bentuk mereka kan?” Ujar mbah Wo seraya tersenyum.

1
Ham
semoga bisa update terus
Marss256
Banyakin aksi Melati thor
Was pray
lah isi suratnya apaan? para pembaca disuruh mengira Ira sendiri kah?
A.J. Roby: Seperti biasa, jawabannya kita cari tahu di bab selanjutnya😁
total 1 replies
Venaaaaa
Keren
A.J. Roby
Haloo para readers, semoga novel ini dapat dinikmati bersama. Pengalaman horor yang pernah author alami juga dituangkan di dalam novel ini. Semoga para readers suka


Kritik, saran dan masukan dari para readers sekalian sangat berarti bagi author, mengingat ini adalah karya pertama dari author. Happy reading😁
Was pray
suro dan melati gak mengawal Aldi ke balai desa kah? sehingga kemunculan pocong tengkorak gak terdeteksi
A.J. Roby: Mari kita cari tahu jawabannya di bab berikutnya😁
total 1 replies
Yudha Sukma
ditunggu updateannya thor
Tsumugi Kotobuki
Kapan ni thor? Seperti sudah lama sekali gak ada updatenya, rindu aksi si tokoh utama!
A.J. Roby: Haloo kak, terimakasih telah membaca cerita author yaa. InsyaAllah author akan udpate setiap hari kalau ga ada urusan mendadak. Tunggu terus update selanjutnya yaa
total 1 replies
Mưa buồn
Penulis luar biasa.
A.J. Roby: Terimakasih kak, semoga suka dan terhibur yaa
total 1 replies
LOLA SANCHEZ
Ngakak sampai sakit perut 😂
A.J. Roby: Terimakasih kak, semoga selalu terhibur dan tunggu update selanjutnya yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!