Anand dan Shan, dua sepupu yang tumbuh bersama, tak pernah membayangkan bahwa hidup mereka akan berubah begitu drastis.
Anand dikhianati oleh kekasihnya—wanita yang selama ini ia cintai ternyata memilih menikah dengan ayahnya sendiri. Luka yang mendalam membuatnya menutup hati dan kehilangan arah.
Di sisi lain, Shan harus menelan kenyataan pahit saat mengetahui kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Pengkhianatan itu membuatnya kehilangan kepercayaan pada cinta.
Dalam kehancuran yang sama, Anand memutuskan untuk menikahi Shan.
Lantas apakah yang akan terjadi jika pernikahan tanpa cinta dilakukan? Akankah luka dapat disembuhkan dengan mereka menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 18
Mikha berlari melewati lorong rumah sakit dengan tubuh yang hampir limbung. Napasnya tersengal, dan air mata mengalir deras di pipinya. Tangannya yang bergetar masih berlumuran darah neneknya. Ia menatap nenek yang terbaring di atas ranjang dorong dengan mata yang hampir tertutup.
"Tolong selamatkan nenek saya!" teriaknya dengan suara bergetar, membuat beberapa staf rumah sakit langsung bergerak cepat.
Ketakutannya begitu besar hingga ia hampir tidak menyadari keberadaan seseorang yang berdiri tidak jauh darinya.
"Mikha?"
Suara itu membuatnya terhenti. Ia menoleh, dan detik itu juga, dadanya terasa semakin sesak.
Anand.
Pria yang selama ini berusaha ia hindari justru muncul di hadapannya saat ia berada di titik paling rapuh.
Mikha mundur selangkah, ingin lari, ingin menghilang. Tapi tubuhnya sudah terlalu lemah. Ia bahkan nyaris terjatuh jika saja Anand tidak dengan sigap menangkapnya.
"Apa yang terjadi? Kenapa nenekmu berdarah?" tanya Anand cemas.
Mikha menggigit bibirnya, mencoba menahan isakan. Namun, air matanya semakin deras, ketakutannya semakin menjadi. Ia tidak bisa berkata-kata, hanya bisa menangis di dada Anand.
Anand mengusap punggung Mikha dengan lembut, mencoba menenangkan perempuan yang masih saja menggigil dalam pelukannya. "Tenang, Mikha... Kami akan melakukan yang terbaik untuk nenekmu. Aku janji," ucapnya lirih.
Pelukan itu terasa begitu hangat, seolah memberikan perlindungan di tengah badai yang mengamuk dalam hidup Mikha.
Tapi, bisakah ia tetap berada dalam perlindungan ini? Bisakah ia masih layak menerima kebaikan Anand setelah semua yang terjadi?
Mikha tidak tahu. Yang ia tahu, saat ini, ia hanya ingin menangis dalam pelukan Anand. Hanya sebentar. Sebelum akhirnya ia kembali menghadapi kenyataan pahit yang menunggunya.
Namun meski berada di pelukan hangat anand, tetap saja pikirannya melayang ke banyak hal yang membuat dadanya sesak. Ia ingin berlama-lama di sini, di tempat yang terasa begitu aman dan hangat. Namun, ia tahu, cepat atau lambat, ia harus pergi.
"Nenekmu akan baik-baik saja," Anand kembali berucap, suaranya lembut namun penuh ketegasan.
Mikha mengangguk pelan, meskipun kegelisahan masih menguasainya. Ia menatap pintu ruang gawat darurat yang tertutup, berharap dokter segera keluar dengan kabar baik.
"Aku akan mengurus administrasi rumah sakit. Kamu duduk dulu di sana, istirahat sebentar," Anand menunjuk deretan kursi di lorong rumah sakit.
Mikha menggeleng, "Aku nggak butuh itu, Anand."
Anand menatapnya dengan sorot mata yang sulit diartikan. "Kamu terlihat sangat lelah. Setidaknya duduklah sebentar."
"Aku nggak butuh perhatianmu!" suara Mikha meninggi, matanya memerah.
Anand terdiam. Ia tidak marah, tapi jelas ada luka yang tersirat di matanya. "Kenapa kamu menolak bantuanku, Mikha?"
Mikha menggigit bibirnya, menahan tangis yang hampir pecah lagi. "Karena aku nggak pantas menerima kebaikanmu."
"kenapa kamu ngomong gitu?."
"Karena itu kenyataan," lirih Mikha.
Anand menarik napas dalam, mencoba menahan emosinya. "Mikha... Aku tahu ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku. Aku nggak bodoh."
Mikha menunduk, kedua tangannya menggenggam erat roknya. Ia takut jika menatap mata Anand, pertahanannya akan runtuh.
"Apa ada hubungannya dengan keputusanmu membatalkan pernikahan kita?" suara Anand lebih tenang sekarang, lebih lembut.
Mikha masih diam.
"Apa seseorang mengancammu?"
Mikha menggigit bibirnya semakin kuat.
"Apa Nenekku melakukan sesuatu padamu?"
Mikha langsung mengangkat kepalanya, kaget dengan dugaan Anand.
"Mikha, aku tanya sekali lagi, apa nenekku menyakitimu?"
Mikha semakin gelisah, kakinya melangkah mundur. "Aku... aku harus melihat nenek."
Ia berbalik dan pergi sebelum Anand bisa menahannya.
Anand hanya bisa menatap punggung Mikha yang semakin menjauh. Ia mengepalkan tangannya, merasa marah pada dirinya sendiri karena tidak bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi.
Tapi satu hal yang ia yakini—ia tidak akan diam saja. Jika Mikha tidak mau memberitahunya, maka ia sendiri yang akan mencari tahu.
Apa pun yang terjadi, ia akan melindungi Mikha.
***
Virzha sebenarnya mencintai istrinya cuman krn dibawah pengaruh ibu nya Ranika jadi kayak gitu, Anand juga cintanya terlalu besar buat Mikha dan effort nya dia gak main main, sedangkan Mikha? neneknya meninggal gara-gara si Mona dan Ranika, dia nggak cinta tapi demi neneknya dia cuman pengen balas dendam🥺🥺
eps 1 udh menguras tenaga sekale