Arumi tidak menyangka. Jika tawa Ibu mertua nya selama ini, hanya lah untuk menutupi lu-ka yang ada di dalam diri nya. Ibu mertua yang begitu baik, ternyata selama ini hidup tersik-sa di rumah nya. Beliau bukan hanya di sik-sa oleh kakak ipar nya Arumi. Tapi juga Abang ipar nya. Mereka berdua, benar-benar manusia yang tak punya hati.
Sanggup kah Ibu mertua nya Arumi bertahan dengan kelakuan anak dan menantunya? Atau, apakah Arumi bisa membawa Ibu mertuanya pergi dari neraka itu?
Ayo temukan jawaban nya langsung! Baca nya jangan lompat-lompat, ya. Biar author semangat nulis nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Sudah beberapa hari Arumi dan juga Bu Aminah tinggal di rumah baru mereka. Selama tinggal di sana, mereka merasa aman dan nyaman.
Tidak perlu lagi memikirkan keluarga Dika yang membuat mereka pusing. Arumi pun bisa bebas melakukan apapun di rumah itu.
Semua perabotan lengkap. Karena Arumi menyuruh orang-orang nya untuk menyiapkan segala keperluan nya di rumah itu.
Arumi benar-benar betah tinggal di desa, yang menjadi tempat kelahiran sang suami nya itu.
Selain itu, ada sesuatu yang membuat Arumi bertahan di desa itu, dan belum bisa kembali ke kota. Dan karena hal itu pula, pernikahan nya dan Romi, harus di adakan di desa.
"Bu, kok melamun? Apa Ibu lagi memikirkan sesuatu?"
"Hmm,, tidak kok nak. Ibu cuma lagi mikirin rumah Ibu. Apa orang yang tinggal di sana, bakal rawat rumah itu atau tidak."
"Kalau Ibu penasaran, ayo kita lihat saja. Gimana?"
"Apa boleh?"
"Ya lihat aja kan bisa." Ucap Arumi sambil tersenyum.
Bu Aminah pun langsung bergegas untuk ikut dengan Arumi. Walaupun hanya melihat nya saja, hal itu sudah membuat beliau lega.
Sepeda motor itu pun berjalan perlahan membelah jalanan yang ada di desa tersebut. Desa yang masih sangat asri itu, membuat Arumi betah berada di sana.
Apalagi selama ini, Ibu mertua nya memang lah orang yang sangat baik. Ia tidak pernah di perlakukan buruk.
Maka dari itu, Arumi benar-benar menyayangi Ibu mertua nya itu dengan tulus. Namun, ada juga hal yang membuat Arumi kesal.
Ibu mertua nya merupakan orang yang sangat baik. Sehingga, selalu saja di manfaatkan oleh orang lain.
"Bu, Kita lihat dari sini saja. Tidak enak jika kita mendekat. Bagaimana kalau pemilik rumah yang baru, tidak suka kita berada di halaman rumah nya." Ucap Arumi.
"Kamu benar, Nak. Kita lihat dari sini saja."
Arumi dan Bu Aminah, berada di bawah pohon jambu yang rindang. Sementara Arumi sibuk bermain ponsel, Bu Aminah termenung melihat ke arah rumah itu.
Banyak hal yang terjadi di rumah peninggalan suami nya. Dan sekarang, rumah itu bukan lagi milik nya.
Hingga tiba-tiba saja. Seseorang yang paling beliau kenal ada di sana dan mengetuk rumah itu.
Tok
Tok
Tok
"Mau apa lagi kau datang ke sini? Bukan kah sudah aku jelaskan, kalau rumah ini sekarang jadi milik ku."
"Tapi, ini rumah milik orang tua ku. Izin kan lah aku tinggal di sini. Aku janji, aku akan bekerja dengan giat, untuk melunasi hutang-hutang ku."
"Bekerja dengan giat? Kau bahkan mengandalkan uang Adik dan Ibu mu selama. Jangan kau pikir jika aku tidak tahu, Dika. Kau itu pemalas."
"Tapi, aku akan berubah. Aku mohon. Izinkan aku dan keluarga ku tinggal di sini dan merawat rumah ini." Ucap Dika memelas.
"Baiklah. Aku akan memberikan rumah ini. Tapi, kau harus kembalikan dulu uang ku."
"Tapi, aku tidak punya uang untuk saat ini."
"Kalau kau tidak punya uang, maka jangan mimpi! Pergi kau dari rumah ku! Kalau tidak, aku akan berteriak dan menyuruh semua orang di sini untuk memberi pelajaran untuk mu."
"Baiklah. Aku akan pergi. Tapi, apa aku bisa istirahat sebentar di teras rumah mu? Aku lelah berjalan dari tadi."
"Terserah kau saja."
Ternyata, pemilik rumah itu memang sudah berganti. Dan Dika, setiap hari datang untuk meminta tolong.
Keadaan nya kini sudah sangat mengkhawatirkan. Rambut sudah panjang. Bahkan, kumis dan janggut pun mulai memanjang.
Adapun pakaian yang di pakai, masih sama dengan pakaian yang terakhir kali di lihat oleh Bu Aminah.
Bu Aminah yang tidak tega, langsung menghampiri Dika yang saat itu terlihat lemah.
"Dika, apa yang terjadi, nak?"
"Bu, apakah ini benar Ibu?"
"Iya. Ini Ibu. Kamu kenapa begini?" Tanya Bu Aminah.
"Ini semua gara-gara Ibu. Jika saja Ibu mau membayar hutang ku, pasti aku dan Istri ku tidak akan bertengkar."
Mata Arumi langsung melotot saat mendengar apa yang dikatakan oleh Abang Ipar nya itu.
Memang anak durhaka yang satu itu, tidak ada obat nya. Arumi langsung menarik tangan Ibu mertua nya dan pergi dari hadapan Abang Ipar nya itu.
"Arumi, lepaskan dulu."
"Tidak. Rumi tidak mau Ibu sakit hati lagi. Udah cukup selama ini mereka buat Ibu menderita."
"Arumi. Tenang, nak. Tenang dulu."
"Bagaimana Rumi bisa tenang saat Bang Dika bicara begitu. Udah tahu jika istri nya itu nggak benar. Tapi, masih aja di bela. Padahal, kurang apa Ibu pada Bang Dika selama ini."
"Iya nak. Ibu paham perasaan mu. Kamu tenang saja. Ibu tidak akan mau di bodohi lagi sama Dika."
Perlahan, Arumi melepaskan tangan nya dari sang mertua. Bu Aminah pun menghampiri Dika yang masih berada di teras rumah tersebut.
"Dika, jika kamu masih belum sadar juga, hidup seperti ini memang cocok untuk mu. Ibu tidak memiliki tanggung jawab lagi atas diri mu. Selamat tinggal."
Dika melongo melihat kepergian sang Ibu. Ia mengira, jika Ibu nya akan membantu nya kali ini. Tapi ternyata, sang Ibu malah pergi meninggalkan nya...
mau ku getok 🔨
biar encer lgi tuh otak apa ya bikin esmosi aja
tp q rasa kek gitu juga krn bu aminah sllu membela kali jd kyk gtu juga 🤔
wis lah sakarep mu dik