Ada cowok yang pikirannya masih di zaman batu, yang menganggap seks cuma sekedar kompetisi. Semakin banyak cewek yang ditiduri, maka semakin jantan dia.
Terus ada juga yang menganggap ini cuma sebagai salah satu ajang seleksi. Kalau goyangannya enak, maka mereka bakal jadian.
Ada lagi yang melihat ini cuma buat kesenangan, tanpa perlu ada keterikatan. Ya, melakukannya cuma karena suka. Sudah, begitu saja.
Dan ada juga cowok yang menganggap seks itu sesuatu yang sakral. Sesuatu yang cuma bisa mereka lakukan sama orang yang benar-benar mereka sayangi.
Nah, kalau gue sendiri?
Jujur, gue juga nggak mengerti. Gue bahkan nggak tahu apa arti seks buat gue.
Terus, sekarang gue ada di sini sama Carolline?
Gue baru kenal dia, jadi gue nggak ada niatan buat tidur sama dia. Tapi kalau soal bikin dia puas?
Itu cerita lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Hubungan
Seks.
Sederhana?
Atau ribet?
Tergantung, lo tipe cowok yang kayak Bagaimana. Itu yang selalu orang bilang.
Ada cowok-cowok yang pikirannya masih zaman batu, yang menganggap seks cuma soal kompetisi.
..."Makin banyak cewek yang lo tidurin, makin jantan lo."...
Terus ada juga yang menganggap ini sebagai eksplorasi atau satu-satunya cara buat menemukan seseorang yang berarti.
...“Kalau goyangan dia enak, gue bakal pacaran sama dia.”...
Ada lagi yang melihat ini cuma buat kesenangan, tanpa perlu basa-basi atau keterikatan.
...“Gue ngelakuin ini karena gue suka. Udah, gitu aja.”...
Dan ada juga cowok yang menganggap seks itu sesuatu yang sakral. Sesuatu yang cuma bisa mereka lakukan sama orang yang benar-benar mereka sayangi.
Nah, gue sendiri?
Jujur, gue juga nggak mengerti. Gue bahkan nggak tahu apa arti seks buat gue.
Gue, pertama kali nge-seks sama cewek yang emang sudah gue suka. Ada perasaan di situ, dan itu bikin pengalaman pertama gue jauh lebih baik. Tapi, terus dia pergi dari hidup gue, dan gue mencoba buat tidur sama orang lain tanpa perasaan, tanpa nama, tanpa keterikatan.
Hasilnya?
Gagal total.
Gue mencoba beberapa kali, dan semuanya berantakan. Akhirnya, gue sadar kalau itu bukan buat gue.
Jadi gue berhenti.
Terus, sekarang gue di sini sama Carolline?
Gue baru kenal dia, jadi gue nggak ada niatan buat tidur sama dia. Tapi kalau soal bikin dia puas?
Itu cerita lain.
Sebagai gantinya, gue pakai jari. Banyak yang bilang kalau gue jago soal ini, dan ternyata Carolline juga nggak butuh waktu lama buat sampai puncak. Pas dia akhirnya gemetar di tangan gue, dia coba buat menyentuh gue lagi, tapi gue geleng-geleng. Gue nggak mau lebih dari ini.
Begitu kelar, Carolline masuk ke kamar mandi beberapa menit, sementara gue benarin celana dan duduk di sofa. Kepala gue jatuh ke tangan, badan gue condong ke depan.
Oke, dia kayaknya menikmati. Gue nggak sepenuhnya mengacau hari ini. Mungkin gue harus ajak dia makan atau sesuatu?
Terlalu berlebihan nggak, sih?
Biar kita bisa ngobrol lebih jauh dan... lanjut lagi?
Gue tegakan badan, melepas tangan dari kepala, terus basuh muka pakai tangan. Mata gue jatuh ke TV besar di depan gue, terus ke meja tempat TV itu berdiri. Alis gue mengernyit pas melihat ada banyak bingkai foto di rak kecilnya.
Semua fotonya Carolline sama cowok tinggi, pirang, dan berjenggot. Dan jelas dia bukan saudara, karena di salah satu fotonya mereka lagi ciuman.
Di beberapa foto Carolline kelihatan lebih muda. Jadi mereka udah bareng cukup lama.
Brengsek.
Jangan bilang dia udah nikah?
Gue nggak bakal pernah nyentuh wilayah itu kalau tahu dari awal. Setelah semua yang keluarga gue alami gara-gara perselingkuhan nyokap, setelah semua yang hancur dan betapa susahnya kami menyembuhkan diri dari itu, gue nggak bakal pernah ikut campur dalam hubungan orang lain.
Apa yang sudah gue lakuin di sini?
Gue baru ketemu Carolline dua kali dan sekarang gue udah bikin dia orgasme di apartemen yang dia tinggalin bareng... siapa?
Suaminya?
Pacarnya?
Gue nggak kenal diri gue sendiri. Gue kebawa suasana terlalu jauh.
Carolline keluar dari kamar mandi pakai dress yang panjangnya sampai lutut. Dia senyum lebar ke arah gue, sementara ribuan pertanyaan kejebak di tenggorokan gue.
Dia kayaknya melihat ekspresi gue berubah, karena senyumnya perlahan menghilang. Matanya mengikuti arah pandangan gue ke foto-foto itu.
"Oh." Dia ngeluarin napas pelan. "Lo nggak usah khawatir soal dia."
Gue nggak tahu harus ngomong apa, dan dia malah senyum lagi sebelum duduk di samping gue di sofa. Rambut hitamnya dia angkat ke belakang bahu.
"Kita punya hubungan terbuka."
"Hubungan terbuka?" Gue pikir gue udah lihat semuanya... ternyata belum.
"Yup, dan santai aja, Asta." Dia nepuk paha gue dengan nada main-main. "Dia tahu apa yang gue lakuin, dan gue tahu apa yang dia lakuin. Kita nggak monogami."
Seriusan ada hubungan yang kayak gitu?
"Dan lo berdua sama-sama oke sama konsep ini?" rasa penasaran gue makin besar.
Dia mengangguk.
"Kejujuran itu kunci buat kita." Dia tatap gue. "Dan kita nggak pernah tidur sama orang yang sama lebih dari sekali, biar nggak ada drama."
"Jadi maksud lo, kita nggak bakal ketemu lagi?"
"Tepat."
Dan gue yang tadinya mikir, lagi memulai sesuatu sama dia, ngajak dia kencan benaran, ternyata ini cuma buat pelarian Carolline.
Gue bangkit.
"Gue harus pergi."
"Asta..."
"Gue harus balik sebelum malam." Itu benaran alasan gue. Sejak kejadian pemukulan itu, gue nggak suka ada di jalanan, apalagi pas malam. "Makasih buat semuanya."
Mata gue kembali ke foto-foto mereka. Mereka kelihatan bahagia.
"Mau kita ketemu lagi, atau enggak..., gue cabut dulu."
Gue jalan ke pintu, dan Carolline mengikuti. Dia tarik lengan gue, memutari badan gue ke arahnya.
"Hey, jangan pergi gini dong." Dia senyum tipis. "Kita ngobrol dulu, yuk?"
Ngobrol tentang apa?
Tentang bagaimana gue selalu salah paham?
"Nggak perlu." Gue melepas tangannya dan pergi dari sana.
cobalah utk hidup normal phyton
𝚜𝚊𝚕𝚞𝚝 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚜𝚎𝚕𝚖𝚊,𝚠𝚊𝚕𝚊𝚞𝚙𝚞𝚗 𝚖𝚊𝚕𝚟𝚒𝚗 𝚔𝚊𝚔𝚊𝚔𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚍𝚒𝚊 𝚝𝚍𝚔 𝚋𝚎𝚕𝚊𝚒𝚗 𝚔𝚊𝚔𝚊𝚔𝚗𝚢𝚊,𝚜𝚎𝚕𝚖𝚊 𝚖𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚗𝚐𝚎𝚍𝚞𝚔𝚞𝚗𝚐 𝚙𝚑𝚢𝚝𝚘𝚗
𝚜𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐𝚊𝚝 𝚍𝚘𝚗𝚐 🥰🥰
𝚜𝚖𝚘𝚐𝚊 𝚌𝚘𝚌𝚘𝚔 𝚢𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚜𝚎𝚕𝚖𝚊 🥰🥰
𝚜𝚎𝚖𝚘𝚐𝚊 𝚍𝚐𝚗 𝚊𝚍𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚕𝚖𝚊 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚗𝚎𝚖𝚞𝚒𝚗 𝚓𝚊𝚝𝚒 𝚍𝚒𝚛𝚒 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚍𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊𝚒𝚗 𝚟𝚎𝚢..𝚐𝚊𝚔 𝚜𝚎𝚝𝚞𝚓𝚞 𝚔𝚕𝚘 𝚊𝚜𝚝𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚟𝚎𝚢