Sasa, seorang gadis SMA yang tertekan oleh ambisi ayahnya untuknya menjadi dokter, mendapati pelarian dalam persahabatan dengan Algar. Namun, persahabatan mereka berakhir tragis ketika Sasa menyerahkan keperawanannya kepada Algar, yang kemudian menghilang tanpa jejak. Terjebak antara tekanan ayahnya dan rasa kehilangan yang mendalam, Sasa harus mencari cara untuk mengatasi kedua beban tersebut dan menemukan jalan menuju kebahagiaan dan jati dirinya di tengah kesulitan.
Butuh support guys, biar author makin semangat upload-nya
Jangan lupa
* LIKE
* KOMENT
* VOTE
* HADIAH
* FAVORIT
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melita_emerald, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18 (Kolam Renang)
Algar perlahan berenang mendekati Sasa yang tengah bersandar di pinggir kolam. Air yang tenang memecah lembut di setiap gerakannya, membawa dirinya lebih dekat ke gadis itu. Sasa, yang sebelumnya sibuk menatap air dengan tatapan kosong, kini menyadari keberadaan Algar yang semakin mendekat.
Ia mencoba terlihat santai, namun ada sesuatu dalam tatapan Algar yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Intensitas di mata pria itu, seperti mengunci perhatian Sasa, membuatnya tak mampu berpaling. Sasa merapikan rambutnya yang sedikit basah, mencoba mengalihkan rasa gugup yang mulai merayap.
Algar gak mengalihkan pandangan nya sama sekali, bagaimana tidak tubuh sahabatnya itu sangat lah indah, dengan rambut diatas bahu, kulit bersih dan berkilau. Dia tahu seharusnya tidak melakukannya, tapi matanya seperti tak bisa berpaling. Tubuh Sasa di depan matanya tampak begitu sempurna—rambut sebahu yang masih basah membuatnya terlihat semakin menawan, sementara kulitnya yang bersih dan berkilau memantulkan cahaya redup di sekitar kolam.
Ia menelan ludah, berusaha menenangkan dirinya. Tapi pikiran-pikirannya berlarian liar, seolah tak ada kendali. Ini bukan pertama kalinya ia memperhatikan Sasa, tapi kali ini semuanya terasa begitu jelas. Setiap detail, setiap lekuk tubuhnya, semuanya seperti terpahat sempurna di depan mata. Hembusan angin lembut yang menyentuh kulit mereka hanya menambah intensitas momen ini.
Algar menarik napas dalam-dalam, mencoba membuang pikiran yang tak seharusnya ia miliki. Tapi semakin ia berusaha, semakin sulit baginya untuk melawan. Ada sesuatu pada Sasa yang selalu membuatnya terpikat, dan kali ini, ia merasa sudah tak punya kekuatan untuk berpura-pura.
Ditambah lagi, dada yang tambak begitu indah dan besar, membuat algar tak bisa menahan lagi, berkali-kali Sasa dan algar bersama bahkan bermain di kolam renang seperti ini, selama ini algar, masih menjaga batasan nya ia tak ingin membuat sahabat nya itu kecewa tapi kali ini algar benar-benar sudah tak terkendali lagi.
Ia mulai berpindah yang tadi di samping Sasa saat ini ia berada di depan Sasa, Sasa hanya terdiam, ia seperti tidak menolak apa pun yang akan di lakukan algar kepada nya.
"Sa...a" panggil algar dengan suara serak, Sasa tak menjawab ia hanya terdiam, lalu melirik algar. Yang sedari tadi sudah menetap nya, Sasa yang tak kuasa di pandang seperti itu membuat jantung berdetak kencang dan tampa sadar menggigit bibir bawahnya dan membuat algar semakin bergairah.
Tampa basa-basi algar, mengecup bibir Sasa,lidahnya menggeliat di dalam mulut sasa. Bibir hangat itu memagut dengan lembut. Semesta Sasa hanya diam membeku, membicarakan algar melakukan apapun yang dia mau. Algar terus dan terus menciumnya, Semetara tangan yang lain semakin merapatkan pinggangnya mendekat hingga dada mereka saling bersentuhan.
Kesuir angin, suara burung dan suara air yang ada di kolam, dan langit yang Indah menjadi saksi apa yang tela mereka lakukan saat ini, entah mengapa Sasa tak dapat menolak semua ini, seakan-akan Sasa juga menginginkan semua nya terjadi.
Algar melepaskan ciumannya. Lelaki itu menatap mata Sasa yang indah.semua yang ada di dalam diri sasa ini begitu indah, menantangnya untuk menjadikan miliknya seutuhnya. Tanpa dibagi dengan laki-laki lain. Hanya untuk dirinya.
Dada Sasa naik turun akibat ciuman panas tadi. Jantungnya berdetak sangat cepat. Selama ini dia tidak pernah berciuman dengan siapa pun, karena laki-laki yang dekat dengannya hanya lah algar saja. Selama ini algar pernah mencium nya tapi hanya, kecupan ringan dan tampa melakukan yang lainnya.
Algar terus menatap Sasa tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun. Ada sesuatu di matanya, campuran antara keberanian dan rasa ragu, seolah-olah sedang bertarung dengan dirinya sendiri. Sasa, yang awalnya mencoba menghindari tatapan itu, kini ikut terperangkap dalam pandangan intens sahabatnya. Mereka berdua pun terdiam, hanya suara gemericik air kolam yang menemani keheningan di antara mereka.
Waktu seakan melambat, udara di sekitar mereka terasa lebih hangat meski bayangan matahari mulai tertutup awan. Sasa yang bersandar di pinggir kolam dapat merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, seiring dengan tatapan tajam Algar yang tak juga beranjak.
Mereka terus bertatapan, mata Sasa mulai dipenuhi keraguan, sementara mata Algar menyiratkan sesuatu yang sulit diartikan—mungkin keberanian yang selama ini ia sembunyikan. Perlahan, jarak di antara mereka bukan lagi dekat tapi kedua badanya sudah menempel, seolah dunia di sekitar mereka lenyap begitu saja.
“Kenapa lo... ngeliatin aku kayak gitu?” suara Sasa akhirnya memecah keheningan, kecil dan nyaris bergetar. Namun, ia tidak memalingkan wajahnya.
Algar hanya tersenyum tipis, sedikit canggung, tetapi tidak menurunkan intensitas tatapannya. “gue nggak tahu, Sa,” jawabnya pelan. “gue cuma ngerasa... kali ini gue nggak pengen pura-pura nggak ngerasain apa-apa.”
Kata-kata itu membuat Sasa terdiam lagi. Sesuatu di dadanya terasa meledak, antara rasa bingung, gugup, dan hal yang sulit ia jelaskan. Namun, yang jelas, ia tidak berusaha menjauh. Sebaliknya, ia tetap di tempatnya, meski napasnya mulai terasa berat.
Di saat Keheningan kembali menyelimuti mereka, tapi kali ini penuh dengan arti yang berbeda. Algar mengecup pundak Sasa, membelai rambut dan terus mencium seluruh bagi dada Sasa, Sasa yang merasa geli, membuat badannya bergetar.
Algar sebenarnya ingin mengendalikan diri agar tidak melakukan lebih jauh tapi apalah daya Hasrat sangat tak dapat tertahan kan lagi. Algar yang ingin sibuk dengan aktivasi nya itu, tiba-tiba terdengar suara pesan masuk, algar beralih membawa telpon nya yang melihat isi pesannya yang teryata itu dari Andin, Andin mengatakan mereka mungkin akan sampai malam disana karena mereka ingin menikmati senja disana ia juga mengatakan untuk menjaga Sasa, dan algar hanya membalas "ok" lalu ia menaruh kembali handphone miliknya, dan fokus pada Sasa lagi
"Siapa.... Al" jawab Sasa yang melihat algar membuka handphone nya
"Andin, kata nya mereka akan pulang sedikit larut" ucap nya santai sembari menaruh handphone nya lagi
Sasa mengangguk, lalu mulai keluar dari dalam air, memakai handuknya. Lalu melangkah cepat memasuki vila, tubuhnya masih basah dan jejak air menghiasi lantai kayu yang licin. Wajahnya memerah, bukan hanya karena dinginnya angin yang menerpa, tapi juga karena perasaan aneh yang tiba-tiba muncul saat algar mencium dan memeluknya.