Alana, gadis SMA yang 'ditakuti' karena sikapnya yang galak, judes dan keras kepala. "Jangan deket-deket Alana, dia itu singa betina di kelas kita," ucap seorang siswa pada teman barunya.
Namun, di sisi lain, Alana juga menyimpan luka yang masih terkunci rapat dari siapa pun. Dia juga harus berjuang untuk dirinya sendiri juga satu orang yang sangat dia sayang.
Mampukah Alana menapaki lika-liku hidupnya hingga akhir?
Salahkah ketika dia menginginkan 'kasih sayang' yang lebih dari orang-orang di sekitarnya?
Yuk, ikuti kisah Alana di sini.
Selamat membaca. ^_^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bulan.bintang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 | Trending topik
Masa liburan tlah usai, hari sibuk kembali datang. Jalanan kota mulai macet lagi karena jumlah pengguna jalan meningkat di jam-jam tertentu. Angkutan umum terlihat penuh sesak oleh mereka yang berseragam kerja maupun sekolah. Hilir mudik kendaraan berbaur dengan teriakan penjaja asongan di lampu merah.
Begitu pula dengan Dirgantara. Gedung yang sempat beberapa hari sepi dan lengang, kini kembali dipenuhi penghuninya dengan berbagai problem anak sekolah yang ada. Terlihat anak-anak berseragam biru putih mulai berdatangan, wajah mereka cerah namun tak sedikit pula yang masih terlihat malu-malu bertemu kakak kelas.
Pagi ini, Alana sudah siap berangkat sekolah. Seperti biasa, pak Joko sudah standby menunggu di halaman.
Meski suasana hatinya sedikit tak nyaman, namun gadis itu tetap melangkahkan kaki demi masa depan dan senyuman indah sang ibu kelak. Dirinya sadar, jalan satu-satunya membalas kebaikan mereka adalah dengan masa depan yang cerah, walaupun di satu sisi dia sendiri merasa lelah dan sangat menginginkan pertemuan dengan orang tua kandungnya.
"Udah siap, Non?"
Pak Joko meletakkan cangkir kopinya saat Alana berjalan mendekat. Dia hanya mengangguk lalu masuk ke dalam mobil dan memasang earphone -tanda tak ingin diganggu, dan si sopir sudah paham akan aturan tak tertulis itu.
Sesampai di sekolah, Alana melewati gerbang yang dijaga dua orang satpam.
"Tumben pagi bener, Neng."
Alana menyeringai lalu mendelik pada kedua laki-laki itu, kemudian berlalu menuju kelas.
Dalam ruang kelas XII, sudah ada beberapa siswa yang datang. Sisi dan Vio juga sudah duduk manis menatap Alana yang berjalan mendekat. Ketiganya saling bertukar cerita tentang liburan mereka, termasuk double date yang membuat Alana merasa jengkel.
Kenapa sih harus bahas itu? Bikin badmood aja.
Dari arah pintu, terdengar senandung dan keributan kecil yang kemudian masuklah Gala and the geng sambil melantunkan lagu-lagu randomnya.
Alana dan Gala saling melirik, tak berani bertegur sapa. Walaupun mereka sudah berdamai, namun itu belum sepenuhnya. Keduanya berlaku seperti biasa, si gadis masih saja keras kepala, hobi marah dan tetap setia menyandang julukan singa betina. Sedangkan Gala, dia tetap jahil dan kini lebih sering menggoda Alana sampai dia kena marah atau pun mendapat 'kecupan' merah di pipi.
Sampai di suatu kesempatan, Alana dan Gala makan di kantin berdua. Pemandangan yang aneh di mata penghuni Dirgantara, terutama para cewek yang meski sakit hati namun tak dapat berbuat banyak, karena tahu akan reputasi Alana yang membuat nyali mereka ciut. Begitu juga dengan para sahabat yang tak percaya akan kejadian yang mereka lihat saat itu.
Gala tersenyum senang, tak hentinya dia menatap wajah yang terlipat kesal di hadapannya.
"Na, gue ngerasa jadi artis. Bayangin aja, dari kita jalan nyampe sini, banyak banget yang liatin. Apalagi cowok-cowok tuh, keliatan kalo mereka iri, dengki dan hatinya busuk penuh kebencian menatap diriku ini."
Alana tak menggubris, dia terus saja menikmati makanannya tanpa banyak bicara.
Bisik-bisik disertai tatapan sinis turut mengikuti gerak gerik Alana dan Gala. Keduanya sampai menjadi trending topik di grup gosip sesama angkatan maupun adik dan mantan kakak kelas.
"Na, liat ini deh. Gue nggak terima lo diginiin. Gue paham ni cewek sekelas sama kak Galih. Dulu juga gue digituin pas awal-awal pacaran, eh sekarang gantian lo yang kena." Sisi memperlihatkan komentar dari sebuah akun yang menjelek-jelekkan Alana.
"Gue yakin, ni cewek iri sama kita, makanya dia nyebarin hoaks." Sisi dan Vio terlihat kesal. Keduanya terus menggulirkan layar, membaca semua berita yang ada.
"Udah biarin aja, ntar kalo capek juga berhenti sendiri." Alana membuka novel dan mulai hanyut dalam alur di dalamnya.
Jomblo kena, punya pacar tetep aja kena. Perasaan hidup gue serba salah mulu.
Tiba-tiba Alana menutup novelnya keras, membuat kedua sahabatnya terkejut.
"Na, lo kenapa?"
Alana menggeleng, namun di kepalanya muncul perdebatan.
Apa tadi? Pacar? Gue sama makhluk itu? Pacaran? idiihh amit-amit ...
Ekspresi Alana ditangkap jelas oleh temannya. "Na, lo kenapa sih? Kebelet?" Vio menyentuh lengan temannya dengan raut khawatir.
"Buruan ke toilet sekarang, Na. Mumpung belom bel."
Alana memukvl bahu Vio, membuat Sisi tertawa lepas. Dia melirik ke arah Gala yang tengah bermain gitar dikelilingi gengnya sambil bersenda gurau.
"Bro, lo serius udah jadian sama singa itu?" Rio menatap Gala dengan raut tak percaya, sementara Gala hanya tersenyum sembari jarinya terus memetik senar, memainkan intro sebuah lagu.
"Gal, gue nggak nyangka lo bisa naklukin makhluk mengerikan itu, meski butuh waktu yang nggak sebentar. Tapi lo hebat, gue salut!" Ardi menepuk bahu temannya dengan rasa bangga yang terlukis jelas di wajahnya.
"Mana?"
Tiba-tiba Juna mengangkat kepalanya dari meja, dengan wajah mengantuk, dia menyodorkan tangan ke arah Ardi yang duduk di sampingnya.
Ketiga cowok itu menatap heran, kening mereka berkerut hampir bersamaan.
"Apaan?" Ardi menepis tangan itu, namun Juna kembali pada posisi semula.
"Lo tadi bilang gery salut? Mana, gue minta." Tanpa rasa bersalah, Juna tetap keukeuh menyodorkan tangannya.
Rio, Gala dan Ardi seketika tertawa, ketiganya spontan memukvl kepala Juna dengan buku di meja.
"Lo kebanyakan molor, jadiinya budi." Rio terus terbahak melihat kelakuan temannya.
"Budi saha?" Ardi menoleh dengan ekspresi kebingungan.
"Budi is bud3k and bud3k is bolot, bolot is congek!" Seru Rio diikuti tawa keras dari teman-temannya.
Sedangkan Juna menatap mereka datar, lalu kembali merebahkan kepala di atas meja.
"Pantes pacaran sama Vio. 11 12 soalnya." Rio terkekeh menepuk punggung temannya.
Berita tentang Alana dan Gala dengan cepat menyebar, hingga sampai di telinga Galih yang saat itu sudah berada di halaman kampus.
"Dia kan bocah yang waktu itu? Jadi mereka jadian?" Galih kembali mengamati gambar di layar ponselnya. Dia teringat akan pertemuan mereka di aula beberapa bulan lalu.
Gue nggak terima, yang pertama kali liat dia bukan bocah ingusan itu, tapi gue. Dan gue juga nggak mau rencana ini bubar cuma gara-gara cecunguk satu itu.
Galih menjentikkan jari ke layar ponsel sembari tersenyum sinis.
Kembali ke Dirgantara. Sebagai pengurus osis, Alana tak luput dari berbagai kegiatan menyambut peserta didik baru. Pesonanya yang tak biasa, membuat adik kelasnya tak berani mendekat.
"Dia cantik ya, tapi sayang, galak bener." Seorang siswa kelas X berbisik pada temannya sembari melirik ke arah Alana yang berjalan melewati mereka.
Dia tahu jika dirinya menjadi buah bibir, namun Alana lebih memilih mengabaikan dan menganggapnya angin lalu.
Hubungannya dengan Gala juga semakin terang-terangan. Alana tak lagi marah saat Gala mendekat dan memberikan gombalan-gombalan receh ciptaannya.
Bukan lagi 'kecupan' pedas di pipi yang kini Gala dapatkan, namun senyuman indah Alana dengan pipi ranumnya yang memerah.
Sisi dan Vio juga sibuk dengan pacarnya, mereka bahkan mengajak Alana untuk mewujudkan impian lama yang belum terlaksana.
"Na, malem minggu kita triple date yuk. Gala pasti mau banget tuh, keliatan tu cowok bucin bener sama lo." Sisi terkikik geli, sementara Gala sudah tahu rencana itu dari Juna yang bertugas membuat Gala untuk setuju ikut.
"Kalo gue sih nggak masalah ya, nggak tahu sama dia." Gala menoleh pada Alana yang masih saja dibujuk oleh kedua sahabatnya.
"Oke, gue mau. Di mana?"
Alana mendengarkan Sisi yang menjelaskan lokasi tujuan dengan semangat '45.
"Pokoknya, kita bertiga bakal jadi best friend forever." Sisi merentangkan tangannya memeluk Vio dan Alana.
"Tuh, udah jelas, kan?" Gala tersenyum melihat Alana tertawa bahagia.
*