Reyhan tidak pernah menyangka bahwa hidupnya akan terperangkap oleh permainan yang di ciptakan boss tempat dirinya bekerja, berawal dari ia mengantarkan dokumen penting pada bossnya tersebut, namun berakhir dirinyaenjalani hubungan yang tidak masuk akal,, wanita itu bernama Sabrina tiba tiba meminta dirinya untuk menjadi kekasih wanita itu
sementara itu Sabrina tidak punya jalan lain untuk menyelamatkan harta peninggalan ibunya, terpaksa ia melakukan cara licik untuk membuat Reyhan mau menerima permintaanya.
tanpa Sabrina sadari ternyata Reyhan adalah pria berbahaya dengan begitu banyak pesona, pria itu mengajak Sabrina ke banyak hal yang tidak pernah sabrina lakukan, Sabrina tenggelam dalam gelora panas yang Reyhan berikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon umnai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 18
Reyhan duduk di tepi jendela, matanya menatap ke arah langit malam yang dipenuhi bintang. Tangannya yang kasar dari bekerja keras terkulai di samping tubuhnya, sedangkan pikirannya melayang jauh memikirkan masa depan adik-adiknya. Diana mendekat, langkahnya pelan namun penuh kekhawatiran.
"Tidak apa, Kak, jika Diana tidak kuliah," ucap Diana dengan suara lembut, mencoba mengurangi beban di bahu kakaknya. "Lagipula, ada toko roti yang ingin Diana kembangkan."
Reyhan menoleh, matanya yang semula dingin kini menunjukkan sedikit kehangatan. "Tidak, sayang. Kau harus kuliah," jawabnya tegas, suaranya mengandung kekuatan yang tak tergoyahkan. "Kakak akan memikirkan apapun caranya. Kau tak perlu khawatir."
Kerutan di dahi Diana semakin dalam. "Aku tak suka pada ibu. Bella kan saudara tiri kita, mengapa kakak yang harus menanggung biaya kuliahnya?" Diana tak bisa menyembunyikan rasa kesalnya.
Reyhan menghela napas panjang, memahami kekecewaan yang dirasakan Diana. "Kita adalah satu keluarga, Diana," jawabnya, mencoba menenangkan. "Kakak berjanji, akan ada jalan. Semua akan baik-baik saja."
"Lagipula selama ini ibu, yang dengan setia merawat ayah selama sakit hingga saat ini, tak apa, ini sebagai ungkapan terimakasih kakak pada ibu" ucap Reyhan dengan senyum.
"Ih Diana kesal, gaji kakak banyak namun semua habis karna ibu selalu meminta uang pada kakak, padahal masih ada uang dari toko toko dan ladang yang kita miliki"
"Sstt uang kakak masih banyak, jangan khawatirkan itu, ibu juga minta uang pada kakak jika ada hal yang mendadak Diana, jangan kesal seperti itu lagi, ibu juga yang sudah merawatmu"
Mereka berdua kembali terdiam, menatap keluar jendela, mencari ketenangan di balik gemerlap bintang yang tersebar di langit malam.
"Tidurlah ini sudah malam" ucap Reyhan, Diana mengangguk dan berpamitan untuk kembali ke kamarnya.
Reyhan menghela nafas gusar, tiba tiba ia memikirkan masa depanya, harusnya dengan gaji yang saat ini ia miliki, ia sudah bisa membeli rumah, dan barang barang mewah lainya. Anda kekecewaan di dalamnya, namun Reyhan tak mampu untuk mengeluh, semua itu sudah takdirnya menjadi tulang punggung keluarga.
Setelah merenung cukup lama, Reyhan kembali ke kamar, ia merebahkan dirinya ke ranjang, saat ingin memejamkan mata, tiba tiba ia teringat dengan Sabrina dan ingin menhubungin wanita galak itu.
Reyhan menatap layar ponselnya yang menyala, Tidak lama, wajah Sabrina yang cantik muncul, tersenyum lembut ke arahnya, seakan mereka adalah sepasang kekasih sungguhan yang terpisah oleh jarak.
"Halo, Sabrina. Bagaimana harimu?" tanya Reyhan dengan suara lembut.
Sabrina, yang terkejut namun senang karna Reyhan menghubunginya dahulu, membalas,
"Halo, Reyhan. Hari ini cukup padat, tapi aku baik-baik saja. Kau bagaimana?" Reyhan tersenyum, merasa lega mendengar suara Sabrina yang manis itu.
Dengan Diana gembira, Reyhan memulai gombalan ringan,.
"Aku baik baik saja. Aku hanya ingin mendengar suaramu sebelum tidur, seperti obat penenang yang sempurna." Wajah Sabrina memerah, tersipu malu namun terlihat jelas senang dengan kata-kata Reyhan.
"Belum tidur hemm?" Tanya Reyhan.
"Belum, masih banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan" jawab Sabrina terselip Diana keluhan di dalamnya.
"Jangan terlalu keras, lanjutkan besok saja" ucap Reyhan.
"Apa semua baik baik saja?, saudara tirimu tak melakukan hal buruk terhadapmu kan?" Tanya Reyhan.
Sabrina menggeleng merasa hangat mendapat perhatian dari Reyhan.
"Ada daddy dirumah, tentu saja mereka sedang memakai topeng" jawab Sabrina.
"syukurlah, jika begitu, paling tidak kau saat ini aman" ucap Reyhan.
Percakapan mereka berlanjut dengan ringan dan penuh tawa, karna hubungan mereka semakin hari semakin akrab dan dekat.
Reyhan, yang semula diliputi kegelisahan tentang masalah keluarganya, kini merasa moodnya kembali naik. Dia merindukan kehangatan Sabrina, ingin sekali memeluk dan mencium wanita itu seperti kemarin saat Sabrina tinggal sementara di apartementnya.
Sambungan telepon terputus, namun senyum Reyhan belum juga hilang, ia merasa senang menggoda Sabrina dengan ucapan ucapan manis yang ia berikan pada wanita galak itu.
"Kucing galak itu sangat manis saat sudah jinak" gunam Reyhan membayangkan wajah Sabrina.
***
Reyhan menghampiri Diana di kamar.
"Ada apa kak?" Tanya Diana.
"Diana bereskan baju bajumu sekarang, besok kamu ikut kakak" jawab Reyhan membuat Diana bingung.
"Kemana kak?" Tanya Diana
"Tinggal bersama kakak, kamu akan kuliah disana, kakak baru ingat bahwa perusahaan kakak memberikan beasiswa gratis bagi karyawan yang bekerja disana" ucap Reyhan dengan senyum mengembangnya.
"Dan kamu tahu, kemarin kakak mengirim semua berkas berkas nilai kamu, dan kamu masuk kriteria penerima beasiswa itu" lanjut Reyhan tanpa meneghilangkan senyumnya.
"Benarkah?" Tanya Diana dengan mata berbinar bahagia.
"Tentu saja, untuk apa kakak berbohong, sekarang kemasi apa saja yang ingin kau bawa, kita berangkat besok" ucap Reyhan mengusap kepala adiknya dengan sayang.
"Kakak akan berbicara pada ayah ibu"
Reyhan berlalu pergi untuk segera membicarakan hal tersebut pada keluarganya.
Ruang tamu keluarga itu dipenuhi oleh hawa tegang. Reyhan berdiri di depan semua anggota keluarganya setelah memgatakan mkasud tujuan mengumpulakan seluruh anggota keluarganya.
"Ayah, ibu, aku ingin membawa Diana bersamaku, dia akan tinggal denganku dan melanjutkan kuliahnya di sana," ucapnya dengan Diana yang tegas namun berusaha menenangkan.
Diana, sejak tadi mengembangkan senyum, matanya berbinar mendengar usulan kakaknya itu. Dia langsung berdiri di samping Reyhan, mendukung penuh.
"Aku setuju, Kak. Aku ingin peluang lebih baik untuk pendidikanku," sahutnya dengan penuh semangat.
Namun, tidak semua orang di ruangan itu merasa gembira. Bella, saudara tiri mereka, meremas tangan di pangkuannya, bibirnya mengerucut, mata menyipit tidak percaya.
"Kenapa Diana? Kenapa tidak aku? Bukankah aku juga berhak mendapatkan pendidikan yang sama?" tanyanya dengan suara yang meninggi, penuh kecemburuan.
"Bell, bukankah kau juga akan kuliah, aku sudah bersedia menjamin kuliahmu, sedang Diana ikut bersamaku untuk mengikuti progam beasiswa yang ada di perusahaan tempatku berkerja" ucap Reyhan.
Ibu tiri mereka, yang selama ini duduk di kursi dengan sikap tenang, kini mulai angkat bicara dengan Diana kecewa.
"Reyhan, ini tidak adil. Kamu tidak bisa memilih Diana saja, Bella juga adikmu Apa yang membuat Diana lebih berhak?" tegasnya, wajahnya memerah, tanda jelas dari rasa tidak setuju yang mendalam.
Reyhan menghela nafas, berusaha mengumpulkan kata-kata yang tepat.
"Ini bukan tentang hak, ini tentang memberikan kesempatan. Aku yang akan membiayai pendidikan Bella, jadi tidak ada yang berubah untuknya. Aku hanya ingin memberikan Diana kesempatan yang sama untuk berkembang," jelasnya, matanya menatap satu per satu wajah keluarganya, mencari pengertian.
"Jika tidak seperti ini, aku tidak sanggup menguliahkan mereka, terlebih jurusan yang mereka ambil sangat membutuhkan biaya yang tak sedikit" lanjut Reyhan.
"tapi mengapa bukan Bella yang kau ajak?" Tanya Sonia.
"Bu, kouta beasiswa hanya sedikit, aku hanya mendaftarkan Diana saja karna nilai nilai Diana yang masuk kriteria penerima beasiswa tersebut" jaaab Reyhan.
Perdebatan semakin panas, suara meninggi dan argumen bertukar. Namun di tengah kegaduhan, Reyhan tetap pada pendiriannya, bertekad membawa Diana untuk memberikan masa depan yang lebih cerah.
"Ayah serahkan semua padamu Reyhan, ayah sudah tak mampu bekerja dan membiayai kebutuhan adik adikmu, ayah percaya kau mampu mengurus semuanya" ucap Hendra.