Istrimu Ingin Bercerai
Saat Clara tiba-tiba di bandara negara Lavin, waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam.
Hari ini adalah hari ulang tahunnya.
Begitu dia membuka ponselnya, dia menerima banyak ucapan selamat ulang tahun.
Semua dari teman dan rekan kerjanya.
Tapi tidak ada kabar sama sekali dari Erwin..
Seketika senyum Clara menghilang.
Ketika dia tiba-tiba di vila, sudah jam 10 lewat.
Saat Bibi Sari melihatnya, dia tertegun sejenak: "Bu Clara, kenapa ibu.. Bisa datang kesini?"
"Dimana Erwin dan Elsa?"
"Pak Erwin belum pulang, Nona Elsa masih bermain dalam kamar."
Clara pun memberikan barang-barangnya kepada Bibi Sari, tapi saat di lantai atas dia melihat Elsa yang memakai baju tidur, tampak duduk di meja kecil, entah sedang merangkai apa, tapi dia terlihat sangat serius, hingga bahkan tidak tahu ada orang yang memasuki kamarnya.
"Elsa?"
saat Elsa mendengar suara itu, dia langsung berbalik dan menyebut sebuah nama dengan riang. "Mama"
Lalu, dia kembali membalikan badannya dan melanjutkan merangkai barang di tangannya.
Clara kemudian mendekat dan memeluk tubuhnya, saat dia hampir menciumnya, dia didorong oleh Elsa:"Mama, aku lagi sibuk."
Clara sudah dua bulan tidak bertemu dengan anaknya, jadi dia merasa rindu kepadanya, tentu saja dia ingin menciumnya, dan berbicara dengan putrinya itu.
Melihatnya begitu serius, dia juga tidak mau mengganggunya: "Satu minggu lagi, tante Vanessa berulang tahun, ini hadiah yang aku dan ayah siapkan untuk dia! Kulit kerang ini buatan aku dan ayah sendiri pakai mesin, cantik'kan?"
Clara merasa tenggorokannya tercekat, sebelum dia menjawab, putrinya yang masih membelakangi pun lanjut berkata: "Ayah juga sudah siapkan hadiah lain untuk tante Vanessa, besok...."
Hati Clara tercekat, dia sudah tidak tahan lagi, "Elsa... masih ingat ulang tahun mama?"
"Ha? Apa?"Elsa menatapnya sejenak, lalu menundukkan kembali kepalanya dan menatap untaian manik-manik, sambil menggerutu: "Sudah aku bilang jangan bicara denganku dulu, susunan manik-manik jadi berantakan...."
lara melepaskan tangannya yang tadi sedang memeluk putrinya, dan tidak berbicara lagi.
Dia berdiri diam begitu lama, mau lihat putrinya bahkan tidak melihatnya, Clara mengatup erat bibirnya, lalu pergi dalam diam.
Bibi Sari melihatnya, lalu berkata: "Bu Clara, tadi aku sudah menelpon Pak Erwin, dia bilang malam ini dia ada urusan, jadi dia meminta anda untuk tidur duluan."
"Oke."
Clara hanya menjawab pendek, teringat perkataan putrinya tadi, dia tertegun, dan segera menelpon Erwin.
Setelah berdering sejenak telepon itu diangkat, tetapi suaranya terdengar begitu tenang: "aku masih ada urusan, besok saja..."
"Erwin, ini sudah malam, siapa yang telepon itu?"
Itu adalah suara Vanessa.
Clara emang genggam ponselnya erat-erat.
"Bukan siapa-siapa."
sebelum Clara berbicara, Erwin langsung mematikan telepon.
Mereka sudah 3 bulan tidak bertemu, hari ini akhirnya dia pulang ke negara Lavin, tapi Erwin malah tidak mau segera pulang, bahkan dengar teleponnya pun, dia tidak mau.
Setelah menikah begitu lama, Erwin selalu begini kepadanya, dingin, menjauh, dan tidak sabaran.
Sebenarnya Clara sudah terbiasa.
Kalau dulu, dia pasti akan menelpon Erwin sekali lagi, lalu dengan sabar menanyakan keberadaannya, dan apa dia bisa pulang.
Akan tetapi mungkin hari ini dia kelelahan, jadi tidak ada tenaga untuk melakukan itu.
Keesokan paginya begitu bangun, dia berpikir sejenak, lalu memutuskan untuk menelpon Erwin lagi.
Negara Lavin dan Negara Malo memiliki perbedaan 17 hingga 18 jam, jadi di negara Lavin, hari ini barulah ulang tahunnya.
Kali ini tujuannya pulang ke negara Lavin, selain ingin bertemu Erwin dan Elsa, dia juga berharap di hari yang spesial ini, Mereka bisa berkumpul, dan makan bersama.
Ini adalah doanya dalam ulang tahun kali ini.
Erwin tidak mengangkat teleponnya.
Setelah begitu lama, dia baru mengirim sebuah pesan.
(Ada apa?)
Clara: (Siang ini ada waktu? aku mau bawa Elsa, kita makan siang bersama?)
(Oke, beritahu aku lokasinya agar aku menyusul nanti.)
Clara: (Oke)
Setelah itu, Erwin tidak membalas lagi.
Dia tidak ingat hari ini ulang tahun istrinya.
Meskipun Clara sudah mempersiapkan hatinya, tapi dia tetap merasa kecewa.
Setelah mandi, dia bersiap turun ke bawah, tapi saat ini dia mendengar suara putrinya dan Bibi Sari.
"Bu Clara sudah pulang, kenapa Nona Elsa tidak senang?"
"Aku dan ayah sudah setuju mau main di pantai bersama tante Vanessa, tapi Ibu mendadak pulang, kalau dia mau ikut kami pergi, suasananya pasti tidak enak."
"Ibu juga jahat sekali, selalu tidak suka dengan tante Vanessa...."
"Nona, Bu Clara itu ibumu, tidak boleh bilang seperti itu, nanti Bu Clara jadi sedih oke?"
"Aku tahu, tapi aku dan ayah memang lebih suka bersama tante Vanessa, apa Tante Vanessa tidak bisa jadi ibuku saja?"
"..."
jawaban Bibi Sari selanjutnya, tidak terdengar lagi oleh Clara.
Itu adalah putri yang dibesarkannya sendiri, tapi setelah bersama ayahnya selama 2 tahun, dia malah jadi lebih dekat pada ayahnya, tahun lalu Erwin datang ke negara Lavin untuk buka cabang, tapi putrinya malah mau ikut juga.
Dia tidak rela, dia tentu ingin putrinya tetap berada di sisinya.
Tapi dia juga tidak tega melihat anaknya sedih, jadi dia terpaksa setuju.
Tidak disangka....
Seperti di paku di lantai, Clara berdiri tegak, wajahnya pucat, tidak bisa bergerak sama sekali.
Kali ini dia melepaskan pekerjaannya untuk datang ke negara Lavin, karena dia ingin menemani putrinya.
Tapi tampaknya, tidak perlu lagi.
Clara kembali ke kamarnya, lalu menyimpan kembali hadiah yang dia bawa dari negara Malo, ke dalam kopernya.
Beberapa saat kemudian, Bibi Sari menelponnya, mengabari bahwa dia membawa Elsa keluar untuk bermain, meminta Clara menelponnya kalau ada urusan.
Clara duduk di atas tempat tidur, merasa hampa dan bingung.
Dia secara khusus melepaskan pekerjaannya untuk datang kemari, tapi akhirnya tidak ada yang benar-benar membutuhkannya.
Kedatangannya, membuatnya terlihat seperti orang bodoh.
Setelah beberapa saat, dia keluar rumah.
Dia berjalan tanpa arah di negara yang asing tapi familiar ini.
Saat mendekati siang, dia baru teringat, sebelumnya dia mengajak Erwin makan siang.
Dia lalu teringat perkataan yang dia dengar tadi pagi, saat dia sedang ragu apakah mau pergi jemput putrinya, dia tiba-tiba menerima pesan dari Erwin.
(Siang ini ada urusan, makan siangnya di batalkan.)
Clara menatapnya lama, tidak terkejut sama sekali.
Karena dia sudah terbiasa.
Bagi Erwin urusan kantor ataupun janji dengan teman.... semuanya lebih penting daripada istrinya.
Walaupun sudah berjanji dengannya, Erwin bisa membatalkannya sesuka hati.
Sama sekali tidak memikirkan perasaannya.
Lalu apa dia merasa kecewa?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments