Kirana, dalam hembusan terakhir sang Kakek dia menikah dengan sosok pria yang diyakini Kakeknya akan menjaganya dan membahagiakannya. Namun, siapa sangka kalau Arjuna adalah sosok suami yang menganggap Kirana sebagai musuh, bukan istri.
"Aku akan terus melafalkan namamu dalam doaku, karena aku mencintaimu." -Kirana Anindy.
"Menghilanglah dan pergi. Jika harta yang kamu inginkan, bawa itu bersamamu." -Arjuna Braja Satya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red Lily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecupan
🌹JANGAN LUPA KASIH EMAK VOTE YA ANAK ANAK KESAYANGAN EMAK, EMAK SAYANG BANGET SAMA KALIAN.🌹
🌹IGEH EMAK JUGA DIFOLLOW DI : @REDLILY123.🌹
🌹SELAMAT MEMBACA, EMAK SAYANG KALIAN.🌹
"Lain kali jangan main kunci gitu lagi, Kakak khawatir tau," ucap Arjuna yang kini tengah mengurut punggung sang istri dengan penuh kasih sayang.
Kirana tersenyum di sana. "Maaf, Kak."
"Jangan gitu lagi, kalau muntah jangan dikunci. Gimana kalau kamu pingsan di dalam?"
"Iya, nggak lagi."
Kali ini Kirana sedang berbaring miring di atas ranjang, dengan Arjuna yang duduk di bagian belakangnya dan mengusap punggung putih sang istri. Sesekali Arjuna menggelengkan kepalanya, merasa otaknya dimasuki oleh setan.
Siapa yang tahan melihat sosok perempuan cantik dengan rambut hitam dan kulit putih tengah tidur. Dan Arjuna kini sedang mengelus punggungnya. Sebelumnya Arjuna melakukannya dengan tulus. Tapi melihat lebih lama membuatnya menggelengkan kepala, setan mulai berdatangan.
"Mau makan lagi nggak?"
"Nggak ah, udah kenyang."
"Katanya mau mangga. Buat di rumah aja?"
Kirana mengangguk. "Aku ngantuk, Kak."
"Yaudah tidur aja, nanti Kakak bangunin kalau ashar."
"Gak papa tidur di sini?" Tanya Kirana yang khawatir jika suami dan ibu mertuanya ingin lekas pulang.
Karena kenyataannya, Kirana ingin diam sejenak di sini. Menikmati suasana saat Nenek dan Kakeknya masih hidup.
"Gak papa, kamu mau nginep juga nanti Kakak temenin."
Kirana tersenyum. "Mau tidur aja, nanti sore pulang."
"Iya, gimana kamu maunya," ucap Arjuna yang tanpa henti mengusap punggung istrinya.
Merasa napasnya sudah mulai teratur, Arjuna menurunkan pakaian sang istri. Dia juga memberi kecupan di kening Kirana, jangan lupakan tangannya yang mengusap perut buncit sang istri.
"Jangan nakal ya, dek. Kasihan Mama," ucap Arjuna pada jabang bayi di dalam perut sang istri.
"EKHEM!" Bunda Eliza yang berada di ambang pintu itu berdehem.
Membuat Arjuna menoleh. "Awas kelepasan, Bang."
"Enggak ih, bunda berisik."
"Tuman kamu, sini biarin Kirana tidur. Bunda mau ngomong."
Arjuna dengan berat hati meninggalkan sang istri, tadinya dia mau ikut berbaring. Namun ibu negara memanggilnya, mana sekarang sudah duduk di sofa dengan tatapan tajamnya.
"Sini, Bang."
"Bunda udah beli pakaian sama kebutuhan lainnya buat Kirana?"
"Udah ih, Bawel. Nih ini hp nya Kirana, belum dikasih tadi," ucap Bunda memperlihatkan box hape dari dalam tasnya. Kemudian diberikan pada Arjuna. "Ajarin Kirana sambil modus."
"Bunda apaan sih."
"Hilih, kamu pikir bunda gak liat gimana tatapan kamu?"
Arjuna berdecak. "Normal lah."
"Iya, normal. Tapi inget ini masih terlalu dini."
"Bunda mau ngomong apa?"
"Pinter banget ngalihin pembicaraan," ucap Bunda Eliza. "Ajak Kirana ke Bandung buat syukuran."
"Kirana nya emang mau?"
"Dia ikut kamu katanya, Bang. Buktiin sama yang lain, sama Kirana, kalau istri Abang itu wajib dihormati."
"Minggu depan ada acara ya? Semua keturunan Eyang Damayanti?" Tanya Arjuna.
Bunda Eliza mengangguk. "Kamu itu cucu dari anak kesayangan Eyang Damayanti, Ayah kamu itu anak pertamanya. Semua anggota keluarga ayah kamu sangat disegani, Bang. Kecuali istri kamu. Kamu tega? Mau sampai kapan orang lihat Kirana dengan sebelah mata?"
Arjuna menggeleng. "Nggak, Bun. Mereka gak bakalan mandang Kirana sebelah mata lagi."
🌹🌹🌹🌹
"Bang, bunda kudu liat laporan nih, laptop bunda ada di apartemen kamu."
"Yaudah sana," ucap Arjuna yang sedang bermain game di ruangan keluarga. Dimana dari tempat dia duduk, dia bisa melihat Kirana tertidur memunggunginya.
"Tuman ih, itu Kirana nya dijagain."
"Ini lagi dijagain."
"Bangunin."
"Belum ashar, nanti aja kasihan."
Bunda Eliza kesak, mata sang putra terus saja tertuju pada layar ponsel. Yang mana membuatnya mendekati Arjuna kemudian menjitak kepalanya kuat.
"Aw, Bunda kok getok abang pake cincin sih?"
"Abis kamu gak fokus, maen hp mulu. Simpen gak?!"
Jika Bundanya sudah seperti ini, maka habis sudah. Makannya Arjuna memilih untuk melakukannya, kemudian menatap manik sang Bunda di hadapannya. "Kenapa, Bun?"
"Kirana jangan dibiarin tidur lama lama, gak baik buat ibu hamil."
"Iya."
"Minta si Bibi siapin makanan juga, tadi dia gak makan banyak."
"Iya."
"Jangan maen game mulu!"
Arjuna menarik napasnya, dia kaget. "Iya, Bunda."
"Udah mau jadi bapak jangan males terus, Bang. Sana temenin Kirana."
Arjuna pun berdiri dan hendak melangkah ke kamar, tapi tangannya ditarik oleh Bunda Eliza. "Tunggu, Bang. Tuman kamu."
"Kenapa, Bun?"
"Salim dulu dong, mau bunda jitak lagi?"
Arjuna terkekeh, dia mencium tangan Ibunya kemudian berpindah pada pipi. "Noh udah."
Bunda Eliza berdehem. "Dah sana samperin Kirana."
Arjuna menunggu kepergian ibunya sebelum dia masuk ke kamar. Ikut berbaring di bagian yang kosong, menghadap sang istri yang tertidur miring.
Tangan Arjuna terangkat untuk mengelus surai hitam itu. Matanya tidak berpaling dari mata yang terpejam, hidung mungil dan bibir yang tipis. Kenapa dulu dia bodoh dengan melupakan keindahan dunia akhirat seperti ini?
Sampai tatapan Arjuna berhenti pada bibir Kirana yang ranum. Padahal istrinya itu tidak memakai apapun, tapi bibir tipisnya begitu merah dan lembab.
Membuat sisi liar dari Arjuna mendekat, kemudian mengecup bibir sang istri.
Manis dan lembut.
"Maaf," ucap Arjuna tepat di depan bibir sang istri. Kemudian kembali mengecupnya berulang kali. "Maaf."
Sampai perlahan mata Kirana terbuka, dan mendapati sang suami yang fokus mengusap bibir bagian bawahnya. Arjuna sepertinya tidak sadar kalau sang istri telah bangun.
"Kakak ngapain?"
"Ap--BUK ! BRUK!"
"Kakak!" Kirana panik saat sang suami mundur dengan tiba tiba dan menabrak lampu tidur sebelum akhirnya jatuh ke lantai. "Kakak gak papa?"
Arjuna terdiam terlentang di sana, dia sedang menahan malu. "Gak papa kok, Ran."
🌹🌹🌹🌹
TO BE CONTINUE
ah gak seru
sembuh dong😥