NovelToon NovelToon
I Am Morgan Seraphine

I Am Morgan Seraphine

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta / Sugar daddy / Ayah Darurat
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Maeee

Bagaimana jadinya ketika bayi yang ditinggal di jalanan lalu dipungut oleh panti asuhan, ketika dia dewasa menemukan bayi di jalanan seperti sedang melihat dirinya sendiri, lalu dia memutuskan untuk merawatnya? Morgan pria berusia 35 tahun yang beruntung dalam karir tapi sial dalam kisah cintanya, memutuskan untuk merawat anak yang ia temukan di jalanan sendirian. Yang semuanya diawali dengan keisengan belaka siapa yang menyangka kalau bayi itu kini sudah menjelma sebagai seorang gadis. Dia tumbuh cantik, pintar, dan polos. Morgan berhasil merawatnya dengan baik. Namun, cinta yang seharusnya ia dapat adalah cinta dari anak untuk ayah yang telah merawatnya, tapi yang terjadi justru di luar dugaannya. Siapa yang menyangka gadis yang ia pungut dan dibesarkan dengan susah payah justru mencintai dirinya layaknya seorang wanita pada pria? Mungkinkah sebenarnya gadis

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

You Are My Sunshine

Setelah lonceng jam terakhir dinyalakan, para siwa dan siswi berhamburan keluar dari kelas masing-masing. Di depan gerbang sekolah ada banyak orang tua yang hendak menjemput anaknya ataupun supir yang hendak menjemput anak majikannya, ada juga beberapa siswa yang membawa kendaraan sendiri.

Cherry berdiri sambil memegang kedua strap tasnya. Ia tidak sadar bahwa bibirnya melengkung tinggi hingga membuat dua matanya menyipit karena terlalu fokus memerhatikan anak-anak yang sedang bersama para orangnya.

"Cherry!" Panggilan itu seketika membuyarkan lamunan Cherry. Dia menoleh ke samping, melihat siapa yang telah memanggil namanya.

"Me?" Cherry menunjuk dirinya sendiri dan laki-laki itu mengangguk.

"Masih ingat aku, kan?"

Cherry menunjukkan deretan giginya, dirinya menyesal karena tidak bisa mengingat laki-laki di hadapannya saat ini.

"Aku James, dari kelas sebelah mu. Minggu kemarin kita satu kelompok saat acara sekolah," terangnya.

"Ah!" Mulut Cherry menganga lumayan besar. Sekarang dirinya ingat.

"Kamu ingat, kan?"

Cherry menganggukkan kepalanya. "Tapi, kenapa kamu mencari ku?"

James menundukkan kepala, menyembunyikan senyumnya yang saat ini tengah mengembang. "Sebenarnya tidak begitu penting. Aku hanya ingin memberikan mu ini,-" Tangannya yang disimpan di belakang terulur ke arah Cherry. Di tangannya kini ada satu buket bunga dan coklat berbentuk love yang di bawah pita hiasnya ada sepucuk surat hasil tulisan tangannya sendiri.

James mengangkat kepalanya lagi, telah siap untuk beradu pandang dengan gadis yang kini sedang dirinya sukai. Tapi, nyalinya kembali menciut tatkala melihat pria dewasa bertubuh tinggi di belakang Cherry.

Ia meneguk salivanya. Sial, dirinya memberikan hadiah bukan di waktu yang tepat. Pria di belakang Cherry saat ini adalah ayahnya yang terkenal sangat ketat pada Cherry.

Di belakang Cherry Morgan berdiri tegap, rahangnya yang tegas semakin terlihat lebih jelas ketika ia menatap bocah laki-laki di depannya. Berani sekali dia memberikan hadiah pada putrinya?

Cherry menatap bingung pada James yang tiba-tiba menunjukkan ekspresi ketakutan. Ia sedikit memutar tubuhnya, mencoba mengikuti arah pandangan James.

"Daddy," panggil Cherry riang. Ternyata di belakangnya saat ini adalah Morgan. Pun ia langsung memeluknya, melepaskan rasa penatnya setelah belajar seharian pada pria yang dicintainya.

Sekaligus melepaskan rindu yang terasa sudah menumpuk juga.

Morgan merangkul pundak Cherry. "Thank you for the gift, Boy." Alih-alih Cherry, justru yang membawa semua hadiah dari tangan James itu Morgan.

"Terima kasih, James. Lain kali aku akan memberimu hadiah juga," ucap Cherry sebelum tubuhnya ditarik untuk pergi ke dalam mobil.

"Kapan kamu datang?" tanya Cherry sambil berjalan. Untuk bisa menatap wajah Morgan dirinya harus menengadah. Ia tidak khawatir jatuh meskipun tidak memerhatikan jalan sebab Morgan ada untuk melindunginya.

"Sejak kamu melamun melihat para orang tua dan anaknya," ungkap Morgan lalu membukakan pintu mobil. Sebelum Cherry masuk dirinya menyempatkan diri untuk mengecup kepala gadis itu.

Meski tak diungkapkan, dirinya tahu pasti bahwa di hati kecilnya Cherry pasti menginginkan juga sebuah keluarga yang lengkap seperti mereka.

Pun Cherry masuk ke dalam mobil setelah dibukakan pintu oleh Morgan. Senyumnya belum menghilang setelah dicium begitu lama oleh pria itu. Baginya sekecil apapun perhatiannya maka tetap berharga. Begitu juga Morgan segera masuk ke dalam kursi kemudi.

"Siapa bocah laki-laki tadi?" tanya Morgan sembari memasangkan seatbelt.

"Hanya tetangga kelas," jawab Cherry ringan.

"Dia sepertinya menyukaimu," lanjut Morgan sedikit ketus. Cherry menggelengkan kepalanya, memberitahu Morgan bahwa dirinya tidak tahu menahu tentang hal itu.

"Kamu harus hati-hati terhadap semua bocah laki-laki yang mendekati mu. Jangan jadi wanita yang mudah didekati."

"Tidak ada yang mendekatiku selama aku bersekolah, Morgan. Beberapa temanku mengatakan bahwa pria yang menyukaiku tidak berani mendekati karena mereka takut dengan ayahku dan itu kamu," jelas Cherry panjang lebar. Tapi ketika dirinya menoleh pada Morgan, pria itu seolah mengabaikan apa yang dikatakannya.

Morgan sedang fokus berusaha membuka hadiah yang diberikan anak tadi. Ia tertarik pada sepucuk surat yang ada di atas coklatnya.

"Dear Cherry." Paragraf pertama yang dibaca Morgan membuat dia langsung menoleh pada Cherry. Cherry menatapnya balik tapi dengan ekspresi bingung. Cherry kemudian mengangkat kedua bahunya.

"Izinkan aku sedikit memuji mu sebelum menyampaikan tujuan ku mengirimkan surat ini." Morgan memberikan jeda sebentar. Ia menggelengkan kepala, tak habis pikir dengan anak sekolah jaman sekarang.

Padahal dulu waktu dirinya masih sekolah, satu angkatan anak laki-laki yang bersamanya tak pernah ada yang memberi surat cinta pada wanita yang disukai. Justru sebaliknya, para wanita lah yang sering datang memberikan hadiah dan surat.

Apa mungkin bocah itu sangat menyukai Cherry sehingga dia memberanikan diri mengirimkan semua ini? Morgan menoleh pada Cherry, menemukan Cherry yang saat ini bersandar sambil memejamkan mata.

Morgan tersenyum memuji wajah cantik Cherry yang tampak lebih damai ketika tidur. Salahkah dirinya protektif padanya? Ia hanya ingin yang terbaik untuk gadis yang ia rawat sejak kecil.

"Lentik bulu matamu, teduh tatapan mu, pipimu yang chubby kadang merah merona, bibirmu yang glossy nan ranum membuat ku terkadang ingin menciumnya. Lekukan tubuh mu yang seperti gitar spanyol tak kalah indah. Kamu wanita sempurna di mataku, Cherry."

Sebelum membaca sampai akhir Morgan meremas kertas itu dan dibulatkan seperti bola kemudian ia lemparkan ke luar mobil.

"Tidak berguna," hardik Morgan. Bocah laki-laki tidak sopan itu harus diberikan peringatan supaya tidak mendekati Cherry lagi. Pun ia membawa mobilnya menjauh dari halaman sekolah.

...*****...

"Ughh...." Cherry menggeliat dalam tidurnya, dua jari telunjuknya dipakai untuk mengucek mata, perlahan ia membuka matanya lalu mengerjap beberapa kali supaya pandangnya lebih jelas. Ia menoleh ke sampingnya.

"Mau makan di restoran?" tawar Morgan, menoleh sekilas pada Cherry.

"Masakan mu juga enak," sahut Cherry sambil tersenyum lebar. "Tapi kalau kamu malas masak, restoran juga boleh. Ke mana pun juga boleh, aku akan mengikuti mu."

Morgan terkekeh, tangan kirinya terulur mengacak-acak rambut Cherry gemas.

"Masakan seorang ibu akan lebih enak dari masakan siapapun."

"Kalau kamu mau ibu, aku bisa memberikan mu satu," lanjut Morgan dan terkekeh dengan ucapannya sendiri.

Cherry tertawa lantang. "Siapa? Bukankah kemarin kamu baru saja putus dengan kekasih mu yang ke seratusnya? Nasib mu di dunia percintaan sangat sial."

Morgan hanya tersenyum tak membantah. Toh, yang Cherry katakan itu benar. Memangnya apa alasan dirinya hingga saat ini masih menjadi single daddy? Itu karena tidak ada wanita yang mau menjadi ibu untuk Cherry.

Entah sebuah kutukan atau memang takdirnya yang sial, tapi hingga saat ini dirinya selalu gagal jika dalam masalah wanita. Satu-satunya yang belum ia miliki dan ingin dimiliki adalah wanita.

Entah di mana salahnya, entah di mana kurangnya, tapi semua wanita yang pernah dirinya kencani tak pernah ada yang mau diajak hidup bersama sampai tua nanti. Seakan mereka bersama hanya untuk uangnya saja.

Hingga saat ini hanya Cherry seorang yang pernah mengatakan ingin sehidup semati bersama dirinya.

"Aku tidak butuh ibu," celetuk Cherry, tatapan matanya fokus melihat mobil-mobil di depannya. "Kamu saja sudah cukup bagi ku."

"Hiduplah untuk satu sama lain tanpa harus ada orang lain di antara kita."

Morgan tersenyum diiringi hati yang menghangat karena ucapan gadis itu.

"You are my sunshine...."

Morgan langsung menoleh pada Cherry kala gadis itu bernyanyi. Ekspresi wajahnya tampak riang bahagia. Ia pun tak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum menikmati lagu yang favorit Cherry.

"My only sunshine, you make me happy, when skies are gray. You'll never know, dear, how much I love you, please don't take, My sunshine away." Cherry menutup bibir dengan dua tangannya, malu setelah bernyanyi dengan suara miliknya yang alakadarnya.

"Tampaknya kamu sangat bahagia, Baby Girl," komentar Morgan sambil terkekeh ringan.

"Iya, aku memang sedang bahagia," jawab Cherry manja. Ia menganggukkan kepalanya antusias, tapi tatapannya masih tertuju ke depan sana daripada menatap Morgan yang sedang menatapnya juga.

"Bahagia karena apa? Karena siapa? Mungkinkah karena bocah laki-laki tadi?" tebak Morgan, pertanyaan terakhirnya sedikit ketus.

Pertanyaan Morgan itu langsung dijawab gelengan kepala oleh Cherry.

"Its you, its always you," jawab Cherry dengan sebuah nyanyian. Dia menjentikkan jarinya lalu dua jarinya membentuk seperti sebuah pistol dan menunjuk Morgan, tak lupa sebelah matanya berkedip saat menghadap pada pria itu.

Saat itu juga Morgan tertawa lebih keras.

"Suaramu bagus, Cherry. Kalau kamu ingin menjadi superstar mungkin akan mudah bagimu untuk meraihnya."

"Aku tidak menginginkannya," jawab Cherry santai. Siapapun yang melihat wajahnya saat ini pasti akan yakin kalau dirinya benar-benar tidak berminat untuk menjadi superstar.

"Lalu apa cita-citamu sekarang? Masih kekeh ingin menjadi wanita karir mengikuti jejak ku?"

"Sekarang tidak lagi," jawab Cherry sambil menggelengkan kepalanya.

"Kini aku bercita-cita menjadi pemilik panti asuhan terbesar di dunia sehingga aku bisa menampung semua anak yang ditinggalkan oleh orang tuanya karena alasan apapun."

"Dan aku akan menjadi ibu untuk mereka. Aku akan merawat mereka dengan sangat baik dan adil sehingga mereka tidak merasa kekurangan kasih sayang sedikitpun walaupun mereka hidup di panti asuhan."

"Aku ingin melakukannya seperti yang sekarang kamu lakukan padaku," tukas Cherry barulah ia menoleh lagi pada Morgan.

Morgan memberhentikan mobilnya tepat di depan sebuah restoran.

Morgan melepaskan sabuk pengamannya, tubuhnya sedikit condong ke arah Cherry. Jarak di antara mereka semakin dekat, aroma parfum Cherry menyelimuti indera penciumannya. Tangannya terulur menarik tubuh Cherry untuk masuk ke dalam pelukannya.

Bibirnya maju, niatnya jelas sekali untuk mengecup kening gadis itu, namun sebelum niatnya terlaksana, Cherry sudah lebih dulu bertindak.

Dengan gerakan yang begitu cepat dan penuh keyakinan, Cherry mengangkat wajahnya. Matanya yang biasanya ceria dan penuh semangat, kini memancarkan kedalaman emosi yang tak pernah Morgan lihat sebelumnya.

Saat itu juga bibirnya yang lembut menyentuh bibir Morgan, mengejutkan pria itu sejenak.

Morgan terkesiap. Jantungnya seolah berhenti berdetak sejenak. Ciuman itu bagaikan aliran listrik yang menyambar seluruh tubuhnya.

Berbanding terbalik dengan wajah Cherry yang bahagia, bahkan meski bibirnya masih menempel ia tetap tersenyum. Ia pun menjatuhkan dirinya ke pelukan Morgan.

"Kamu mencuri start," celoteh Morgan memeluk Cherry erat. Ia mengecup pipi gadis itu, menyalurkan rasa bahagia dan haru yang sedang dirasakan hatinya saat ini. Ia bangga pada niat baik Cherry. Meski sedikit terkejut juga karena ciuman mendadak dari gadis itu.

Tapi ia tidak bisa membantah kalau bibir gadis itu terasa manis.

1
Esti Purwanti Sajidin
makane si drak nakal bgt ya sama cery
Vanilabutter
agresif kali si cherry
Vanilabutter
ini kenapa dar der dor sekali baru chap awal /Facepalm/.... semangat thor
my_a89
Kein Problem Thor, santai aja..semangat Thor✊
Elmi Varida
lanjut thor
Elmi Varida
kasihan sih sebenernya cherry...
wajar dia nggak peduli lg dgn ortu kandungnya secara dia dr bayi sdh dibuang.🥲
Elmi Varida
ikut nyimak thor. lanjut ya..
Elmi Varida: Amen, sama2 Thor. sukses terus dan tetap semangat ya..
Fairy: Makasih udah baca cerita aku yang tak sempurna ini☺️ kakaknya semoga sehat selalu, dikasih rezeki yang berlimpah, dan selalu dalam lindungan Tuhan☺️
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!