NovelToon NovelToon
REVENGE

REVENGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nona Jmn

Sejak kematian ayahnya yang misterius, Elina diam-diam menyimpan dendam. Saat Evan—teman lama sang ayah—mengungkapkan bahwa pelakunya berasal dari kepolisian, Elina memutuskan menjadi polisi. Di balik ketenangannya, ia menjalankan misi berbahaya untuk mencari kebenaran, hingga menyadari bahwa pengkhianat ada di lingkungan terdekatnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Jmn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di balik latihan

Hari-hari berlalu dengan cepat. Setiap pagi, suara hantaman, napas berat, dan langkah kaki bergema di halaman belakang markas Evan. Elina sudah terbiasa bangun sebelum matahari terbit. Tubuhnya mulai terbentuk, gerakannya semakin cepat, dan matanya menatap tajam seperti seseorang yang telah menemukan arah hidupnya.

Terkadang ia berlatih langsung bersama Evan, kadang bersama para pengawal pilihan yang ditunjuk oleh pria itu. Namun, ada juga waktu di mana Elina memilih berlatih sendirian hingga larut malam—tanpa pengawasan, tanpa istirahat.

Buk! Buk! Sraaak!

Tinju Elina menghantam karung pasir berulang kali. Nafasnya terengah, tapi langkahnya tetap stabil. Ia berputar, menendang, menangkis, lalu kembali menyerang bayangan musuh yang hanya ada di pikirannya.

Di lantai dua, Evan berdiri bersandar di balkon kaca, memperhatikan dengan tatapan tajam namun penuh kebanggaan. Di sampingnya, Rio—tangan kanannya berdiri dengan ekspresi ragu.

"Tuan... apa anda serius dengan apa yang anda lakukan ini?" tanya Rio pelan, menatap ke arah Elina yang masih berlatih tanpa henti.

Evan tidak menjawab langsung. Pandangannya tetap lurus, memperhatikan setiap gerakan Elina. "Kenapa kau bertanya begitu?" suaranya datar, nyaris tanpa emosi.

Rio menelan ludah. "Bukan saya meragukan anda, Tuan... tapi saya hanya takut, suatu saat nanti—"

"Aku sudah mengatur semuanya." Evan memotong cepat, suaranya tajam. Ia menoleh sebentar, menatap Rio dari sudut mata. "Paham?"

Rio terdiam. Wajahnya menegang, tapi ia menunduk sopan. "Paham, Tuan."

Tanpa berkata lagi, Evan berbalik dan melangkah menuju lapangan.

Elina masih sibuk memukul karung pasir ketika suara langkah kaki berat terdengar di belakangnya. Tanpa menoleh, Elina sudah bisa menebak siapa yang datang.

"Om Evan?" tanyanya pelan.

Belum sempat Evan menjawab, tiba-tiba tangannya bergerak cepat, melepaskan serangan mendadak ke arah Elina. Refleks, gadis itu menunduk dan memutar tubuh, menangkis serangan tersebut dengan siku.

Bugh! Suara benturan keras terdengar.

Evan tersenyum tipis. "Cepat tanggap. Bagus."

Belum sempat Elina bernapas lega, Evan kembali menyerang. Kali ini gerakannya jauh lebih cepat, lebih kuat. Elina menangkis satu, dua pukulan, tapi serangan berikutnya menghantam pundaknya. Ia terhuyung, tapi tidak jatuh.

“Napasmu kacau. Fokus, El,” kata Evan datar sambil berputar lagi, menendang ke arah samping.

Elina menahan dengan lengan, lalu berusaha menyerang balik. Ia menendang ke arah Evan, tapi pria itu menangkis dengan mudah. Gerakan mereka terus beradu, keras dan teratur.

Buk! Buk! Srak!

Tubuh Elina berputar cepat, menghindar dari serangan dan berusaha membalas. Dalam satu momen singkat, ia berhasil menempatkan dirinya di belakang Evan dan menodongkan tangan ke arah punggungnya seolah ingin memukul.

Evan berhenti, tersenyum puas. “Bagus, El. Kepekaan dan kecepatanmu sudah meningkat. Kamu sudah bisa membaca pergerakan musuh, bahkan sebelum mereka menyerang.”

Elina tersenyum lelah, menunduk sedikit sambil mengatur napas. “El masih harus banyak belajar, Om.”

Evan menepuk bahunya. “Belajar itu gak akan ada habisnya. Tapi kamu sudah jauh dari kata pemula.”

Mereka duduk di pinggir arena latihan, matahari sudah mulai condong ke barat. Keringat mengalir di pelipis Elina, tapi matanya tetap bersinar.

“Om…” panggilnya pelan.

“Hm?”

“Terima kasih… karena sudah sabar ngelatih El. Kadang El nyusahin, tapi Om gak pernah marah.”

Evan menatapnya, senyum kecil muncul di wajahnya. “Kamu mirip kakakku.”

“El mirip Ayah?”

Evan mengangguk pelan. “Sama-sama keras kepala, tapi punya hati yang kuat.”

Elina hanya terdiam, menatap tanah sambil menggenggam erat botol air di tangannya. Dalam diam, pikirannya kembali pada wajah sang ayah. Sementara Evan menatap gadis itu—entah kenapa, ada sesuatu di matanya. Antara rasa bersalah dan kekhawatiran yang tak ia tunjukkan pada siapa pun.

Dan saat senja mulai turun, Elina kembali berdiri, bersiap melanjutkan latihannya tanpa diperintah.

Evan menghela napas pelan. “Kamu memang anak yang luar biasa, El.”

Namun dalam hatinya, ia tahu—semakin kuat Elina menjadi, semakin dekat pula ia pada sesuatu yang belum siap dihadapi siapa pun.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!