NovelToon NovelToon
3 IMPIAN

3 IMPIAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Duda / Mengubah Takdir / Chicklit
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lel

Tiga gadis desa yang memiliki pemikiran sama, tidak mau menikah muda layaknya gadis desa pada umumnya. Mereka sepakat membuat rencana hidup untuk mengubah citra gadis desa yang hanya bisa masak, macak dan manak di usia muda, menjadi perempuan pintar, santun, dan mandiri.

Nayratih, dan Pratiwi terlahir dari keluarga berada, yang tak ingin anak mereka menikah muda. Kedua orang tua mereka sudah berencana menyekolahkan ke luar kota. Terlebih Nayratih dan Pratiwi dianugerahi otak encer, sehingga peluang untuk mewujudkan citra perempuan desa yang baru terbuka lebar.

Tapi tidak dengan, Mina, gadis manis ini tidak mendapat dukungan keluarga untuk sekolah lebih tinggi, cukup SMA saja, dan orang tuanya sudah menyiapkan calon suami untuk Mina.

Bagaimana perjuangan ketiga gadis itu mewujudkan rencana hidup yang mereka impikan? ikuti kisah mereka dalam novel ini.
Siapkan tisu maupun camilan.
Selamat membaca

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

JAKET BIANG KEROK

"Jaket ini?" tanya Reta saat Tiwi meletakkan sebuah jaket di kursi. Teman kelasnya itu tampak kaget. Bahkan menatap Tiwi dengan sinis.

"Kenapa kamu?" tanya Tiwi dengan mengerutkan dahi.

"Ini jaket siapa?"

"Jaket aku!" jawab Tiwi langsung, merasa aneh saja dengan pertanyaan Reta. Ya kali jaketnya minjem.

"Kok mirip? Eh bentar deh Wi, kamu hari Selasa kemarin ke mall X gak?"

"Enggak!"

"Yang bener?"

"Noh tanya Arjuna, aku hari selasa pulang kuliah ngapain."

Arjuna menoleh, merasa namanya disebut. Ia hanya menatap saja seolah bertanya, kenapa panggil aku?

Reta spontan menggeleng. Kembali ke Tiwi yang heran dengan gelagat Reta. "Yang punya jaket ini ada berapa?"

"Ya elah, Ta. Di shop* juga bejibun kali yang jual jaket ini. Kenapa sih?"

"Wi, beneran kamu hari selasa gak ke mall X pakai jaket ini?"

Tiwi spontan meletakkan ponsel di meja dengan keras, ia langsung berdiri dan menghampiri Arjuna.

"Jun, konferensi pers dong aku sama kamu hari selasa ngapain aja, noh Reta curiga sama aku!"

"Ngapain sih, penting?"

"Ya elah, Jun. Kamu tahu gak sih perasaan orang yang dicurigai itu gimana."

"Enggak, aku gak peduli dengan pikiran orang!"

"Astaghfirullah, punya teman sengklek semua!" ujar Tiwi kembali ke Reta lagi. Tak berhasil membujuk Arjuna untuk mengatakan kenyataan.

"Kamu mau nyogok Arjuna buat kasih jawaban yang sama?" Reta kembali memancing emosi Tiwi.

"Maksud kamu apaan sih, Ret?" Tiwi mulai terpancing, ia dari dulu kurang suka dengan Reta yang sok peduli sama teman, ternyata penampung informasi buat ghibah bareng gengnya.

"Enggak, aku gak nyangka saja. Kamu kan citranya cewek jutek, enggak mau pacaran. Pengen kuliah yang bener, tapi simpanan dosen!"

Tiwi melotot seketika, Siska melongo, anak lain pun langsung menatap Tiwi dan Reta. "Maksud kamu?"

"Wi?" panggil Rendra yang menguping obrolan mereka. Tiwi hanya memberi isyarat untuk diam..

"Maksud kamu apa sih, Ret. Gak ngerti sama sekali aku!"

Reta tersenyum sinis, kemudian memegang dagu Tiwi, "Gak usah pura-pura!"

Dih, Tiwi jengkel seketika. Tangan Reta langsung dihempas, "Kamu kalau ngomong yang jelas! Jangan bikin orang berpikiran buruk tentang aku yang aku sendiri gak pernah melakukan!"

"Masa'?" makin rese' saja Reta memancing emosi Tiwi.

"Ya ngapain aku bohong, Ret. Gak usah neko-neko sudah banyak yang naksir. Termasuk gebetan kamu yang selama ini kamu kejar ternyata naksirnya sama aku!"

"Sok polos!" ucap Reta langsung menghindar, kalah omongan dengan Tiwi. Ia kembali ke gerombolan temannya. Sedangkan Tiwi mengatur emosi.

"Dia maunya apa sih!" omel Tiwi masih melirik sinis ke arah Reta.

Kondisi sudah aman, miskomunikasi antara Tiwi dan Reta sudah mereda, tiba-tiba Ghani (ketua kelas) mengumumkan kalau Pak Dosen meliburkan mata kuliah kali ini. Sorak bergembira antar mahasiswa. Mereka mulai berhamburan keluar.

"Kalau gak kuliah, waktunya cari mangsa pak dosen dong ya! Semangat, Wi!" ucap Reta lantang sambil melambaikan tangan.

Tiwi langsung meletakkan tasnya, dan menghampiri Reta yang sudah berada di bibir pintu.

"Maksud kamu apaan? Gak usah jelekin nama orang apalagi itu teman kamu sendiri."

"Teman? Aku gak punya teman murahan kayak kamu."

"Murahan? Kamu ngomong yang bener dong!"

"Udah, udah Wi!" Siska melerai, kalau gak bisa saling jambak.

"Diam, Sis. Nih cewek perlu ditabok mulutnya biar gak gampang fitnah orang!"

"Fitnah! Eh aku ngelihat langsung!"

"Kalau lihat langsung kenapa gak kamu sapa? Biar clear. Selasa dari mulai sore sama malam aku sama Arjun ngerjain tugasdi cafe depan kampus. Gak ada jalan sama sekali ke mall."

"Buktinya Arjun gak speek up!" ujar Reta sambil melihat Arjun yang hanya bersidekap dan menetap pertengkaran dua cewek yang tak ada manfaatnya ini.

"Dia ngomong karena butuh gempa dulu baru ngomong. Aku gak suka ya kamua ngomong, ngejelekin aku tanpa bukti nyata."

"Tanpa bukti nyata? Eh, aku gak mungkin ya salah lihat!"

"Sangat bisa salah lihat, mungkin aja kamu minus."

"Eh!"

"Udah, Wi! Kamu ngapain sih cari validasi dari orang lain, yang penting kamu gak ngelakuin gak usah peduli omongan orang lain!" ucap Arjuna, pada akhirnya ia berdiri, menarik tangan Tiwi dan mengajaknya menjauhi Reta.

"Lepas!"

"Gak usah diladeni napa sih!"

"Tas aku!"

"Dibawain Siska!" Arjuna terus saja menggeret tangan Tiwi, padahal si gadis sedang menoleh ke belakang memastikan Siska membawa tas dan jaket biang kerok.

"Sinting emang!" ujar Tiwi kesal. Ia masih emosi mengingat omongan Reta, segelas es jeruk yang baru saja ia teguk tak berhasil mendinginkan emosinya. Arjuna dan Siska hanya menghela nafas berat.

"Kamu harusnya gak usah meladeni Reta juga, dia kan banyak omong."

"Ya tapi kamu juga tinggal bilang, iya Tiwi sama aku juga susah!"

"Kalian emang kencan?" tanya Siska, menatap Tiwi dan Arjuna bergiliran.

"Enggak!" jawab keduanya kompak.

"Kok?"

"Ngerjain makalahnya Pak Hudi, Sis!"

"Aah."

"Tapi aku penasaran sih yang dilihat Rita siapa, di kota ini yang jelas ada 3 orang yang memiliki jaket ini."

"Siapa?" tanya Siska dan Arjuna kompak. Tumben Arjuna kepo. Tiwi melirik Siska dan Arjuna kemudian ponselnya berdering. Panggilan telpon dari Nayratih.

"Halo?" jawab Tiwi.

"Longgar gak? Aku longgar nih, kalau iya aku jemput! Tunggu di parkiran jurusan."

"Oh beres, aku udah di kantin kok. Samping parkiran jurusan."

"Oke sip. 10 menit lagi aku sampai."

"Akan aku buktikan siapa yang menggunakan jaket ini selain aku!" ucap Tiwi dengan menggenggam ponselnya kuat.

"Dendam banget kayaknya!" gumam Arjuna.

"Ya iyalah dendam, dia ngatain aku simpanan dosen loh."

"Lagian dosen mana yang naksir kamu, Wi! Gak ada cantik-cantiknya juga!" ujar Arjuna bikin Tiwi dan Siska melongo. Baru kali ini Tiwi bertemu dengan cowok yang omongannya seperti cabe level mampus.

"Aku sumpahin kamu naksir banget sama aku!" ucap Tiwi kesal. Arjuna dan Siska tertawa ngakak. Mereka pun membiarkan Tiwi pergi menuju parkiran, dia dijemput seorang gadis menggunakan motor bea* putih. Mereka sempat berbincang serius.

"Pasti melapor tuh!" ujar Siska.

"Pastinya, malah dibumbui juga!" tebak Arjuna dan Siska tertawa mendengar prediksi cowok kalem di kelasnya ini.

"Ah, Jun! Nanti kalau Reta ngomel lagi, bantuin Tiwi dong! Kasihan tahu, semua tadi seperti masuk prasangka Reta. Jadi simpenan dosen itu menjijikkan sekali."

"Iya!"

"Kamu naksir Tiwi?" tanya Siska tiba-tiba. Arjuna hanya mengaduk es jeruk pelan, menghela nafas sebentar.

"Enggak! Sainganku banyak, malas banget harus berebut cewek."

Siska tertawa mencoba percaya saja, toh ekspresi Arjuna susah ditebak. "Iya sih, Tiwi juga males pacaran, jadi kalau nembak pasti ditolak. Kecuali nanti."

"Nanti apa?"

"Penasaran? Curiga gue kalau lo naksir dia!"

"Ck!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!