MATA SAKTI DARI LANGIT

Rolan juga hanya bisa menghela nafasnya dan membiarkan Melodi untuk minum. Sejujurnya Rolan merasa kurang baik jika wanita minum alkohol.

Melodi mulai membuka satu botol anggur dan menuangkannya ke dalam dua gelas. Satu gelas untuknya dan satu gelas untuk Rolan.

Melodi mengangkat gelasnya untuk Rolan, begitu juga Rolan mengangkat gelasnya untuk Melodi, mereka bersulang.

Rolan mulai meminum anggurnya dengan perlahan-lahan menikmatinya. Kemudian Rolan tampak terkejut, mendapati anggur di gelas Melodi tampak sudah kosong di minumnya habis. Sedangkan Rolan sendiri belum ada seperempat meminum anggur miliknya.

Melodi kembali menuangkan anggur ke dalam gelasnya. Hanya dalam satu tegukan saja, segelas anggur itu sudah habis di minumnya.

Beberapa menit kemudian, wajah Melodi tampak memerah. Terlihat dua botol anggur yang sudah kosong di habiskan Melodi sendiri. Melodi kini dalam kondisi mabuk dan menyandarkan kepalanya di atas meja.

Rolan hanya bisa menghela nafasnya dan menggelengkan kepalanya melihat Melodi. Dirinya sudah menasehatinya, dan kini hasilnya Melodi mabuk berat.

Setelah membayar tagihan makanannya, Rolan juga memapah Melodi yang mabuk untuk membawanya pulang.

Karena Melodi mabuk, Rolan memutuskan kembali menggunakan taksi, sedangkan sepeda motornya di tinggal di restoran itu. Sampai di gedung rumah susun, Rolan juga langsung membawa Melodi ke rumahnya.

Rolan memapah Melodi mengantarkan ke rumahnya. Sampai di rumah Melodi, Rolan juga langsung membaringkannya di tempat tidurnya. Rolan juga bersiap pergi untuk mengambil sepeda motornya yang dia tinggal.

Sebelum pergi, Rolan melihat ke arah Melodi yang dalam kondisi mabuk terbaring di ranjang. Posisi baring Melodi ini begitu sangat menggoda sekali.

Wajahnya memerah karena mabuk membuat terlihat sangat manis dan menawan. Kedua kakinya sedikit terbuka, sehingga membuat rok yang di kenakan nya juga naik. Alhasil Rolan dapat melihat sedikit bagian paha Melodi yang begitu putih.

Melihatnya secara langsung seperti ini memiliki rasa tersendiri di bandingkan dengan melihatnya menggunakan kekuatan tembus pandang.

"Melodi ini..." ucap Rolan.

"Berbahaya sekali jika dia sedang mabuk, posenya seperti ini bisa membahayakan dirinya," sambung Rolan.

"Lain kali aku tidak boleh membiarkannya mabuk," sambung Rolan lagi.

Rolan mengambil sebuah selimut dan menyelimuti Melodi kemudian pergi dari sana.

Setelah Rolan pergi, perlahan Melodi juga membuka matanya. Melodi melepaskan selimut dari tubuhnya dan bangkit duduk di atas ranjangnya.

"Rolan ini sebenarnya pria normal bukan sih?" tanya Melodi sendiri.

"Apa aku kurang cantik, perasaan bentuk tubuhku ini lumayan bagus," sambung Melodi.

Melodi sebenarnya sudah sadar dari mabuknya ketika berada di mobil taksi. Hanya saja dirinya terus berpura-pura di hadapan Rolan.

Tidak di sangka, Rolan bahkan tidak sedikit pun mengambil keuntungan darinya. Jika pria lain, mungkin saja tangannya pasti sudah meraba tubuhnya. Melodi juga semakin jatuh hati kepada Rolan.

Di restoran tempat Rolan meninggalkan motornya, Amanda juga sedang makan malam dengan seorang pria di salah satu saung yang ada di sana. Pria tersebut adalah Bento yang sering membawa wanita ke apartemen pribadinya.

Bento memiliki perusahaan yang bergerak di bidang penyedia batu giok, sedangkan perusahaan Amanda bergerak di bidang perhiasan dengan bahan baku giok. Pertemuan mereka ini juga untuk membicarakan masalah bisnis.

Perusahaan Amanda saat ini sedang membutuhkan pasokan batu giok dalam jumlah besar, sehingga dia ingin bekerja sama dengan Bento.

Bento terus menatap Amanda yang ada di hadapannya dengan mesum. Amanda begitu cantik sekali dan menawan. Tidak ada pria yang tidak menyukainya ketika bertemu dengannya.

"Bagaimana tuan Bento, apakah anda setuju bekerja sama dengan perusahaan saya?" tanya Amanda.

"Kami akan membeli batu giok dari anda dalam jumlah banyak, dan dengan harga yang tinggi, dengan demikian, perusahaan anda juga akan mendapatkan keuntungan yang besar," sambung Amanda.

Walaupun kerja sama ini sama-sama menguntungkan, namun Bento tahu betul bahwa Amanda lah yang sangat berharap kepadanya. Perusahaan Amanda Wijaya group saat ini sedang kesulitan mendapatkan pasokan giok akibat persaingan yang ketat, jadi dirinya sangat mengharapkan kerjasama ini.

"Soal kerjasama ini, semuanya bisa di atur," ujar Bento.

"Saya bisa memasok batu giok dalam jumlah besar untuk perusahaan nona Amanda, saya juga bisa memberikan harga yang murah, asalkan nona setuju dengan syarat dari saya," sambung Bento.

"Syarat apa tuan Bento?" tanya Amanda.

"Kebetulan malam ini saya membutuhkan teman tidur, nona Amanda temani saya satu malam, setelah itu, masalah batu giok bisa di atur," jawab Bento sambil tangannya menyentuh hendak tangan dari Amanda.

Amanda juga langsung menepis tangan bento. Amanda tidak menyangka bahwa Bento mengajukan persyaratan tidak masuk akal seperti ini. Bento tidak lebih baik dari hewan dan hanyalah seorang pria brengsek.

"Karena tuan Bento sudah tidak sopan terhadap saya, maka saya juga sudah tidak berniat untuk berkerja sama dengan anda," ujar Amanda bangkit dari tempatnya hendak pergi dari sana.

Walaupun Amanda sangat membutuhkan kerjasama ini, namun harga dirinya jauh lebih berharga. Kesuciannya sebagai seorang wanita tidak mungkin ternilai oleh hal seperti ini.

Bento sendiri sudah terpesona oleh kecantikan dari Amanda, jadi dia tidak akan melepaskannya begitu saja. Tampaknya dia terlalu terburu-buru barusan, jadi bento harus mencoba menenangkannya terlebih dahulu.

Di dalam sakunya, Bento membawa obat yang jika di minum oleh wanita, maka akan membuat kesadarannya menurun dan tubuhnya menjadi panas. Bento hanya perlu mencari cara untuk memberikan obat itu kepada Amanda. Ketika obat telah bereaksi, maka malam ini Amanda akan menjadi miliknya.

"Nona Amanda tunggu!" panggil Bento.

"Semua bisa kita bicarakan lagi," sambung Bento.

Bento juga meraih pergelangan tangan Amanda dan mencengkram nya.

"Tuan Bento, apa yang anda lakukan?" tanya Amanda.

"Lepaskan saya!" sambung Amanda mencoba melepaskan pergelangan tangannya.

Bukannya Amanda setuju untuk tinggal, Amanda justru ngotot untuk pergi dari sana. Amanda terus memberontak dan menarik tangannya, namun sayangnya dirinya tidak bisa melepaskannya. Cengkraman bento begitu kuat dan bertenaga. Amanda bahkan mulai merasakan pergelangan tangannya yang terasa sakit.

"Tuan Bento, anda jangan macam-macam, saya akan teriak, jika anda tidak melepaskannya!" ujar Amanda.

"Kamu pikir aku takut dengan ancamanmu, jika mau teriak, teriak saja!" balas Bento.

"Sekarang sudah pukul 10 malam lebih, lihat sekeliling, tempat ini sudah sepi dan hanya ada beberapa pelayan wanita," sambung Bento.

"Aku mau lihat, para pelayan wanita itu berani untuk menolong mu atau tidak," sambung Bento lagi.

Para pelayan wanita yang di maksud juga hanya diam saja dan pura-pura tidak melihat.

"Lebih baik kita jangan ikut campur," ujar salah satu pelayan wanita kepada rekannya sesama pelayan.

"Aku tahu, hidup sudah sulit, jangan mencari masalah," balas pelayan rekannya.

Pelayan-pelayan itu juga tidak berani untuk menolong Amanda. Mereka justru hanya pura-pura membersihkan meja dan kursi di sana.

Amanda juga sadar, benar yang di katakan oleh Bento, saat ini keadaan sudah sepi, para pelayan wanita juga tidak bisa berbuat apa-apa, sehingga membuat Amanda mulai takut.

Namun Amanda juga tidak diam saja, dirinya segera mengambil sebuah gelas kaca di atas meja dengan menggunakan tangan satunya. Gelas kaca itu langsung Amanda pukulkan ke kepala dari Bento.

"Prang!" Gelas kaca juga langsung pecah menghantam kepala Bento.

Bento juga langsung melepaskan cengkeramannya dan mundur beberapa langkah. Bento tampak begitu kesakitan sambil memegangi kepalanya yang pecah. Darah seger juga juga mulai menetes dari kepala Bento ke lantai.

"Dasar jalang, beraninya kamu..." Bento saat ini sangat marah sekali kepada Amanda.

Bento mendatangi Amanda dan langsung melayangkan tangannya hendak menampar Amanda. Amanda juga tampak ketakutan sekali.