Reno, adalah putra kedua dari tiga bersaudara. Papanya memiliki jabatan yang tinggi di suatu instansi pemerintah dan mamanya seorang pengacara terkenal, kakanya jebolan sekolah kedinasan yang melahirkan Intel negara. Sementara dia anak tengah yang selalu dibanding-bandingkan dengan kesuksesan sang Kaka, berprofesi sebagai TNI berpangkat Bintara. Tapi Reno adalah anak yang penurut dan paling berbakti pada kedua orangtuanya.
Keinginannya menjadi seorang TNI karena kejadian luar biasa yang mempertemukan dirinya dengan sosok yang sangat dia kagumi, sosok idola yang merubah hidup dan cara pandangnya.
Hingga pada suatu hari takdir mempertemukan Reno dengan Kanaya yang membantu cita-citanya menjadi seorang TNI terwujud.
Kanaya menemani Reno dari nol karena Reno tidak mendapatkan dukungan dari kedua orangtuanya.
Apakah cinta kasih Reno dan Kanaya akan berlanjut ke pelaminan, atau Kanaya hanya dimanfaatkan Reno saja untuk mencapai cita-citanya?
Yuks ikuti kisah Reno di Cinta Bintara Rema
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 : Pernikahan Layla Majnun
Seharian itu mood Reno sangat berantakan, wajahnya muram dan menahan amarah yang sekali saja disenggol bisa panjang urusannya.
Sementara Kanaya hanya menunduk tidak berani menaikan dagunya, di depan siapapun. Hatinya sakit mengabaikan perasaan sukanya pada Reno, demi mencegah ancaman sang kakek yang tidak bisa dia tebak akan berakibat seperti apa nantinya.
Saat bel pulang sekolah berbunyi, tanpa menunggu wali kelasnya keluar, Reno langsung bergegas keluar dari kelas. Dia ingin segera pulang dan meredam kemarahannya dengan bermain bersama Duma, hewan kesayangannya.
Reno berjalan ke parkiran tanpa menghiraukan panggilan anak-anak genknya. Tiba-tiba sepasang tangan melingkar di pinggang Reno.
"Ren, tolong aku. Bawa aku kemana pun. Tadi malam papa tiriku hampir memperkosaku ... Hiikss ... Hikkss" Isak Naomi di belakang punggung Reno.
"Aku ingin pulang, Nom. Ajak aja cowo kamu" jawab Reno dengan mengeraskan rahangnya. Dia tidak merespon pelukan Naomi.
"Aku hanya ingin kamu, Ren!"
Reno berjalan ke arah motornya yang terparkir, masih dengan Naomi yang memeluk pinggangnya dari belakang.
Sialnya, saat hal itu terjadi, Kanaya melihat. Wajahnya seketika merengut dengan sorot mata kecewa menatap punggung kekar Reno dan Naomi yang terus menempel di pinggang Reno. Kanaya langsung gegas meninggalkan area parkiran dan menunggu jemputan di gerbang sekolah.
Reno menepis tangan Naomi saat dia hendak naik ke atas motor. Wajahnya tanpa senyuman dan menautkan kedua alisnya dengan serius. "Aku bilang, aku mau pulang."
"Aku ikut ke rumah kamu!" paksa Naomi.
"Naomi ... !" Reno menghembuskan napasnya dengan kasar.
"Jangan harap aku akan luluh dengan sikap kamu kali ini. Kamu yang minta putus, dan sekarang aku yang tidak ingin kembali." tegas Reno
"Kita coba lagi hubungan kita, aku akui, aku nyesal putusin kamu." rengek Naomi
"sayangnya, gue gak mau balikan sama lo, Nom!" dengan wajah datar, Reno tetap meninggalkan Naomi di tempat parkiran dengan wajah kesal.
Dari sudut mata Reno, Kanaya memalingkan wajahnya saat motor yang Reno kendarai melewatinya di depan gerbang sekolah.
'kamu anggap kita tidak ada hubungan, baiklah Kanaya. Kamu akan merasakan bagaimana rasanya menahan untuk tidak saling menyapa. Kuakui rasaku tak bersambut, tapi cintaku tidak menuntut.'
☘️☘️☘️
"Jadi gimana Naya, Lo bisa kan ikut kerja kelompok?" cecar Calista
"Maaf Ca, aku gak dapat ijin dari Eyang untuk kegiatan lain." jawab Kanaya dengan wajah menunduk saat Calista sebagai ketua kelompok mencecarnya untuk kerja kelompok
"Kegiatan lain? Ini untuk pengambilan nilai, Naya. Bukan acara kumpul-kumpul biasa. Eyang kamu terlalu kolot deh ... " gerutu Calista
"Kami sih bisa aja tanpa lo, tapi lo juga jangan marah kalau nama lo gak ada di kelompok kita." tegas Dea
"Aku pertimbangkan dulu ... " cicit Kanaya
"Gak ada waktu buat nungguin jawaban lo! deadline tinggal dua hari lagi, kita belum bikin satu adegan pun. Keputusan gue, lo bikin tugas sendiri aja kalau ribet!" tegas Calista
Kanaya terdiam, dia benar-benar di posisi sulit. Hal ini memang akan selalu dia hadapi di lingkungan sosial terutama sekolah. Dia tidak bisa lagi menarik diri terus untuk tidak saling terhubung dengan Reno. Mau gimana lagi?
"Dum ... Ren ... Kalian bisa kan pulang sekolah kita bikin tugas dulu?" imbuh Calista
"Bisa ... " jawab Reno tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang dia baca.
"Ca! Aku bisa ... " cicit Kanaya
Reno mengangkat pandangannya dan menatap rambut belakang Kanaya dengan tersenyum tipis.
"Lo yakin, Nay? Kalau Eyang lo gak percaya kerja kelompok, kita kerjainnya di rumah lo aja." Angga yang sok bijak
"Enggak mau!!" serentak anggota kelompok lainnya menjawab.
"Lah, emang kenapa?" tanya Angga
"Lo mau jadi umpannya macan kumbang!" jawab Leo ambigu
Semua mata tertuju pada Kanaya, namun Kanaya balik menatap tajam ke arah Reno. Sontak Reno mengangkat kedua telapak tangannya.
"Bukan aku ... " jawab Reno menatap Kanaya dengan dalam, menunjukan kejujuran di matanya.
Kanaya beranjak dari duduknya lalu pergi keluar kelas dengan menahan tangisan. Melihat respon Kanaya, Reno merasa ada kesalahpahaman.
Reno menarik paksa Leo keluar kelas, "Leo, kenapa lo ngomong gitu, maksud lo apa? Lo tau dari mana mengenai macan kumbang?!" cecar Reno
"Dari om gue yang kerja di rumah Eyangnya Kanaya, dia udah dua kali kena cakaran macan kumbang." jelas Leo
"Lo jelasin deh ke orangnya, sepertinya dia nyangka gue yang nyebarin mengenai macan kumbang."
"Emangnya lo sama dia kenapa sih? Kalian kayak lagi marahan." cecar Leo
"Bukan urusan lo, Leo!" tegas Reno
"Sekarang lo jelasin ke Naya, bukan gue yang cerita mengenai kondisi rumah Eyangnya." pinta Reno
"Oke ... " jawab Leo dengan lesu.
Leo menghampiri Kanaya di sebuah taman, "Naya, sorry ya ucapan gue tadi. Gue spontan aja tadi."
"Reno ngomong apa lagi? Aku baru tau ya ada cowo yang mulutnya bocor!" sinis Kanaya
"Lo jangan salah paham, gue bukan tau dari Reno. Dia gak pernah cerita apa-apa tentang kamu." jawab Leo
"Kalian itu sama aja" lirih Kanaya
"Sumpah gue! Bukan Reno yang cerita masalah macan kumbang. Tapi om gue, om Gito yang jadi karyawan kakek lo. Dia udah dua kali kena cakaran hewan buas itu. Makanya gue tau!" jawaban Leo membuat Kanaya membolakan matanya.
"Terus sekarang kabar om kamu gimana, Leo?" tanya Kanaya cemas
"Kakek lo tuh sadis ya, sampe sekarang om gue cacat, kakek lo gak ngasih uang pengobatan atau minimal nengokin korban hewan buasnya lah, ga habis pikir gue." gerutu Leo
"Leo, atas nama keluarga ... aku minta maaf ya atas kelalaian kakek aku." cicit Kanaya
"Gak usah sok baik, Nay! Lo aja belum minta maaf yang benar dan tulus sama korban satunya, Nay." sanggah Dumas, remaja itu tiba-tiba nongol di belakang punggung Kanaya sambil melipat tangan di depan dada.
"Maksud kamu apa, Dum?" tanya Kanaya
"Reno emang gak pernah cerita, secuil pun dia gak cerita nasib dia hari itu di tangan kakek lo. Tapi sebagai sahabat yang kenal Reno dari bayi. Gue sakit hati sahabat gue diperlakukan seperti itu! Dan ... Sampe detik ini Lo gak ada itikad baik untuk minta maaf atau memperbaiki keadaan." cecar Dumas
Kanaya menunduk dengan wajah memerah, ucapan Dumas benar, dia pun tidak bisa menyangkal. Memang setelah kejadian itu dia hanya bisa meminta maaf lewat pesan singkat. Tapi dari bibirnya sendiri belum pernah ada kata-kata permintaan maaf pada Reno, malah Kanaya dengan teganya mematahkan pernyataan cinta Reno padanya.
"Diem kan, lo. Gue bersyukur sih kalian gak jadian, Reno bisa kembali menjadi dirinya sendiri tanpa lo." ketus Dumas sambil berlalu meninggalkan Kanaya yang terdiam.
Entah kenapa ucapan Dumas membuat hatinya serasa diremas, kalau saja bukan karena ancaman sang kakek, kalau saja Kanaya bisa jujur, dia akan mengatakan sangat menyukai Reno dan ingin menyambut pernyataan cinta Reno.
Tapi Kanaya bisa apa? Hidupnya yang ditinggal mama dan papanya, kini hanya bisa bergantung dari belas kasih sang kakek dengan segudang aturan dan ancaman.
"Andai papa masih ada di sini, bersama Nay ... Naya tidak akan mematahkan hati seorang Reno yang memiliki kepribadian hangat seperti papa ... " lirih Kanaya dalam hati
☘️☘️☘️
"Dea dan Dumas jadi wali mempelai cowo, gue dan Angga jadi wali mempelai cewe, Leo penghulu, Aldo saksi satu, Bagas saksi dua, Kanaya dan Reno sepasang mempelai. gue bacain sesuai list yang kalian isi ya ... " ucap Calista membagikan tugas peran untuk tugas kelompok.
"Kok gue mempelai sih, ganti Ca!" seru Reno
"Gak bisa! gue udah kasih kebebasan kalian pilih peran sendiri, kenapa gak lo isi? Sekarang seenak jidatnya minta ganti." bantah Calista
"Siapa yang mau tukeran sama gue jadi mempelai pria, tolong dong kerelaan kalian ... " teriak Reno
"Atau peran mempelai cewe nya yang diganti" cicit Kanaya
"Setuju!!" spontan Reno
Semua rekan satu team kerja kelompok memperhatikan penolakan Reno dan Kanaya dipasangkan. Mereka pun tidak mengindahkan keinginan dua sejoli yang sedang marahan itu.
"Kalian berdua itu emang aneh ya, Ketua team udah kasih kebebasan kalian milih peran, sampe detik ini kalian gak isi. Sekarang tiba-tiba ga setuju dipasangkan, ribet banget hidup lo!" maki Dumas
"Tapi Dum ... " Reno menggantung ucapannya.
Dia melirik Kanaya, wajah gadis itu sudah memerah dan cemberut. Sepertinya dia sedang menahan marah.
"Oke, baiklah ... Ya udah kapan mulainya. Gue harus buru-buru pulang." akhirnya Reno setuju jadi mempelai cowo di ujian praktek nanti.
"Nah gitu dong, kalau kalian terus nolak, sampe waktu ujian gak selesai juga latihan kita."
"Tapi dengan syarat ... " seru Reno lagi
"Apalagi sih bocah!" sanggah Angga
"Nama mempelai diganti ... Maksud gue jangan pake nama asli!" pinta Reno
"Ya ... Iyalah kodok. Siapa juga yang pake nama asli. Kalau pake nama asli, gue yakin setengah jam setelah nikah lo minta honeymoon sama Kanaya." ledek Aldo
Semua rekannya tertawa terbahak dan saling meledek Reno dengan kata-kata umpatan.Reno melirik Kanaya yang masih menunduk dengan wajah memerah.
Dengan perasaan bersalah, Reno berusaha mendekati Kanaya, "Nay, kamu mau ganti nama siapa?" tanyanya dengan lembut
"Terserah!" ketus Kanaya
"Mmm ... Gimana kalau aku ganti nama kamu Sweety binti swasta ?" gurau Reno
"Aku bilang terserah! Gak usah pake nama juga gak apa-apa!" amuk Kanaya
"Atau Berbie binti Barbar?" gurau Reno lagi
Kanaya makin cemberut.
Diam-diam Reno mengulum senyuman, dia merasa acting penolakannya tadi berhasil mempengaruhi mood Kanaya, moment Kanaya ngambek membuat Reno makin senang meledeknya dan lebih mudah mendekatinya.
"Udah ya, kita mulai latihannya!" seru Calista
"Reno, Lo jadi ganti nama siapa?" tanya Dumas
"Qoys dan Laila" jawab Reno
"Hati-hati Majnun lo!" ledek Angga
Dumas tertawa terbahak hingga bahunya berguncang.
"Aku gak setuju nama itu!" ujar Kanaya
"Trus apa dong, sayang ... " rayu Reno dengan Playfull
"Na-nama aku ganti Diniarti aja" jawab Kanaya dengan pipinya yang bersemu
"Ya udah, aku El-Barra. Artinya kita nikah beneran, kan?" goda Reno
"Ihh ... Apa sih, Ren!" Kanaya membalik tubuh menyembunyikan wajahnya yang semakin merona.
...☘️☘️☘️☘️☘️...
B e r s a m b u n g ...