Namanya Kevin. Di usianya yang baru menginjak angka 20 tahun, dia harus mendapati kenyataan buruk dari keluarganya sendiri. Kevin dibuang, hanya karena kesalahan yang sebenarnya tidak dia lakukan.
Di tengah kepergiannya, melepas rasa sakit hati dan kecewa, takdir mempertemukan Kevin dengan seorang pria yang merubahnya menjadi lelaki hebat dan berkuasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Titik Terang
Mario menatap Hernandez dengan pikiran yang penuh tanda tanya. Sikap pria itu tentu saja membuat semua orang yang ada di sekitarnya, menatap Mario, dengan segenap rasa penasaran yang hampir sama.
"Emang Berry itu siapa, Om?" tanya Nadira. Rasa penasaran menyeruak pada benak gadis itu, serta pada pria lain yang masih mengelilingi meja makan.
"Dia mantan orang kepercayaan Om," jawab Mario. "Dia berkhianat karena hasutan pria bernama Chen."
"Loh, kok bisa?" Sekarang Harvez yang bersuara. "Emang orang itu bekerja pada siapa, Tuan."
"Apa kamu pernah mendengar perusahaaan Medicine Power?" Pertanyaaan Mario, sontak membuat Harvez berpikir.
"Perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan," justru Hernandez yang menjawab. "Emang ada apa dengan perusahaan itu? Bukankah perusaahan itu sudah lama ditutup karena ada kasus produksi obat berbahaya?"
"Oh iya, saya ingat!" seru Harvez. "Itu perusahaan asal Jerman kan?" Mario mengangguk. "Emang apa hubungannya dengan pria bernama Berry?"
"Jadi, pemilik perusahaan itu masih tidak terima dengan keputusan hakim dunia kesehatan kalau perusahaannya di tutup. Diam-diam, dia mendirikan organisasi rahasia yang berisi para ahli dibidang obat-obatan. Sekitar dua bulan yang lalu, mereka berhasil menciptakan data pengembangan Virus penyakit yang akan mereka sebarkan melalui multi vitamin dan formula makanan. Untuk menyempurnakan hasil ciptaannya, mereka butuh pihak yang bisa menyebarkan virus itu ke seluruh dunia dengan aman. Mereka tahu, satu-satunya perusahaan besar yang bisa mewujudkan keinginan mereka adalah perusahaan saya. Mereka ingin menyelundupkan virus itu melalui perusahaan farmasi saya."
"Hmmm...," ujar Hernandez. "Mereka pasti mengutus seseorang untuk menghasut anak buah kamu dan mereka berhasil mendapatkan Berry. Benar begitu?"
Mario mengangguk. "Kebetulan Berry adalah salah satu orang yang aku percaya untuk mengawasi perusahaan di bidang kesehatan. Diam-diam dia sering mengajak orang orang itu mendatangi perusahaan, untuk merancang pengembangan virus itu, bahkan mereka tidak segan, menggunakan manusia untuk bahan uji coba."
"Astaga!" Harvez dan beberapa orang lainnya nampak terkejut mendengarnya. "Apakah mereka berhasil?" tanya Hendrick.
"Hampir berhasil," jawab Mario. "Untungnya saya bisa segera mendeteksi kejanggalan yang saya temukan beberapa hari terakhir sebelum uji coba mereka mencapai final."
"Emang tujuan diciptakan virus itu untuk apa?" tanya Nadira dengan polosnya.
"Untuk menguasai pasar kesehatan dunia," Patrick yang menjawab. "Selain menciptakan Virus, mereka juga pasti akan menciptakan penangkalnya. Jadi, jika virus itu sudah kesebar dan segala metode pengobatan gagal dijalankan, mereka akan muncul bagai pahlawan, menunjukan obat penangkalnya. Tentu saja, mereka akan menggunakan orang yang telah di uji coba untuk membuktikan keampuhan obat itu. Bukan begitu, Tuan Mario?"
"Benar," jawab Mario. "Dengan begitu, mereka akan mendapatkan keuntungan besar karena bisa memonopoli harga obat, sesuai yang mereka inginkan dan yang mendapat dampak buruk dari kejadian itu tentu saja perusahaan saya. Karena, mereka menyebarkan virus itu melalui vitamin dan obat-obatan hasil produksi perusahaan saya."
"Owalah, kok jahat banget sih," Nadira pun jadi geram setelah mendengarkan penjelasan yang cukup panjang.
"Lalu, tujuan Berry berada di sini untuk apa?" tanya Hernandez.
"Jadi begini, " jawab Mario. "Setelah mereka ketahuan, mereka segera memindahkan semua data yang sudah mereka ciptakan dan menyimpannya di sebuah komputer. Sayangnya, karena keteledoran rekan Berry, komputer itu tertukar dengan barang milik orang lain."
"Ketuker dengan barang milik orang lain?" tanya Hernandez lagi dengan kening yang berkerut. "Tunggu dulu," sepertinya Hernandez, teringat akan sesuatu. "Apa kejadian itu, di bandara india?"
"Tepat sekali," ucap Mario. Namun beberapa saat kemudian, raut wajah Mario berubah dan hampir sama dengan reaksi yang ditunjukan Hernandez. Mereka. Sepertinya sama-sama mengingat sesuatu.
"Lavia," seru Hernandez dan Mario bersamaan. Saat itu juga dua pria itu bangkit dari tempat duduknya, dan bergegas menemui wanita yang ada di kamar perawatan.
"Mami? Memang apa hubungannya dengan Mami?" Nadira kembali bingung dengan sikap Papi dan Mario. Begitu juga dengan orang-orang yang masih bertahan di meja makan.
"Ah, aku tahu," ujar Harvez tiba-tiba. ''Bukankah belum lama ini, Nyonya Lavia baru saja pulang dari india karena menghadiri acara besar? Terus Nyonya dibuat heran kala menemukan sebuah notebook di dalam tas tentengnya."
"Ah iya, benar juga," seru Patrcik. "Apa jangan-jangan karena itu juga, Nyonya dan Tuan Hernandez diburu untuk dihabisi?"
'Bisa jadi," balas Harvez. "Mungkin, mereka mengira Tuan dan Nyonya sudah mengetahui isi notebook itu jadi mereka diburu."
Di saat bersamaan, Hernandez kembali ke ruang makan. "Harvez, Patrcik, Hendrick, kalian, tolong pergi ke kantor, sekarang juga, Cari notebook mati yang ada di kantor Lavia."
"Baik, Tuan," ketiga pria itu bergegas bangkit untuk menjalankan tugas.
Sekarang tinggal sisa dua anak muda yang hanya menatap bingung dengan apa yang terjadi.
Selain tiga orang suruhan pemilik gedung, di tempat lain, juga ada beberapa orang yang sedang menuju ke gedung yang disebutkan Hernandez. Mereka adalah Dorman dan dua rekannya yang memiliki misi yang sama dengan Hernandez.
'Bukankah penjagaan gedung Black diamond sangat ketat?" tanya rekan Dorman. "Terus, bagaimana caranya kita bisa masuk?"
Dorman langsung menyeringai. "Sangat ketat, bukan berarti tidak ada celah. Kamu tidak perlu khawatir, aku sering memantau gedung itu dan aku tahu darimana kita bisa masuk dan mengacak-acak kantor itu."
"Ya sudah, kalau begitu, kita berangkat sekarang."
"Oke!" Dorman langsung menyalakan mesin mobil lalu tak lama kemudian mobil pun melaju.
####
Sedangkan di tempat lain. Tepatnya di dalam kamar salah satu hotel, seorang pria dan seorang wanita terbaring bersama dengan tubuh tanpa busana.
Padahal mereka baru ketemu dan saling kenal beberapa jam yang lalu. Tapi melihat gelagat wanita yang nampak gatal, tanpa basa-basi si pria mengajak istri orang itu untuk ketemuan di hotel.
"Saya pikir, anda tadi hanya akan mengajak saya untuk malam, Tuan," ucap wanita bernama Clara, mendekat erat tubuh kekar pria yang baru saja menanam benih dalam rahimnya. "Eh, nggak tahunya malah, mengajak saya ke sini."
Pria bernama Chen sontak menyeringai. "Bukankah ini juga makan malam yang kamu inginkan?" ucapnya tanpa basa basi. Namun bukannya marah, Clara malah tersenyum malu karena si pria tahu keinginan yang sebenarnya. Tangan Clara membelai lembut, milik Chen yang dipenuhi bulu rimbun.
"Bagaimana penawaran saya tadi? Apa kamu mau membantu saya?" sebelum melakukan hubungan ranjang, mereka memang terlebih dahulu membicarakan sesuatu yang cukup serius. "Kalau kamu beneran mau, maka saya pasti dengan senang hati, akan berkali-kali menanam benih di rahim kamy, bagaimana?"
"Tentu saja saya mau, Tuan," jawab Clara antusias. "Baiklah, saya akan membantu anda, oke?"
Chen tersenyum puas. "Ya sudah, sekarang, kamu nikmati punyaku pakai mulut ya? Nanti aku mssukin punya kamu lagi."
Dengan girang Clara langsung mematuhi perintah pria itu.