Siti tak bisa mencegah sahabatnya berbuat tak senonoh bersama kekasihnya di sebuah pemandian air panas Gunung Keramat.
Kejadian memalukan itu mengundang kemurkaan para penunggu gunung. Masyarakat setempat sejak dulu percaya ada sejenis siluman ular pertapa di tempat itu, yang mana jika menggeliat bangun longsor tercipta, jika membuka mulutnya maka mata air deras membuat banjir bandang melanda desa-desa di bawahnya.
Malam itu Siti yang nekad menyusul temannya ke pemandian air panas mengalami kerasukan. Rohnya ditukar oleh Siluman ular pertapa itu, Roh Siti ada di alam jin, dan tubuh Siti dalam kendali Saraswati Sang Siluman berkelana di alam manusia, berpura-pura menjadi mahasiswi pada umumnya.
Di alam manusia, Saras dikejar-kejar oleh Mekel dan Jordan, wakil presiden BEM dan Presiden BEM itu sendiri. Sedangkan di alam jin, Siti malah membuat seorang Pangeran harimau bernama Bhre Rakha jatuh hati.
Bhre Rakha mau membantu Siti mendapatkan kembali tubuhnya, asal mau menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Lions, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Aku Terpaksa Harus Memaksanya
Lama-lama dan juga karena lelah, Siti terlelap, ia sampai kelupaan belum sholat, dan bersiwak, ia mulai terlelap, ngiler seperti beberapa anak gadis pada umumnya. Malam terasa sangat tenang, suara burung hantu kecil di atas pohon, 'kuk kuk kuk,' seperti nina bobo yang membikin semakin pulas.
Hal yang Siti tak ketahui adalah Rakha masih ada tepat di depan pintunya, ia tak bergerak kemana-mana, masih berharap bisa dibukakan pintu untuk membicarakan atau mendiskusikan masalah percintaan ini.
Lelaki tidak bercerita, tidak menangis, tapi rasa sakit yang ia rasakan begitu nyata. Rakha duduk di atas lantai kayu rumah ini, punggungnya bersandar pada dinding dan kepalanya rada mendongak hingga jakunnya terlihat begitu menonjol.
"Allah, semua yang telah kau berikan padaku, terlahir sebagai putra semata wayang seorang Raja, aku merasa hidupku begitu sempurna. Bukannya aku tak mau bersyukur, hanya saja kini Kau pertemukan aku dengan cinta yang membuatku begitu menderita. Tidak bisa bersama orang yang dicintai rasanya seperti semua kenikmatan dunia ini tercabut seketika. Aku tidak bisa menanggung semua ini, aku tidak terbiasa, Ya Allah, maafkan aku Ya Allah, aku terpaksa harus memaksanya, aku tidak akan pernah bisa jauh darinya," gumam Sang pangeran dalam kesedihannya.
Rakha mulai menggeliat bangkit setelah berjam-jam ngesot di lantai yang dingin tanpa pelukan kehangatan. Ia mendekati pintu kamar Siti kemudian menembus masuk ke dalam, percuma saja pintunya dikunci.
Tanpa suara Rakha mendekati dara jelita yang asyik bermimpi itu, ia berusaha tanpa suara sama sekali mendekat, kemudian ia ulurkan tangannya sambil membaca-baca mantra, "ini ajian sirep, kau tak akan terbangun apapun yang terjadi hingga pagi tiba," bisiknya.
***
Sementara itu di alam manusia….
Mekel yang melihat pesan dari Vano di grup BEM-U girang bukan main, "yeaaaahh ! Siti bakal dateng ikutan nobar ntar malem," pekiknya.
DJ tampan ini mengeluarkan kaos bola warna merah dan putih dari dalam lemarinya, juga celana jeans baru, kemudian ia bergegas mandi sebersih mungkin. "Gue harus ganteng ni malam, ahai !" ucapnya sambil merapikan janggut tipisnya.
Sebelum berangkat Mekel duduk di meja belajarnya, menyalakan lampu dan meraih secarik amplop, "gugup juga klo ngungkapin langsung, ditulis aja sebagus mungkin," gumamnya sambil merangkai kata-kata cinta.
Mekel ahli membuat lagu, berjuta kata indah pun siap dirangkai. Kemudian ia masukkan sekuntum bunga nawar plastik kecil ke dalam amplop surat itu. Dengan senyuman ia menyimpan surat itu di saku jaketnya.
Sedangkan Siti sedang didandani Yuli di kosannya, "ni malem kamu harus tampil keren, Sit, jangan pake jarik kemben kayak biasanya, nanti di villa anak-anak BEM pada ngumpul, mereka keren cakep-cakep, jangan malu-maluin," ucap Yulianti memilihkan pakaian.
Saras benar-benar tak biasa pakai celana jeans dan kaos biasa begini, tapi ia menuruti apa kata teman seperguruannya ini, "iya, aku juga tidak mau malu," jawabnya.
"Bentar lagi Vano jemput aku, kamu dijemput Jordan, yuk kita tunggu depan kosan !" ajak Yuli semangat.
Saat mobil Jordan datang, Siti langsung mendekat, Jordan bak pelayan membukakan pintu mobilnya kepada sang pujaan hati, "elu cantik banget, Dek, gue suka gaya lu yang begini, perpek," ucapnya.
"Gak usah kebanyakan cingcong, ayo jalan cepat !" jawab Saras sambil masuk ke dalam mobil dan duduk, ia sempat terbentur karena mobil ini rada pendek.
"Siap, Nona manisku," jawab Jordan.
Yuli geleng-geleng kepala, "jangan galak-galak, Sit !" serunya menasehati.
'Brrrm,' mobil meluncur langsung ke villa.
Mekel sudah datang duluan naik ojek, menyalami kawan-kawannya yang baru datang kemudian membantu Kang Udin sang perawat villa menyediakan makanan dan camilan-camilan untuk malam ini.
Saras pun tiba digandeng Jordan. Saat melihat tangan gadis pujaan hati itu tergandeng di lengan sahabatnya, senyum Mekel memudar, "whoi Pren !" sapa Jordan menyalami Mekel.
"Wehehe, prediksi skor berapa ?" kata Mekel basa-basi dikit.
"Menang 1-0," jawabnya.
"Yaelah, dikit amat, 3-0 kek, atau 4-1," jawab Mekel sambil senyum-senyum.
"Kita liat aja ntar, haha," jawab Jordan.
Mekel mengulurkan tangannya yang gemetaran pada Saras, Sarasi pun menyalami pria yang selalu menabrak pundaknya di kampus, "Siti," kata Saras memperkenalkan diri.
"Nama gue… Michael Kusumaningrat," ucap Mekel lengkap.
"Bangsawan ya ? Hihihiihi," kata Saras bercanda.
"Turunan Ken Arok dia, hahha," kata Jordan bercanda.
"Heeeh !! Ngawur," ujar Mekel memasukkan tangannya ke dalam saku dan mengelus surat yang akan ia berikan.
"Kayaknya surat ini dikasih ntar aja deh klo sepi, jangan sekarang, momennya kurang pask," batin Mekel.
Jordan melangkah ambil tempat duduk di sofa paling depan dekat layar LCD nobar. Mekel ambil kursi plastik dipojokan, ia lirik terus Saras, sejenak hatinya curiga dan bertanya-tanya kenapa Siti begitu dekat dengan Jordan ? Tapi Mekel pun ingat bahwa Jordan pernah mengejek Siti waktu itu, dan ia pun tahu Siti bukan tipe gadis yang Jordan sukai.
Yuli dan Vano tiba tak lama kemudian pakai motor supra. Keduanya ikut nimbrung dan asyik makan jagung brondong. Pertandingan dimulai, semua fokus menonton pertandingan sejenak. Bahkan Mekel yang pecinta bola juga terfokus pada layar melupakan Siti.
"Goooolll !! Tuh ape gue bilang ? Indonesia bakal menang banyak ni malem," ujar Mekel jingkrak-jingkrak depan layar LCD bersama Mang Udin.
Jordan mengajak Siti berdiri. Ia kemudian bersuara lantang berbicara, "Gaes, karena ni malam adalah malam kemenangan Indonesia, dan.. gue juga lagi seneng banget hari ini karena baru jadian sama Siti, gue traktir kalian semua di club !"
'JRENG !!'
"Apa ?! Jordan jadian sama Siti ?" batin anak donatur kampus inu syok.
Semangat dalam hati Mekel yang membara langsung padam bak disiram air es, 'byur.' Semua orang bertepuk tangan bersorak memberi selamat, semua bersuka cita, sedang ia mematung runtuh harapan dan impiannya bahkan sebelum ia sempat mengungkapkannya.
Hadi yang datang ke acara nobar malam ini berbisik di telinga Mekel, "gilak nggak sih ? Kapan hari dia sok-sok'an gak level gitu sama Siti, sekarang udah jadian aja.'
Mekel dengan nada lemes menjawab, "iya… gue juga nggak nyangka."
'Cetar ! Gluduk gluduk gluduk, jreeessss,' langit mendung mendadak gerimis, bak ikut sedih melihat nasib si Mekel.
Dengan wajah pucat Mekel berjalan mendekati Jordan dan pamitan, "Pren, gua pulang duluan ya," katanya.
"Lho, gak ikut ngerayain hari jadian gue di club, Mek ?" tanya Jordan.
"Nggak, gue… gue mau maskeran di kost," jawabnya beralasan.
"Gitu ? Penting banget ya cowok maskeran ?" tanya Jordan kecewa sahabatnya gak ikut malam ini.
"Iya penting, gue harus jaga performa, udah ya, gue cabut," kata Mekel memeluk Jordan singkat kemudian langsung berjalan meninggalkan villa mewah ini.
Gerimis rintiknya membasahi rambut hitam Mekel, konon main hujan-hujanan meningkatkan rasa bahagia, nyatanya memang hujan sedikit ikut membantu menambah suasana patah hati jadi semakin dramatis. Mekel melangkah tak peduli sepatunya basah, berjalan di trotoar sambil meremas surat yang ia tulis susah payah dari tadi sore di sakunya. Ia buang surat lecek itu, biarlah basah kehujanan jadi bubur kertas.
"Kalaupun cinta tak harus saling memiliki kenapa kudu si Jordan bajingan itu yang ngedapetin Siti ? Kenapaaaah ?!" jerit hati sang musisi.
Pikiran gak bisa konsen, malam ini Siti akan diajak ke club, setelah itu pasti dicekokin miras, mabok trus digarap di hotel, itulah yang paling Mekel sayangkan. Kalau cewek lain dia nggak peduli, lha Siti ini kayak anak orang baek-baek, gak pantes digituin, tapi mau bagaimana lagi, dia udah sah sama Jordan.
'Tap tap tap tap,' terdengar suara langkah lari dari belakang, siapapun itu pasti sepatunya basah menginjak-injak genangan air di trotoar yang bolong-bolong ini.
"Tunggu !" pekik suara Saras memanggil.
Mekel terkejut, ia berbalik badan melihat cewek buaian cintanya membawa payung garis-garis merah dan putih mirip payungnya Bung Tomo yang mengobarkan semangat juang dulu.
"Mungkinkah Siti memilih aku daripada Jordan ?" batin Mekel.
"Heh tukang tabrak, ini ada payungnya pacarku nganggur, pakailah biar gak kehujanan," kata Saras menyodorkan. Tubuh Siti sendiri rada basah terkena gerimis.
Mekel terdiam melihat wajah itu, "sungguh teganya dikau, kau acuhkan rasa cintaku ini, kau pacaran dengan sahabatku, kemudian kini kau sodorkan payung pacarmu untuk kupakai," ucapnya dalam hati, tak bisa langsung ia ucapkan.
Melihat Mekel hanya terdiam dengan raut sedih, senyuman di wajah Saras jadi pudar, "kenapa ? Ada yang salah ?" tanyanya.
'Plak !!' Mekel menampik payung itu, payung pun terlempar berguling-guling di tengah jalan aspal.
Saras melongo kaget melihatnya, ia tatap wajah yang tadinya sedih kini bercampur kemarahan. "Cewek jalang !" umpat Mekel mengungkapkan kekesalannya sebelum berbalik badan dan berjalan cepat meninggalkan Saras sendirian di tengah hujan.
"Hah !!" Saras terdiam merasakan hatinya berasa ditusuk duri tajam. Sungguh jahat perkataan itu, baru kali ini ia dikatai seorang lelaki sehina itu.
Mendadak beberapa sisik ular putih keluar menghiasi leher di tubuh Siti, kuku-kukunya juga mencuat panjang hitam dan tajam, mata itu pupilnya berubah menjadi 1 garis layaknya mata seekor ular. Inilah sosok Saraswati saat sedang marah, ini belum seberapa sebenarnya.
Saras melihat kulit-kulit dan jari-jarinya sendiri, "tidak… aku tidak boleh berubah sekarang, huuuftt sabaar, dasar cowok aneh, memang apa salahku ?" ucapnya elus-elus dada.
Setelah lumayan tenang sisik-sisik pun menghilang, kuku dan mata berubah normal. Saras berjalan memungut payung Jordan kembali dan memakainya kembali ke villa. Nanti jika hujan reda ia akan berangkat ke club, ia tak tahu apa itu club, ia mengira itu semacam rumah makan ala-ala di alam manusia.
Namun di perjalanan sebelum kembali Saras melihat sepucuk surat lecek hampir mengalir ke arah got di atas genangan air, awalnya ia ragu memungudnya, tapi ia pungut saja surat itu.
"Hmmm… ini surat apa ? Tampaknya belum dibuka, agak sobek sih," gumam sang siluman ular. Ia tak sempat buka sekarang di tengah hujan, apalagi pencahayaan redup, jadi ia simpan surat itu di dalam saku celana.
Mekel duduk di halte bus dan mulai memesan ojek online. Seorang lelaki tampak meringkuk berselimut jas hujan di pojokan halte di sana, ia lirik lelaki itu sekilas kemudian ia fokus ke hp lagi. Lelaki itu menggeliat bangun dan malah duduk di dekat Mekel, Mekel langsung simpan hpnya, takut dijambret.
"Lagi nunggu bus, Mas ?" tanya Mekel basa-basi setengah takut juga.
"Enggak. Kisanak sendiri… sedang patah hati ?" tanyanya.
Mekel membelalak kemudian nyengir, "kok bisa tau ?"
"Wajah Kisanak melukiskan semuanya, dan langit menurunkan hujannya, mewakili air mata lelaki yang tak akan bisa keluar," kata pria aneh itu.
Mekel nyengir lagi, "puitis banget, Mas."
"Begitulah. Sabar ya, Kisanak, kadang semua ada hikmahnya. Ngomong-ngomong, apa Kisanak pernah bertemu wanita cantik beraroma lengur seperti aroma ular ? Tatapannya tajam dan gayanya aneh tak pada umumnya di sekitar sini ?" tanya pria aneh itu.
"Eng… enggak, Mas," jawab Mekel jadi bingung.
"Jangan-jangan ni oranv ODGJ," batin Mekel pelan-pelan menggeser pantatnya menjauh.
"Kalau Kisanak bertemu dengan wanita seperti itu, berhati-hatilah ya, saya akan lanjutkan pencarian besok, nunggu hujan reda," kata Patih Wira yang sedang merasuki tubuh seorang tunawisma muda.
Sang Patih kembali ndekem di pojok halte, ia tak tidur, tak juga merasa kedinginan karena hujan ini. Selang beberapa menit ojek datang, Mekel langsung naik dan pulang. Saat hujan mulai reda Patih Wira melanjutkan mencari. Sedangkan Jordan dan kawan-kawannya meluncur naik mobil ke diskotik terdekat.
'Dum tes tes dum tak dung dung,' suara musik disko memekakkan telinga, ruangan gelap tapi ada lampu warna-warni merusak mata berpendar menari-nari.
Saras kaget akan tempat yang dinamakan club itu, lebih kaget melihat banyak minuman keras. "Ini seperti sarang penyamun, hueeek, bau alkohol," ucapanya kepada Yuli.
"Aku juga gak nyangka ternyata Jordan sama anak-anak circlenya suka ke tempat macam begini," jawab Yuli.
"Kita pulang yuk !" ajak Saras.
"Iya, bentar aku cariin Vano dulu," kata Yuli menerobos kerumunan penjoged.
Saras mencari Jordan juga, ia tarik lengan pria itu, "aku mau pulang sekarang," katanya.
"Apa ?" tanya Jordan budeg kena musik.
"Pulang ! Antar aku pulang !!" pekik Saras kesal.
"Kenapa buru-buru Sayang ? Sini dulu ! Ayo kita dansa, kamu juga belum minum kan ? Minumlah ! Sekali minum dunia bakal berubah jadi surga, ayo !" jawab si brengsek itu menyodorkan minuman.
Saras meraih gelas itu dan meletakkannya di meja bar, Jordan mulai memeluk hendak melumat bibirnya, Saras mengelak, mendorong-dorong berontak, "aaarrrggh lepas !"
"Kenapa ? Gue cinta sama elu, cinta banget, i love you sayang, muuah muaah," kata Jordan masih terus nyosor.
Saras langsung melayangkan tangannya menggampar wajah pria mabuk itu, 'pluuuuaaaakkkk !' gamparan ini sangat dahsyat, saking dahsyatnya tubuh Jordan sampai terlempar menabrak lampu bola gemerlap muter-muter itu.
'Pyaaar !' lampu disko pecah.
"Aaaaaaahh," jerit ciwi-ciwi.
'Gedebuugh,' Jordan pun terjatuh dan terkapar di lantai dansa. Musik pun mati, keadaan rada ricuh.
"Siti ! Ayo pulang Sit ! Vano nggak karuan ini," pekik Yuli.
"Iya iya sebentar," jawab Saras menyeruduk kerumunan ke arah Jordan, pura-pura ia bantu sadarkan mahasiswa teler itu, padahal ia rogoh saku kemeja mengambil kunci mobil. Anak-anak BEM lainnya juga menolong. Jordan pingsan.
Setelah itu Saras bergegas berlari keluar tempat dugem menggandeng tangan Yuli. Keduanya langsung ke parkiran dan naik mobil kemudian menyalakannya.
"Emang kamu bisa nyetir, Sit ?" tanya Yuli pasang sabuk pengaman.
"Enggak, aku dulu biasa naik delman," jawab Saras menginjak gas dan mobil pun mulai meluncur dengan sendirinya keluar parkiran.
"Apaaaah ? Buseeeet !! Gilak lu, Sit ! Berhentiin mobilnya ! Berentii !" Yuli jerit-jerit.
"Tenang saja, tenang, ini gak jauh beda sama delman," kata siluman ular itu belajar kendaraan baru.
ya emg loe dan siti g bisa bersmaa ya harus iklas
~ "^janji misteri ratu kidul "^~
sama jin mau... sama nonis mau... udah lah .. Siti nggak ngasih kesempatan buat ku ngejelasin. dah ... pulang lah... dari pada sakit hati... orang yang kamu anggap teman juga nikung tuh...