Aditya Kalandra wiratmaja tidak pernah menyangka bahwa kekasihnya, Nathasya Aurrelia pergi meninggalkannya tepat di hari pernikahannya. Dalam keadaan yang kalut ia dipaksa harus menerima pengantin pengganti yang tidak lain adalah adik dari sahabatnya.
Sementara itu, Nayra Anindhira Aditama juga terpaksa harus menuruti permintaan sang kakak, Nathan Wisnu Aditama untuk menjadi pengantin pengganti bagi Aditya atas dasar balas budi.
Apakah Nayra sanggup menjalani kehidupan barunya, dan mampukah dia menakhlukkan hati Aditya.
Ataukah sebaliknya, apa Nayra akan menyerah dan pergi meninggalkan Aditya saat masalalu pria itu kembali dan mengusik kehidupan rumah tangga mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MauraKim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayo Mulai dari Awal
Tubuh Nayra membeku, mendengar ucapan Aditya. Bahkan tanpa sadar, ia terus menerus mengulang ucapan Aditya dalam kepalanya.
"Kedepannya, kamu harus terbiasa Ra. Karena mulai sekarang, aku akan memelukmu saat tidur."
Nayra bertanya-tanya dalam hati. Apa yang sebenarnya terjadi pada Aditya? Apa kepala pria itu terbentur sesuatu, atau sifatnya berubah karena ia sedang sakit. Entahlah, Nayra tidak bisa menemukan jawaban dari semua pertanyaannya.
"Mas, sebaiknya kita bangun sekarang. Takutnya kita terlewatkan waktu subuh. Ayo, Nayra bantu Mas ke kamar mandi." Nayra melepaskan tangan Aditya dari perutnya dan segera membalikkan tubuhnya ke arah Aditya.
Aditya sontak langsung membuka matanya karena tindakan yang Nayra lakukan. Nayra segera menempelkan telapan tangannya pada dahi dan leher Aditya, ia memastikan apakah suaminya itu masih demam atau tidak.
Tindakan Nayra lagi-lagi membuat Aditya terkejut. Aditya merasa detak jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya, Aditya merasa binggung dengan apa yang terjadi padanya.
"Badanmu masih panas, Mas. Hari ini sebaiknya kamu istirahat di rumah dulu. Kamu selalu pulang dan melewatkan waktu makanmu, itulah sebabnya kamu sampai jatuh sakit begini."
Nayra berucap dengan santainya, ia bahkan sama sekali tidak sadar kalau Aditya sedari tadi menatapnya dengan intens.
Nayra merasa tubuhnya membeku, saat ia mendongakkan kepalanya. Matanya tanpa sengaja bersitatap dengan mata tajam milik Aditya.
Tatapan itu terlalu dekat dan terlalu dalam. Membuat jantung Nayra berdetak tak karuan.
Wajah Nayra langsung merona, ia buru-buru mengalihkan pandangannya. Lalu pelan-pelan mengangkat tubuhnya dari atas tempat tidur.
"Kalau begitu, A-aku ambil ke kamar mandi dulu ya, Mas." Ujarnya gugup tanpa menoleh.
Nayra bergerak sedikit terburu-buru saat menyingkirkan selimut dan turun dari tempat tidur. Ia bahkan hampir saja jatuh, karena tersandung selimut yang terjuntai di lantai.
Aditya masih menatap punggung istrinya dengan senyum tipis di sudut bibirnya, bukan senyum mengejek, melainkan senyum yang muncul begitu saja karena melihat wajah Nayra yang merah padam.
"Kenapa dia lucu sekali? " gumam Aditya pelan.
Sementara di kamar mandi, Nayra menyandarkan punggungnya di balik pintu. Ia menarik napas dalam mencoba untuk meredakan debaran jantungnya. "Kenapa aku jadi gugup seperti ini?"
Desisnya lirih sembari mengusap wajahnya yang masih terasa memanas. Nayra sampai lupa dengan niatnya untuk membantu Aditya ke kamar mandi.
Setelah selesai membersihkan badannya, Nayra keluar dari kamar dan ia bisa melihat Aditya sudah duduk bersandar pada headboard.
"Mas, biar Nayra bantu ke kamar mandi dulu, ya. Setelah itu Nayra baru ambil wudhu."tuturnya masih dengan sedikit kegugupan.
"Tidak usah, Ra. Aku bisa sendiri, kamu ambil saja wudhu sekarang. Setelah itu aku akan gunakan kamar mandinya." ucap Aditya dengan pelan.
"Tapi, Mas... Apa kamu sudah bisa sendiri? Bagaimana kalau kamu sampai pingsan seperti kemarin?" tanya Nayra dengan raut wajah khawatir.
Mendengar pertanyaan dari Nayra, tiba-tiba muncul ide di kepala Aditya untuk menjahili Nayra. "Sepertinya kamu benar, Ra. Baiklah, kalau begitu bantu aku membersihkan badanku di kamar mandi, Ya." ucap Aditya dengan setenang mungkin. Padahal dalam hatinya, ia ingin sekali tertawa karena melihat wajah Nayra yang seketika memerah saat mendengar ucapannya.
"T-tapii, Mass.. Itu, Ak-uu,," jawab Nayra gugup. Dia bahkan tidak tahu harus menjawab apa.
"Aku hanya bercanda, Ra. Kenapa wajahmu memerah seperti itu,, Hmmm?" Aditya berdiri dari duduknya dan melangkah menuju kamar mandi. Namun, saat berada di hadapan Nayra, Aditya menghentikan langkahnya sejenak. "Kamu terlihat mengemaskan sekali saat sedang gugup seperti ini, Ra." ucap Aditya sembari mengusap pelan pucuk kepala Nayra. Setelah itu ia melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi.
Nayra yang di perlakukan seperti itu, sontak merasa debaran di jantungnya kembali berdetak semakin kencang. Ia sampai harus memegangi dadanya dengan kedua tangannya karena rasa-rasanya jantungnya mau meledak.
Sudah lama Nayra tidak pernah merasakan perasaan seperti ini, terakhir kali ia merasakan ini saat masih menjalin hubungan dengan Rafael. Itu bahkan sudah berlalu sejak bertahun-tahun lalu.
"Apa ini pertanda kalau aku mulai jatuh cinta pada Mas Aditya." Nayra mengelengkan kepalanya, mencoba menepis pikirannya yang ngawur. "Tidak, Nayra. Kamu tidak boleh jatuh cinta padanya. Dia bahkan baru semalam memperlakukan ku dengan baik. Kenapa aku lemah sekali sih." gerutu Nayra dalam hati, menyalahkan dirinya sendiri yang mudah sekali luluh dengan sikap Aditya.
Setelah momen mendebarkan itu berlalu, akhirnya Aditya dan Nayra menunaikan shalat subuh berjamaah. Aditya membalikkan tubuhnya ke arah Nayra setelah selesai membaca doa. pria itu mengulurkan telapak tangannya, dan tanpa menunggu lama, Nayra meraih telapak tangan suaminya dan mengecupnya.
Saat Nayra mendongak, ia merasa sangat terkejut karena Aditya tiba-tiba meraih kedua sisi wajahnya dengan tanganya. Pria itu mendekatkan wajahnya ke arah Nayra, dan tanpa aba-aba memberikan kecupan pada dahi Nayra.
"Semoga Allah selalu memberikan keberkahan dalam rumah tangga kita." doa Aditya sembari melepaskan tangannya dari kedua sisi wajah Nayra.
"Amin ya Rabbal 'alamin." jawab Nayra dengan wajah memerah karena malu. Dalam hati, Nayra merasa bersyukur. Aditya menunjukkan perubahan dalam sikapnya. Nayra berharap, semoga kedepannya hubungannya dengan Aditya semakin membaik.
Setelah membereskan peralatan shalat yang ia dan Aditya gunakan, Nayra beranjak pergi ke dapur. Sementara Aditya, pria itu kembali beristirahat karena tubuhnya yang masih merasa lemas.
"Mas istirahat lagi, Ya. Aku ke dapur sebentar, mau memasak bubur buat kamu." ucapnya pelan tapi hangat.
Aditya hanya mengangguk sembari menyunggingkan sedikit senyumnya. Namun, saat Nayra benar-benar akan beranjak, Aditya menahan pergelangan tangannya.
Nayra menoleh ke arah Aditya, bermaksud ingin menanyakan apa yng pria itu butuhkan. Tapi sebelum ia sempat mengeluarkan suaranya, Aditya lebih dulu berucap.
"Terima kasih karena kamu sudah mau merawatku, Ra. Meskipun sebelumnya aku selalu berperilaku buruk, kamu tetap peduli padaku. Ayo kita mulai semuanya dari Awal." ucapan Aditya membuat Nayra membeku.
Nayra melamun bertanya-tanya dalam hatinya, benarkan Aditya mengajaknya untuk memulai semuanya dari awal? Nayra kembali tersadar dari lamunannya, saat Aditya melanjutkan lagi ucapannya.
"Ajari aku untuk mencintaimu, Ra."
Izin yaa