Seorang gadis muda, reinkarnasi dari seorang Assassin terhebat di masanya terdahulu. Gadis tersebut tidak menyadari bahwa ia adalah reinkarnasi Assassin tersebut.
Ia menjalani hidupnya dengan biasa-biasa saja. Sampai akhirnya, ia bertemu dengan seorang wanita dewasa yang ternyata adalah mentor Assassin itu. Wanita ini sudah hidup beratus-ratus tahun lamanya hanya untuk bertemu dengan gadis ini dan akan melatihnya sampai gadis itu siap menghadapi lawannya sendirian karena perlu diketahui, gadis muda itu adalah reinkarnasi terakhir dari Assassin itu.
Tugasnya adalah mencegah lawannya yang juga bereinkarnasi sampai masa di mana gadis itu hidup. Lawannya berencana menguasai suatu pemerintahan di kotanya dengan cara yang kotor.
Ternyata tugasnya tidak hanya itu saja. Ia juga menanggung nasib dunia.
Nasib dunia berada di tangannya.
Mampukah dia menyelamatkan dunianya? Atau dunianya harus punah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Big.Flowers99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemicu Munculnya Kekuatan
Pagi hari.
Nathalia terbangun tengah malam. Tadi malam, ia sempat bertanya pada robot pembantu mengenai rumah ini. Tidak ada penjelasan yang menarik baginya. Robot itu hanya menjelaskan bahwa Arumi adalah pemilik yang baru. Robot itu juga mulai bekerja saat Arumi mendiami tempat itu sekitar 10 tahun yang lalu. Berbeda dengan dua pembantu manusianya yang baru bekerja saat Nathalia pindah ke sana.
Nathalia sedikit kecewa dengan penjelasan tersebut. Ia sama sekali tidak mendapatkan informasi mengenai siapa pemilik asli rumah ini dan mengapa ada perpustakaan di ruang bawah tanah.
Nathalia melirik jam dindingnya. Baru menunjukkan pukul setengah satu dini hari. Nathalia mencoba kembali tidur namun ia tidak bisa. Akhirnya, ia memutuskan untuk keluar berkeliling saja. Nathalia mengenakan kaos lengan panjangnya terlebih dahulu dan celana bahan berwarna hitam.
Kali ini, ia ingin mencoba terjun dari atas atap tanpa menggunakan pistol katrolnya. Saat berada di atas atap, ada keraguan di hatinya.
"Iya kalau berhasil, bagaimana kalau tidak??" Batinnya dalam hati.
Beberapa kali, Nathalia menarik nafasnya dalam-dalam lalu membuangnya. Takut dan tidak yakin terus menghantui Nathalia.
Lalu ia mendapat ide. Daripada mencoba terjun langsung ke bawah tanpa menggunakan alat, mengapa ia tidak melatih kemampuan berteleportasi nya? Kemampuan tersebut jauh lebih berguna daripada terjun langsung tanpa menggunakan alat.
Nathalia memfokuskan pada penglihatannya. Matanya tidak berkedip sampai ia merasakan sakit di matanya.
Ah, susah sekali. Bagaimana cara memunculkannya??
Kembali, Nathalia memfokuskan pada penglihatannya, pikirannya dijernihkan sampai akhirnya ia dapat mengaktifkan kemampuannya. Dari penglihatannya, ada titik-titik yang tersebar ke berbagai tempat di sekitarnya. Ada di pohon, bawah, tengah jalan, pinggir jalan, rumah tetangga, atas atapnya, balkonnya dan lain-lain, tergantung dari kemana arah mata Nathalia. Jika ke kiri, maka titik itu akan berada di tempat yang terlihat olehnya di bagian kiri. Begitu pun sebaliknya.
Nathalia tersenyum senang dengan keberhasilannya itu. Ia mencoba berteleportasi ke pohon yang berada di depannya. Dengan cepat, Nathalia sudah berada di atas pohon tersebut. Nathalia menemukan kekurangan dari kemampuannya, yaitu tidak bisa berteleportasi ke tempat yang jaraknya sangat jauh.
Sedikit kecewa mengingat tujuan Nathalia jika berhasil, ia ingin menggunakannya sebagai transportasi ke tempat kerjanya. Dengan begitu, ia tidak perlu repot-repot parkour lagi.
Yah sudahlah. Semua kemampuan pasti memiliki kelemahan. Seperti teknologi. Secanggih apapun teknologinya, pasti mempunyai kelemahan.
Nathalia menonaktifkan kemampuannya namun sepertinya tidak berhasil. Ia memutuskan untuk membawanya jalan-jalan saja dengan harapan akan non-aktif sendiri.
Nathalia berteleportasi ke pinggir jalan. Ia tersenyum senang. Dengan begitu, tidak perlu lagi lewat pintu depan. Ia hanya perlu naik ke atas pohon lalu berpindah ke pinggir jalan.
Secara bersamaan, kemampuan teleportasinya non-aktif dengan sendirinya. Nathalia keheranan, mengapa tiba-tiba menghilang dan kembali seperti semula.
Ah biarlah.
Nathalia melanjutkan berkeliling. Berbagai tempat ia lewati, diantaranya pasar, mal, bioskop, pertokoan dan gedung teater. Sampai akhirnya, ia menemukan perkotaan yang cukup padat. Nathalia menduga dia sudah ada di pusat kota.
Ohh, sudah sampai di Rott Restaurant rupanya. Padahal aku berkeliling cukup jauh. Kenapa ujung-ujungnya malah di sini juga?? Heran. Berarti aku hanya memutar jalan saja ya. Hmm... Apa aku boleh masuk ke dalam?? Karena aku sudah bangun, lebih baik bekerja saja di sini. Betul kan?? Aku seperti karyawan teladan saja.
Nathalia mencoba mengintip ke dalam restoran. Harapannya ada celah untuk membuka pintu tersebut. Nathalia tidak menemukannya, alhasil ia hanya duduk saja di depan restoran. Bingung ingin kemana lagi dan melakukan apa.
Duarrr...
Nathalia terperanjat mendengar suara ledakan di dekatnya. Lalu ia melihat ada drone yang melayang. Ada tiga buah. Nathalia membelalakkan matanya. Ia tidak tahu, drone itu milik siapa.
Nathalia menyadari bahwa drone tersebut bersiap hendak menyerangnya kembali. Dengan cepat ia berlari menjauh sebelum drone tersebut melancarkan tembakan.
Ternyata, ketiga drone tersebut mengejarnya. Nathalia terus berlari. Orang-orang disekitarnya pun juga ikut berlari menyelamatkan diri. Dalam keadaan panik, tiba-tiba kemampuan teleportasinya aktif. Di pandangannya, ada sebuah titik-titik yang dapat digunakan untuk berpindah tempat.
Nathalia mendapat ide. Ia ingin membuat sebuah tipuan terhadap tiga drone tersebut.
Nathalia berhenti sejenak. Ketiga drone tersebut sudah ada tepat berada di depannya. Nathalia mencari-cari tempat untuk ia berpindah ke belakang drone tersebut.
Akhirnya ia menemukan sebuah gedung perkantoran di belakang ketiga drone. Nathalia menunggu drone tersebut bersiap menembaknya.
Beberapa detik kemudian, ketiga drone siap menembak dengan ditandai bagian depan mereka menyala. Nathalia mengarahkan pandangannya ke titik tersebut.
Dengan waktu yang tepat, Nathalia berhasil berpindah ke atas gedung bersamaan dengan ketiga drone menembak ke arah tempat awalnya tadi. Nathalia memperhatikan drone tersebut. Ia mencari-cari petunjuk, siapa tahu ada nama perusahaan yang membuatnya.
Di bawah, ketiga drone tampak mencari-cari keberadaan Nathalia. Ada sebuah sinar yang rupanya itu untuk men-scan keadaan sekitar. Beruntung bagi Nathalia, karena posisinya sangat jauh dari drone. Lalu, tiba-tiba drone tersebut berubah bentuk. Robot berbentuk manusia, terlihat menyeramkan. Seketika, Nathalia teringat dengan perkataan Caroline yang mengatakan perusahaan ayahnya sedang membuat pakaian armor. Nathalia menduga, robot tersebut adalah armor dan berasal dari Parvita Company.
Yang jadi pertanyaan adalah mengapa drone itu menyerangnya? Apalagi drone tersebut berasal dari Parvita Company. Nathalia menduga pasti ada yang menyabotase drone itu. Pasti Caroline tidak mengetahui hal ini.
Robot tersebut sudah pergi ke tempat yang gelap. Nathalia bernafas lega dirinya dapat melarikan diri dengan selamat. Bersyukur ia mempunyai kemampuan teleportasi. Kalau tidak, mungkin ia sudah kelelahan berlari.
Nah, bagaimana aku turun?? Teleport lagi kah?? Lagipula aku sendiri yang memilih gedung ini. Aku menyesal memilih gedung ini karena tinggi sekali. Jadi susah turunnya.
Nathalia berkeliling di atas atap gedung, mencari-cari jalan keluar. Tidak ada jalan lain kecuali teleportasi ke bawah. Akhirnya, Nathalia terpaksa melakukan hal itu. Dengan menentukan titik pendaratan, Nathalia langsung berpindah tempat dengan cepat dan singkat.
Tidak ada siapapun yang melihat aksinya. Hanya ada kucing yang termenung melihat ada sosok manusia tiba-tiba sudah berada di hadapannya.
"Maaf kucing manis. Aku mengagetkanmu??" Tanya Nathalia kepada kucing tersebut sambil mengelus-elus kepalanya.
Tiba-tiba, ada bayangan tinggi besar menutupi si kucing. Saat mendongakkan kepalanya, ada seseorang pria bertubuh tinggi besar dan kekar, berdiri dihadapannya. Nathalia menelan ludahnya sejenak.
"Bisa kembalikan kucingku??"
Nathalia mengangkat sebelah alisnya. Suaranya tidak seseram bentuk tubuhnya, cenderung kecil dari kebanyakan pria pada umumnya. Nathalia berdiri sambil memberi salam kepadanya.
"Maaf kalau aku mengganggu kucingmu," kata Nathalia.
"Tak apa."
Nathalia memperhatikan pria itu. Pandangannya beralih ke nama pakaian yang sedang dikenakannya. Ada tulisan Parvita Company.
Nathalia hendak menanyakan tentang kejadiannya barusan namun belum sempat membuka mulutnya, drone tersebut tampak kembali. Pria itu terperanjat melihat ada drone perusahaannya di sana.
"Pak, mari kita lari," ajak Nathalia.
"Kau saja. Aku bisa mengurusnya," kata pria itu. Terlihat tangan pria tersebut seperti mengangkat tangan kanannya. Seketika itu juga, drone tersebut menjadi jinak dan tidak menyerang.
"Kenapa kamu berlari??" Tanya pria itu.
"Tadi dia menyerangku," kawan Nathalia jujur.
"Oh maaf ya. Drone ini aku bawa karena ada yang ingin membelinya. Sepertinya tadi ada kesalahan teknis sehingga menyerangmu. Maaf ya," kata pria itu sembari menundukkan kepalanya.
"Iya, Pak."
Pria itu berpamitan kepada Nathalia lalu pergi sambil membawa drone-nya.
Saat beberapa meter pria itu berlalu, Nathalia mendapat insting berbahaya. Berasal dari pria tersebut. Ia tidak tahu apa maksudnya itu. Diam-diam, Nathalia mengikutinya.
Sampai akhirnya, pria tersebut berhenti di perbatasan kota. Nathalia mengawasinya dari atas pohon yang tumbuh menjulang tinggi sehingga melampaui tembok perbatasan.
Dari sana, ia melihat pria tersebut menemui tiga orang pria dewasa. Ada sedikit pembicaraan di antara mereka tentang negosiasi harga. Nathalia tidak dapat mendengar dengan jelas. Posisinya yang jauh, membuat suara yang didengarnya terbatas. Setelah mencapai sepakat, ketiga pria itu memberikan sejumlah uang dan,
Dorrr...
Pria pembawa ketiga drone tersebut ditembak oleh salah satu dari ketiganya. Nathalia kaget dengan kejadian itu.
Dasar penjahat!
Ketiga penjahat itu bergabung dengan ketiga drone dan tubuh mereka dibalut oleh armor berwarna biru. Insting Nathalia mengatakan hal itu tidak dapat dibiarkan. Apalagi, mereka hendak memasuki kota dengan armor tersebut.
Nathalia berusaha memunculkan jubahnya. Beberapa mencoba tidak berhasil. Perlahan-lahan, ketiga penjahat itu memasuki pinggiran kota Jalundra. Ditambah, ia lupa membawa maskernya untuk menutupi wajahnya. Nathalia panik dan mengambil tindakan berani.
Dengan gagah beraninya, ia menghadang ketiga penjahat itu, dengan pendaratan yang sempurna. Ketiganya berhenti sejenak lalu tertawa karena melihat yang menghadang mereka hanyalah gadis muda biasa.
"Hei, gadis cantik. Apa yang kau lakukan di sini??" Tanya salah satu penjahat itu. Nathalia terdiam sejenak. Dari dekat, ia melihat armor tersebut sama persis dengan yang dipakai oleh pria misterius.
"Bagaimana dengan kalian sendiri?? Apa yang kalian ingin lakukan di sini??" Tanya Nathalia.
"Haha, apa gadis kecil ini ingin menjadi pahlawan??" Ucap salah satu pria sambil tertawa terbahak-bahak.
"Apa kau bercanda?? Dengan kostum jelekmu itu, mana mungkin kau bisa hadapi kami."
Ada benarnya menurut Nathalia. Memakai jubahnya saja ada kemungkinan tidak ada harapan untuk menang, apalagi kali ini ia hanya mengenakan pakaian biasa. Hanya saja, dengan jubahnya Nathalia dapat membantunya melumpuhkan penjahat itu. Nathalia berusaha untuk percaya diri dan yakin ia dapat mengalahkan mereka.
"Setidaknya aku dapat melumpuhkan kalian," kata Nathalia.
"Apa benar begitu??"
Bersamaan dengan perkataan tersebut, satu penjahat melesat ke arah Nathalia, hendak memukul wajahnya. Seketika, kemampuan teleportasinya aktif. Ada berbagai titik yang dapat ia jangkau untuk berpindah tempat. Nathalia memilih titik yang ada di belakang kedua penjahat.
Sontak, kedua penjahat itu terkejut dengan kehadiran Nathalia yang sudah ada di belakang mereka. Dengan cepat, mereka memutar tubuhnya hendak menyerang. Namun, Nathalia lebih cepat dengan meninju dan menendang mereka berdua sehingga terhempas ke belakang dari posisi mereka.
Satu penjahat lagi terheran-heran dengan kemampuan Nathalia. Ditambah dengan kekuatannya yang mampu menghempaskan kedua rekannya. Nathalia sedikit tersenyum senang.
"Jangan senang dulu kau gadis kecil," kata penjahat itu.
Lalu, ada sesuatu yang membuat Nathalia terkejut. Ketiga penjahat itu menutup wajah mereka menggunakan topeng canggih, berbentuk wajah robot dengan mata yang bersinar. Nathalia mengambil ancang-ancang.
Baru saja berkedip, Nathalia sudah terkena pukulan keras sehingga dirinya terpental jauh sampai keluar tembok perbatasan kota.
Nathalia terbaring lemas. Nafasnya tersengal-sengal. Penglihatannya tidak bisa menangkap kecepatan penjahat itu.
Belum selesai mengatur nafasnya, Nathalia sudah ditarik menggunakan tangan robot yang panjang sekali. Ia ditarik lebih dekat kepada ketiganya.
"Masih bisa sombong kah kau, gadis kecil??"
Nathalia tidak dapat menjawab. Lehernya dicekik. Tiba-tiba, tubuhnya di lempar ke samping. Nathalia berguling-guling beberapa kali sampai ia berhenti karena menabrak pohon besar.
Ketiga penjahat itu, secara bersamaan sudah berada di hadapannya. Mereka dapat berpindah dengan cepat.
Pandangan Nathalia perlahan-lahan mulai kabur.
"Hei, gadis kecil! Kemana kesombonganmu itu tadi, hah??! Kenapa kau menjadi lemas tak berdaya seperti ini. Hahaha!! Dasar sok pahlawan."
Tubuh Nathalia diangkat. Kepala penjahat tersebut sejajar dengan perutnya. Penjahat yang mengangkat tubuhnya, mengepalkan tangannya. Diangkat dan diarahkan ke perut Nathalia.
"Uggghh..."
Perut Nathalia dipukul dengan keras menyebabkan ia tak sadarkan diri. Ketiganya tertawa terbahak-bahak. Satu penjahat melepaskan Nathalia dan meninggalkannya begitu saja.
Ketiga penjahat itu segera memasuki kota Jalundra. Mereka berjalan dengan santainya dan begitu percaya diri.
"Hei, ada sesuatu di kacamataku ini," ucap pria itu. Kedua temannya pun menyadari bahwa ada sesuatu yang muncul di kacamata mereka. Sistem telah mendeteksi bahwa ada sesuatu yang mendekati mereka.
Mereka berdua tak tahu apa itu. Berpendapat bahwa sesuatu itu tidak mengancam, mereka memutuskan melanjutkan perjalanan menuju ke perbatasan kota.
Namun sayang, baru saja ingin masuk ke pintu perbatasan kota, ada seseorang yang menghalangi jalan mereka.
Ada aura merah mengitari tubuh orang tersebut. Ketiganya terlihat sedikit ketakutan.