Pernikahan yang awal bahagia harus goyah saat sang mantan istri dari suami Delia Ismawati kembali dari Hongkong. Mampukah Delia mempertahankan rumah tangganya dengan Husni sang suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khaula Azur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KETIKA MANTAN ISTRI KEMBALI
Bab 18
Cup..
Husni mengecup kening istrinya.
"Aku mencintaimu Delia Ismiati."
Delia dapat mendengar ungkapan perasaan dan kecupan dari suaminya, Namun. Delia masih sakit hati dengan suaminya.
Biasanya setiap sebelum suara adzan berkumandang, Delia selalu membangunkan Husni untuk bersiap-siap sholat berjamaah ke masjid. Namun tidak untuk kali ini, Husni membuka matanya saat mendengar suara orang mengaji di masjid, menandakan waktu sholat sebentar lagi, Husni tak mendapati sang istri di ranjangnya. Mungkin istrinya sudah bangun, dalam pikirannya, Husni bangun dan duduk mengumpulkan nyawanya terlebih dahulu. Suami dari Delia itu menginjakkan kakinya ke lantai, ia pun melangkah menuju ke kamar mandi dan menutup pintu kamar mandi yang terhubung dengan kamarnya.
Seusai memakai baju Koko berwarna biru dan sarung bermotif batik, tak lupa Husni memasang kopiah di kepalanya, sajadahnya ia sampirkan di bahunya. Husni bersiap-siap ke masjid, tepat di ruang tengah dekat dapur ia melihat sang istri sedang mengepel, seketika hatinya tercubit ternyata se repot itu istrinya dalam mengurus rumah tangganya, sampai-sampai subuh-subuh Delia sudah berkecibaku dengan alat rumah tangga. Terlintas di pikirannya ia akan mengambil art di sebuah yayasan lembaga penyalur art untuk meringankan beban istrinya, Namun sebelum itu ia akan membicarakannya terlebih dahulu dengan sang istri. Jika Delia setuju dengan rencananya Husni akan merealisasikan mengambil art di yayasan.
Mendengar suara pujian di masjid Husni buru-buru pergi ke masjid sebelum iqomah.
Delia tengah menyiapkan makanan untuk sarapan keluarganya, hanya nasi goreng dan ayam goreng sebagai menu sarapan mereka. Husni datang dan duduk di kursi kosong, ia melihat makanan sebagai sarapannya sudah tersedia diatas meja. Biasanya Delia akan mengatakan sesuatu saat dirinya datang untuk sarapan, namun kali ini pun tak lagi, Delia hanya diam saja sibuk menata piring dan gelas. Sikapnya begitu dingin tak ada sapaan, Husni menghela nafas beratnya, ia menyadari Delia masih marah dengannya, Husni akan berusaha sabar dan menunggu Delia bersikap seperti biasanya.
"Wah, Mia pasti seneng banget ini di masakin nasi goreng sama Mamanya." Husni memulai membuka suara.
Tak ada tanggapan dari sang istri yang sibuk menuangkan air putih ke dalam gelas beling transparan.
"Mia kok belum kesini, sayang? Biasanya dia yang duluan ketimbang aku." Husni tanyanya.
"Belum bangun." Jawab Delia singkat.
Husni hanya ber'O saja. Setelahnya ia bingung ingin mengatakan apa, ia baru ingat ingin membahas soal art untuk membantu mengurus rumah.
"Hmm.. Del, bagaimana kalau kita mengambil art untuk membantu meringankan tugas rumah ini?." Husni ragu-ragu namun tetap mengatakan.
"Kenapa tiba-tiba ingin mengambil art?." Delia balik tanya, tanpa menatap suaminya, Wajahnya nampak datar.
"Untuk meringankan pekerjaan di rumah ini, kamu pasti sangat repot dari subuh kamu sudah mengerjakan pekerjaan rumah, kalau kita ambil art, kan. Kamu gak terlalu repot. Aku gak mau kamu sampai sakit." Husni dengan menatap kearah Delia yang tak mau menatapnya.
"Terserah.." Delia ucapnya singkat, ia masih setia berdiri di dekat meja dengan meletakkan kedua tangannya diatas meja.
"Del, aku lagi minta pendapat kamu!." Husni dengan lembut.
"Mas, kalau kamu udah memutuskan sesuatu yaudah lakuin aja! Lagi pula aku sudah biasa mengerjakan pekerjaan rumah." Delia dengan sedikit ketus.
"Del, kamu masih marah sama aku. Aku sudah minta maaf sama kamu, kan!." Husni mulai tersulut.
"Udah deh, masih pagi jangan cari ribut, Mia sudah datang." Delia dengan dagu menunjuk kearah Mia yang sudah mengenakan seragam sekolah taman kanak-kanak mendekati meja makan.
"Pagi semua...?." Mia sapanya pada kedua orang tuanya.
Husni dan Delia menjawab sapaan gadis kecil berusia lima tahun, Delia dan Husni berusaha pura-pura baikan, seolah tak terjadi apa-apa di antara mereka berdua.
Mia dan kedua orang tuanya sarapan bersama, Mia nampak aneh dan heran sedari ia duduk sarapan kedua orang tuanya hanya diam saja.
"Mama dan ayah kok diam aja?." Tanya Mia.
"Tanya tuh sama Mama kamu kenapa dia diam saja?." Husni seolah berbalik tanya ke istrinya.
"Kenapa, Ma?."
"Mia, bilang sama ayah kamu, kalau selain minta maaf dia juga harus berusaha membujuk orang agar dia di maafkan." Delia dengan Mia sebagai perantara.
"Aku sudah membujuk kamu ya, tapi kamu.." ucapan Husni terpotong oleh Mia yang membuka mulutnya.
"Kalian berdua berantem? Hiks.." Mia yang tiba-tiba terisak. Sedari tadi ia memperhatikan orang tuanya yang berdebat. Sontak saja mereka tersadar Mia menyadari mereka sedang berantem.
"Enggak sayang, Mama dan ayah gak berantem." Jawab Husni dan Delia bersamaan.
"Mia gak suka kalian berantem, Mia gak mau kalian pisah." Mia yang sudah menangis tersedu-sedu.
"Sayang, maafin Mama dan ayah, ya. Kami gak berantem tuh' kan kita baik-baik aja." Delia dengan menggenggam tangan Husni.
"Iya, sayang. Mama dan ayah baik-baik aja kok, gak berantem. Udah ya, anak ayah udah cantik kok malah mewek sih? ntar jelek loh." Husni ejeknya sambil mengelap air mata di pipi putrinya.
Waktu jam istirahat Delia dan Elisa pergi ke sebuah cafe tempat favorit mereka, mereka duduk di kursi yang sudah di booking dan memesan makanan yang kini sudah tersedia diatas meja, ada seafood dan steak dengan di temani minuman jus alpukat favorit Delia dan jus lemon favorit Elisa. Delia dan Elisa menikmati hidangan mereka, sejenak mereka melupakan problem mereka.
"Kalian disini juga?." Tanya seseorang yang langsung menyita perhatian mereka berdua, Delia dan Elisa melirik kearah sumber suara yang ternyata seorang pria, yang mereka kenali yaitu Rahman Adi Saputra. Seorang pria yang pernah melamar Delia, namun Delia memilih Husni yang seorang duda anak dua.
"Iya, Kak Rahman.. kakak di sini juga?." Tanya balik dua sahabat itu yakni Delia dan Elisa.
"Iya tadi kebetulan ada meeting di Deket sini, jadi sekalian aja mampir, eh ketemu kalian." Rahman.
"Ayo duduk, kak! Gabung sama kita saja. Btw kakak mau makan apa biar aku pesankan?." Tanya Elisa.
Sementara Delia hanya diam saja.
"Baiklah, terima kasih aku makan kaya kalian aja."
Ucap Rahman sambil melirik kearah Delia yang diam saja.
Elisa memanggil waiters dan menyebut makanan pesanan untuk Rahman. Waiters itu pergi.
"Aduh perut gue kok tiba-tiba mules gini, ya?." Elisa dengan kedua tangannya memegang perutnya.
"Kalian ngobrol aja dulu ya, aku ke toilet sebentar." Elisa.
Sahabat Delia itu melenggang pergi menuju toilet meninggalkan Delia dan Rahman. Tangan seseorang yang memegang handphone tengah memotret mereka berdua.