langsung baca aja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ayunina, pandega tiba di desa wanara
"Ibu ada apa?!" Tanya ayunina yang panik.
"Ndak tahu yu. Tiba tiba bapak kamu muntah darah, tolong ayu!" Teriak dyah yang begitu cemas.
Ayunina segera mencari kain di tumpukan baju lama. Ada beberapa pakaian yang sudah tak terpakai di sana. Gegas ia meraihnya dan membersihkan tumpahan darah itu.
"Astagfirullah halazim bu! Kenapa bisa begini?!"
"Ibu juga ngga tahu, yu. Padahal tadi bapakmu ini, sudah bisa berdiri dan berjalan normal. Kamu lihat sendiri kan, dia bahkan bisa mengimani kita berdua." Jawab dyah yang tak kalah paniknya dari ayunina.
Ayunina segera mencari obat yang biasa di berikan kepada ayahnya, obat obat itu berupa dedaunan alami sehingga jika akan di konsumsi harus di tumbuk dan di rebus terlebih dahulu.
"Bu, yang siap minum ndak ada?" Tanya ayunina, "ayu merasa kalau harus mengolah terlebih dahulu, itu akan memakan waktu!" Ucap ayunina yang memang benar apa adanya.
Tetapi karena tak ada cara lain, dan onat siap minumnya sudah habis, terpaksa ayunina harus merebusnya terlebih dahulu.
Dedaunan dan beberapa rempah rempah yang sudah di sediakan dyah, ia tumbuk terlebih dahulu. Sembari sesekali mengusap air mata, ayunina membuat api di luar rumahnya.
"Sebaiknya kamu sekarang lekas pergi!"
Ayunina terjingkat kala mendengar syara yang persis seperti suara ibunya, ayunina menoleh ke belakang dan benar itu adalah ibunya.
"Ibu!" Lirihnya setelah melihat kebelakang.
"Pergilah, nak. Carikan obat untuk bapakmu, dan sembuhkan dia." Ucap dyah dengan air mata yang bercucuran.
Ayunina tak langsung menjawab, alisnya bertaut matanya memindai wajah ibunya.
"Tapi.... bagaimana dengan bapak bu?" Jawab ayunina dengan pertanyaan.
"Kamu jangan risaukan bapak, ada ibu di sini. Ibu akan mengobati bapak dengan bahan biasa terlebih dahulu, sampai kamu kembali dan membawakan obat yang layak untuknya." Jawab dyah, ia memalingkan wajahnya tak ingin melihat wajah putrinya itu.
"Tapi, bu. Kalau tidak di rawat langsung oleh dokter, apakah bisa sembuh?" Pertanyaan yang memang benar apa adanya terlontar dari mulut ayunina.
"Dengar. Kalau kamu sampai di desa wanara, cari mbah rasimah. Katakan pada beliau bahwa kamu adalah anak dyah dan rizky, dan minta ia untuk datang kemari. Tetapi jangan pernah kamu katakan kebenaran tentang dirimu, selain kepada mbah rasimah. Segera kembali, kalau kamu sudah bertemu dia. pergilah!" Ucap dyah dengan isakan di bibirnya. Dia sudah tidak tahan melihat suaminya terus menerus seperti ini.
Ayunina terdiam. Ia berfikir beberapa saat, meninggalkan kedua orang tuanya yang begitu ia sayangi, bukanlah hal yang mudah.
"Baiklah kalau begitu, ayunina akan berpamitan kepada bapak." Jawab ayunina yang akhirnya ia setuju.
"Tidak!" Sahut dyah yang membuat ayunina terkejut.
"Sampai kapanpun bapakmu tidak akan mengizinkanmu untuk pergi, bahkan sampai dia kehilangan nyawanya sekalipun. Itu sebabnya ibu pengin kamu pergi secara diam diam!" Imbuh dyah lagi.
Dengan hati yang begitu berat, ayunina akhirnya menyetujui apa yang di perintahkan oleh ibunya. Dia tak memiliki pilihan lain selain mencari obat keluar hutan.
"Baiklah, bu. Ayunina akan pergi sekarang, apa saja yang harus ayu bawa?"
"Tunggu sebentar, ibu akan persiapkan." Dyah segera mempersiapkan beberapa keperluan yang akan di bawa putrinya ke desa wanara, termasuk beberapa alat yang bisa putrinya gunakan untuk melawan penjahat. Sembari menunggu obat yang tadi di rebus putrinya matang.
"Nah, ini sudah siap. Sekarang kamu cepat berangkat, tapi ingat! Lekas kembali!" Ucap dyah yang menyerahkan tas yang berisi beberapa keperluan ayunina, kemudian dyah melanjutkan, "ingat nak, jaga emosi kamu jangan menyimpan benci atau dendam kepada siapapun. Jangan membuat onar di desa dan jangan lupa melakukan kewajiban kamu sebagai umat muslim. Doa ibu akan selalu mengiringi perjalananmu." Dyah memberikan peringatan kepada ayunina, agar dia tidak melupakan apa yang sudah dyah ceritakan kepadanya.
"Baik, bu. Ibu jangan khawatir, ayunina pasti akan jaga diri dan tidak akan membiarkan bibi dayu masuk ke dalam raga ayu. Ayu berangkat bu."
Dyah melepaskan kepergian putrinya dengan hati yang kacau, dia hanya bisa berharap kepada ayunina pada saat ini. Dan berharap bahwa dia akan segera kembali membawa mbah rasimah. Hanya mbah rasimah yang kemungkinan bisa menyembuhkan rizky, karena mbah rasimah selain tahu beberapa hal ghoib mbah rasimah juga seorang tabib.
***
"Kamu kenal mbah rasimah?" Tanya ayunina setelah ia berjalan beriringan dengan pandega. Mereka berdua berjalan di tengah hutan dengan saling membantu ketika ada jalanan yang sulit.
"Mbah rasimah? Entah, kayanya pernah dengar nama itu." Jawab pandega. Tanganya sibuk membawa tas yang berisi perlengkapan ayunina.
"Aku harus bertemu dia untuk menyembuhkan bapak, apa kamu mau membantu?" Tanya ayunina lagi.
"Pasti.... pasti aku akan bantu, tapi aku bisa minta satu permintaan sama kamu?"
"Apa?"
"Aku ingin, setelah aku membantu kamu mencari obat untuk bapakmu, kamu mau bertemu dengan keluargaku untuk melanjutkan hubungan yang lebih serius, mau?" Tanya pandega yang membuat ayunina menghentikan langkahnya, kemudian menatap ke arah pandega yang baru saja selesai berucap.
"Maksud kamu?" Tanya ayunina dengan wajah yang begitu serius.
"Umm.... aku ngga bermaksud untuk memaksa atau mengancam kamu, ayu. Aku cuma.... cuma pengin hubungan yang lebih serius aja." Ucap pandega gugup, ia takut kalau kalau ayunina salah paham.
Ayunina tak langsung menjawab, ia melanjutkan langkahnya begitu saja, mendahului pandega tanpa mengatakan sepatah katapun.
"Eh, yu. Tunggu! Memangnya kamu tahu jalan keluarnya?" Tanya pandega.
Ayunina tak menjawab. Di balik tubuhnya yang berjalan tegap, bibir ayunina mengukur senyuman kecil seiring dengan detak jantung yang berdebar 2 kali lipat.
***
Sudah sekitar 3 jam mereka berjalan, hingga akhirnya keluar dari hutan. Perlu di ketahui bahwa jalan yang di lalui oleh pandega dan ayunina tidak menyebrangi sungai, sebagai pemburu pandega tahu beberapa jalan yang menuju tengah hutan tanpa harus menyebrangi sungai.
Tiga jam perjalanan mereka akhirnya tiba juga di luar hutan. Terlihat jalanan yang tidak seberapa besar, tetapi terlihat sering kali di lewati.
"Ini desanya, ayu. Namanya desa wanara." Ucap pandega, sambil menunjuk beberapa warga yang beraktifitas di ladang mereka. Sibuk dengan tanaman dan bahan penghasil uang mereka.
Sementara ayunina tak terlihat takjub melihat rombongan warga itu, justru wajahnya terlihat di tekuk.
"Ayu, kok kamu diam?" Tanya pandega. Dia sedikit melihat ekspresi wajah ayunina yang sama sekali tidak terlihat senang. Padahal sebelumnya dia yang paling bersemangat untuk keluar dari dalam hutan.
"Gimana ngga diam? Ketika bertemu dengan para manusia laknat yang main hakim tanpa bukti, sehingga membuat keluargaku mengungsi di tengah hutan!" Jawab ayunina jengkel, sayangnya jawaban ayunina dalam hatinya.
pasti uwak yanto pelakunya