Mutia Muthii seorang ibu rumah tangga yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Zulfikar Nizar selama 12 tahun dan mereka sudah dikaruniai 2 orang anak yang cantik. Zulfikar adalah doa Mutia untuk kelak menjadi pasangan hidupnya namun badai menerpa rumah tangga mereka di mana Zulfikar ketahuan selingkuh dengan seorang janda bernama Lestari Myra. Mutia menggugat cerai Zulfikar dan ia menyesal karena sudah menyebut nama Zulfikar dalam doanya. Saat itulah ia bertemu dengan seorang pemuda berusia 26 tahun bernama Dito Mahesa Suradji yang mengatakan ingin melamarnya. Bagaimanakah akhir kisah Mutia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi Dari Rumah
Zulfikar membuka pintu rumah dan ia sangat terkejut saat melihat sosok Mutia berdiri di depan sana dengan mata merah dan menahan air mata, ekspresinya sudah pasti menahan amarah yang siap untuk meledak saat ini.
"KAMU BOHONG! RUMAH SIAPA INI?!" pekik Mutia keras.
"Jangan keras-keras nanti tetangga dengar," ujar Zulfikar.
"BIAR SAJA SEMUA DENGAR! APA-APAAN MAKSUDNYA INI? SIAPA YANG TINGGAL DI SINI?!"
"Mutia tolong jangan bikin keributan!"
"KAMU SELINGKUH, MAS?! KAMU TEGA MENGHIANATIKU?! AKU SUDAH SETIA SAMA KAMU SELAMA 12 TAHUN! APAKAH SEMUA YANG AKU LAKUKAN SELAMA INI GAK PERNAH TERNILAI DI MATA KAMU SAMPAI-SAMPAI KAMU TEGA MELAKUKAN INI SAMA AKU?!"
Suara Mutia yang menggelegar membuat tetangga keluar rumah dan menatap ke arah mereka, tentu saja hal itu membuat Zulfikar panik dan merasa tidak enak serta malu. Ia menarik Mutia untuk masuk ke dalam rumah dan mereka bisa bicarakan itu dengan baik-baik. Di dalam rumah nampak Lestari yang sudah menyiapkan makanan untuk Zulfikar. Lestari sama sekali tidak terkejut melihat Mutia datang, ia nampak santai seolah tak terjadi apa pun.
"Mas, ayo makan. Aku sudah siapkan makanan untuk kamu."
"Jadi dia wanita itu? Wanita simpanan kamu yang sudah membuat kamu berpaling dariku?!"
"Mutia, tolong hentikan!"
"Hentikan bagaimana?! Kamu yang memulai semua ini, Mas! Bagaimana bisa kamu tega!"
"Mbak tolong jangan bikin drama di rumah orang," tegas Lestari.
Mutia menatap Lestari dengan tatapan tajam, ia tak menyangka akan bertemu dengan pelakor tidak tahu diri seperti Lestari ini. Ia berjalan maju untuk memberi pelajaran pada Lestari namun tangannya ditarik oleh Zulfikar.
"Lepasin! Aku mau memberikan pelajaran sama dia!"
"Jangan bikin onar di rumah orang, Mutia!"
"Mas, kamu membela dia?! Aku ini istri kamu!"
"Aku sudah nggak mencintai kamu, baguslah kalau sekarang kamu sudah tahu yang sebenarnya, aku nggak perlu sembunyi-sembunyi lagi," tegas Zulfikar membuat Mutia terkejut.
****
Zulfikar mengatakan ia akan segera mengurus perceraian dengan Mutia dan ia tidak akan memperebutkan hak asuh anak-anak. Anak-anak bisa tinggal dengan Mutia, dunia Mutia serasa runtuh saat ini juga, ia sama sekali tidak menyangka rumah tangga yang sudah berusia 12 tahun ini akhirnya usai sudah. Mutia menangis melampiskan semua kepedihan dan kesedihan yang ia rasakan namun tentu saja ia berjanji bahwa setelah ia menangis dan merasakan kesakitan ini maka ia akan bangkit, ia akan buktikan bahwa ia bisa hidup tanpa Zulfikar.
"Baiklah kalau memang itu yang kamu mau, aku gak akan menghalangi."
Mutia berbalik badan dan pergi dari rumah Lestari dengan hati yang hancur, bayang-bayang rumah tangga bahagia selama ini musnah sudah. Ia tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan. Mutia hanya bisa menangis sepanjang jalan, ia tak menyangka kalau semua akan berakhir dengan cara yang seperti ini. Sampai di rumah, ia langsung mengemasi semua pakaiannya dan pakaian anak-anak. Ia tak mau tinggal di rumah ini dan berniat untuk mencari rumah kontrakan untuk hidup bersama kedua anaknya.
"Bunda, kenapa ada tas di sini? Kita mau ke mana?" tanya Sephia.
"Kita akan pergi," jawab Mutia tegas.
"Pergi ke mana?" tanya Sania.
"Pokoknya kita akan pergi dari rumah ini," jawab Mutia.
****
Mutia membawa kedua anaknya ke rumah kontrakan yang ada di pinggir kota, nampak kedua anaknya heran kenapa harus tinggal di rumah kontrakan seperti ini. Mutia nampak sabar menjelaskan bahwa ia dan Zulfikar sudah berpisah dan tak bisa tinggal di rumah itu lagi.
"Kenapa ayah dan bunda pisah?"
"Iya, kenapa?"
Mutia terdiam, ia tak tahu jawaban apa yang harus ia berikan pada kedua anaknya saat ini. Mutia hanya bisa diam dan kemudian mengatakan bahwa suatu hari nanti saat kedua anaknya sudah dewasa maka kelak mereka pasti akan paham. Mutia segera mengambil wudhu dan membentangkan sajadah setelah mengenakan mukenanya, ia melaksanakan salat dan kemudian berdoa pada Tuhan.
"Ya Allah, hamba tahu bahwa engkau sedang menguji hamba, tolong kuatkan hamba untuk dapat menghadapi semua cobaan ini."
Mutia terisak dalam doanya, ia berharap diberikan kekuatan dan kemudahan dalam menghadapi cobaan yang diberikan padanya. Setelah berdoa dan berkeluh kesah kepada sang pencipta, Mutia merasa jauh lebih lega. Ia dapat berpikir lagi setelah sebelumnya ia terasa buntu dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Mutia tentu saja tidak bisa berpangku tangan saja, ia harus mulai memikirkan apa yang dapat ia lakukan demi membuat ia dan kedua anaknya bisa tetap hidup.
****
Mutia memberanikan diri datang ke rumah orang tuanya dan di sana ia disambut oleh Ahmad dan Leha, kedua orang tuanya. Ahmad bertanya ada masalah apa dengan Mutia dan Mutia yang awalnya agak ragu pun mau secara terus terang berkata pada kedua orang tuanya bahwa ia dan Zulfikar akan berpisah dan ia mau datang ke sini meminjam uang untuk modal usaha. Ahmad dan Leha nampak terkejut mendengar apa yang Mutia katakan soal perpisahan ini.
"Kalau boleh Ayah tahu kenapa kamu mau bercerai dengan suami kamu?"
"Semua masalah bisa dibicarakan, jangan langsung cerai saja," ujar Leha menimpali.
"Sudah nggak ada hal yang bisa dibicarakan dan untuk apa dipertahankan kalau itu akan membuatku sakit dan menderita. Suamiku selingkuh dan dia sudah menjatuhkan talak untukku, untuk apa aku harus mengemis padanya yang sudah memilih wanita lain?" tegas Mutia.
Sontak jawaban Mutia barusan membuat Ahmad dan Leha terdiam tak menyangka, mereka kemudian memeluk Mutia dan menenangkan Mutia mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Mutia adalah langkah yang sudah tepat.
"Maafkan kami barusan, Nak. Kami benar-benar nggak tahu apa yang terjadi," gumam Leha.
Mutia menggelengkan kepalanya, ia meminta pada kedua orang tuanya untuk jangan menyalahkan diri sendiri.
"Nggak, Ayah dan Ibu jangan menyalahkan diri sendiri. Aku baik-baik saja."
****
Zulfikar tiba di rumah dan tidak menemukan Mutia dan anak-anak, ia mencari mereka ke semua penjuru rumah dan ketika ia membuka lemari nampak semua pakaian dan koper Mutia sudah lenyap. Zulfikar tahu bahwa saat ini artinya Mutia dan anak-anak sudah pergi dari rumah ini.
"Jadi mereka sudah pergi."
Zulfikar meraih foto pernikahannya dengan Mutia dan kemudian menatap foto keluarga bersama kedua anaknya. Zulfikar merasa sedih dengan semua yang terjadi saat ini namun tentu saja semua sudah terjadi dan memang sepertinya harus seperti ini akhir dari rumah tangganya dengan Mutia yang sudah berlangsung selama 12 tahun.
"Selamat jalan Mutia, semoga kamu akan mendapatkan kebahagiaan di luar sana dan semoga kamu kelak bisa memaafkan aku."