NovelToon NovelToon
Seni Perang Dalam Cinta

Seni Perang Dalam Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Diam-Diam Cinta / Bad Boy / Enemy to Lovers / Si Mujur / Rebirth For Love / Idola sekolah
Popularitas:764
Nilai: 5
Nama Author: Dwiki

Theresa Coldwell adalah ratu tak tertandingi di sekolahnya—lidahnya tajam, kepercayaan dirinya tak tergoyahkan. Tak ada yang berani menantangnya… sampai Adrien Valmont datang. Santai, tak terpengaruh, dan sama pintarnya, dia membalas sarkasme Theresa dengan komentar tajam tanpa ekspresi, membuat setiap pertemuan mereka jadi ajang adu kecerdasan dan ego. Dari debat di kelas hingga persaingan di seluruh sekolah, ketegangan di antara mereka semakin terasa. Tapi ketika sesuatu yang tak terduga mengancam untuk memisahkan mereka, akankah mereka akhirnya menurunkan ego masing-masing, atau justru terjebak dalam perang kata-kata yang tak berujung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwiki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Spin Off #5 : Skakmat, Emosi

Perpustakaan lebih sunyi dari biasanya, udara dipenuhi ketegangan menjelang presentasi final mereka besok. Buku-buku berserakan di meja, namun tak satu pun dari mereka sedang membacanya. Sebagai gantinya, papan catur yang sudah tertata rapi duduk di antara mereka, menunggu.

“Satu ronde saja,” usul Elara, meregangkan lengannya. “Kita sudah belajar berjam-jam. Anggap saja… penyegaran strategi otak.”

Zahard, yang biasanya akan menolak, hanya mengangkat alis dan mulai menyusun bidak tanpa sepatah kata pun.

Sekarang, saat permainan berlangsung, Elara mendapati dirinya lebih fokus dari biasanya. Intensitas Zahard masih ada, tapi ada sesuatu yang… berbeda.

Jarinya melayang di atas bidak lebih lama dari yang diperlukan. Tatapan tajamnya sesekali beralih—bukan hanya ke papan, tapi juga ke arahnya.

Ketegangan di Tengah Permainan.

Elara menyesuaikan kacamatanya, mempelajari langkah berikutnya.

“Kau sedang mengulur waktu,” komentar Zahard, nada suaranya netral, tapi tatapannya tajam.

Elara mendengus. “Aku lebih suka menyebutnya pertimbangan matang.”

Zahard bersandar sedikit, tampak tidak terkesan. “Keragu-raguan hanya akan membuatmu kalah di catur.”

Elara menyeringai. “Tapi dalam hidup, kadang ragu bisa menyelamatkanmu dari kesalahan.”

Zahard mengeluarkan suara yang terdengar seperti perpaduan antara tawa singkat dan dengusan. “Hanya orang bodoh yang mengandalkan keberuntungan.”

“Dan hanya orang bodoh yang mengira hidup ini semata-mata soal strategi.”

Tatapan mereka bertemu di atas papan, dan untuk sesaat, Elara lupa bahwa mereka sedang bermain.

Ada sesuatu dalam cara Zahard menatapnya—menghitung, namun tak bisa ditebak. Dingin, tapi entah bagaimana, juga hadir.

Elara memaksa dirinya kembali fokus.

Satu langkah dalam satu waktu.

Kesalahan yang Tidak Biasa.

Elara akhirnya menggerakkan kudanya ke depan.

Zahard, yang masih memperhatikannya alih-alih papan, menggerakkan rajanya maju.

Kesalahan fatal.

Elara mengerutkan kening. “Itu… bukan seperti biasanya.”

Zahard hampir tidak bereaksi. “Apa maksudmu?”

Elara ragu sejenak sebelum menangkap rajanya, mengakhiri permainan.

“Kau membiarkanku menang,” ucapnya pelan.

Zahard bersandar ke belakang, mengalihkan pandangan. “Aku salah perhitungan.”

Mata Elara menyipit. “Tidak, kau tidak salah.”

Tidak mungkin Zahard Adhelard—strategis ulung, orang yang menganggap catur sebagai perpanjangan dari logika—membuat kesalahan sejelas itu.

Namun, ia menolak menatapnya.

Dan itulah tanda yang sesungguhnya.

Untuk pertama kalinya sejak mereka bertemu, Zahard melanggar aturannya sendiri.

Elara tersenyum kecil, memahami sesuatu.

“Kau tahu,” gumamnya, memainkan raja yang telah tumbang di jarinya, “untuk seseorang yang tak percaya pada perasaan, kau baru saja membuat langkah yang sangat sentimental.”

Rahang Zahard menegang, jarinya mengetuk meja pelan. “…Terlalu banyak berpikir itu kebiasaan buruk.”

Elara terkekeh. “Kata siapa? Bukankah kau juga selalu menganalisis segalanya?”

Keheningan panjang menyelimuti mereka.

Lalu, dengan nada yang lebih tenang dari biasanya, Zahard akhirnya mengakui:

“…Kau sudah lebih baik.”

Jantung Elara berdetak aneh.

Ia memiringkan kepalanya, menggoda. “Jadi kau mengakui aku tidak sepenuhnya payah?”

Zahard mengembuskan napas pelan, menggelengkan kepala—tapi ia tak menyangkalnya.

Mereka membereskan papan catur dalam diam, tapi ada sesuatu yang berubah di antara mereka.

Elara melirik Zahard saat ia menata kembali bidak-bidak dengan rapi. Sangat seperti dirinya—selalu mengembalikan segala sesuatu ke tempatnya, memastikan semuanya tetap sebagaimana mestinya.

Namun malam ini…

Ia membiarkan sedikit kekacauan masuk.

Sedikit saja.

Tapi cukup.

Saat mereka bersiap untuk pulang, Elara menangkap tatapan Zahard sekilas, untuk terakhir kalinya.

Tak ada seringai. Tak ada sindiran.

Hanya sesuatu yang halus, singkat—hilang sebelum ia sempat benar-benar menangkapnya.

Dan Elara?

Ia tersenyum.

Karena untuk sekali ini, ia menang—bukan hanya dalam catur, tetapi dalam hal yang jauh lebih penting.

Zahard Adhelard telah membuat kesalahan.

Dan ia melakukannya karena dirinya.

Permainan telah berakhir. Tapi entah kenapa, rasanya justru ada sesuatu yang baru dimulai.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!