Yuda Laksana adalah seorang anak yang ditemukan oleh Eyang Braja Sedeng didalam sebuah hutan yang angker.
kedua orang tuanya mati terbunuh oleh sekumpulan perampok yang menyerang desa mereka.
Dengan gemblengan ilmu silat dan pukulan sakti menjadikan Yuda Laksana tumbuh menjadi pemuda yang sakti mandraguna dan diwariskan senjata maha dahsyat pedang Naga Bumi dan diberikan nama baru Yuda Edan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Call Me Dick, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Janji Yang Terkoyakkan
Eyang Jimbaran menatap orang tersebut dan ada perasaan aneh didalam hatinya saat melihat orang tersebut tapi tidak tahu kenapa! Sambil membantu lelaki tersebut berdiri, berkatalah eyang, "siapa dan darimana kisanak ini berasal?"tanya Eyang Jimbaran. "Nama saya Prakoso eyang, saya seorang yatim piatu dan kedua orang tua saya mati terbunuh saat saya masih kecil oleh perampok lalu sejak saat itu saya diasuh oleh kakek saya di desa telaga wangi. Tahun lalu kakek saya sudah meninggal akibat sakit keras yang beberapa tahun ini menggerogotinya. Saya sudah tidak punya sanak keluarga lagi eyang. Saya terluka saat saya pulang menjual harta benda saya yang terakhir dan dirampok oleh tiga rampok ganas dalam hutan karena saya pikir lewat hutan saya bisa cepat sampai di desa tetapi ternyata saya salah perhitungan. Saya ingin lebih kuat eyang, saya ingin belajar ilmu Kanuragan agar kelak tidak ada orang lagi yang bisa melecehkan saya. Tolong saya eyang, terimalah saya menjadi muridmu"ucap Prakoso sambil berlutut kembali lalu eyang dengan segera membangunkannya serta berkata,"kalau sudah seperti itu keputusanmu dan tekadmu kamu boleh belajar disini nanti kakak kamu ini yang akan membimbingmu"ucap eyang Jimbaran sambil berpaling kepada Mayang.
Berkatalah Mayang, "Kalau sudah seperti itu keputusan eyang, baiklah Mayang bersedia"ucapnya.
"Terima kasih guru....terima kasih kakak....."ucap Prakoso dan terlihat kilatan aneh dimata Prakoso yang tidak diperhatikan mereka.
*****
Sepuluh bulan berlalu saat Prakoso resmi jadi murid di padepokan Eyang Jimbaran.
Pagi itu sepasang muda-mudi sedang berlatih bersama memainkan jurus-jurus tingkat tinggi. "Prakoso peragakan jurus 'Rajawali memecah rembulan'"perintah mayang. "Baiklah kak Mayang"ujar Prakoso.
Prakoso mulai memainkan jurus tersebut dengan disertai tenaga dalam tingkat tinggi. Jurus demi jurus dimainkan Prakoso dengan sangat sempurna sehingga gerakannya sangat indah dan semakin lama semakin cepat sehingga seperti bayang-bayang rajawali yang berkelebat cepat untuk memecahkan rembulan.
Tidak ada yang salah dalam setiap gerakannya, semuanya dilakukan Prakoso dengan kecepatan tinggi.
Mayang memberi aba- aba kembali,"Prakoso pukul pohon disebelah sana dengan pukulan 'Segara Geni'"perintah Mayang.
Prakoso yang masih memainkan jurus Rajawali memecah rembulan lalu melesat ke udara, dari kedua tangannya membersit sinar kemerahan dan memaparkan hawa panas lalu dengan teriakan lantang dia memukulkan kedua tangannya kearah pohon yang dimaksud.
Pohon yang terkena ilmu tersebut hancur lebur dan pecahannya berwarna kehitaman.
Mayang berteriak gembira saking senangnya. "Kakang Prakoso kamu telah berhasil menguasai jurus pukulan tersebut"teriak Mayang sangat gembira.
Tanpa mereka ketahui seseorang memperhatikan latihan mereka dari kejauhan. Eyang Jimbaran bergumam,"siapa orang ini sebenarnya? Pukulan penghancur karang dikuasainya dengan sangat mudah...Bayu menguasai ilmu tersebut dalam tiga tahun tapi pemuda ini....hanya membutuhkan waktu sepuluh bulan sudah bisa menguasai jurus andalan perguruan ini dan sepertinya hubungan mereka tidak lagi seperti kakak dan adik perguruan tapi lebih kearah sepasang kekasih"gumam sang eyang.
"Kakang Prakoso, kau hebat sekali hanya butuh waktu sepuluh bulan sudah bisa menguasai pukulan tersebut"ucap Mayangsari.
Tanpa rasa malu Mayang berlari memeluk Prakoso.
"Adik Mayang semuanya itu berkat arahanmu yang luar biasa"ucap Prakoso lalu membalas pelukan Mayang dengan usapan dirambutnya yang panjang.
"Mayang aku mencintaimu...."desis Prakoso lirih.
Mayang tidak menjawab hanya menenggelamkan kepalanya didada Prakoso yang kekar.
Tiba-tiba ada suara deheman dibelakang mereka.
Dengan perasaan kaget mayang melepas pelukannya dan diwajahnya tersipu malu, Mayang menundukkan wajahnya tidak berani menatap wajah sang guru.
"Eyang Jimbaran...."seru mereka bersamaan lalu mereka memberi hormat.
"Mayang ada yang guru mau sampaikan kepadamu setelah membersihkan badanmu temui eyang dipadepokan"ucap eyang Jimbaran.
Masih tertunduk malu, Mayang berkata,"baik eyang"ucapnya lalu Eyang Jimbaran berlalu ditempat itu.
***
Sepasang mata memperhatikan dengan sorotan yang membara seorang gadis berkulit putih bersih, berwajah cantik dan bertubuh padat berisi sedang asyik membersihkan diri dibawah air terjun yang terlindungi batu besar.
Sosok tersebut memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan sang gadis molek tersebut.
Gadis tersebut tidak menyadari ada seseorang yang memperhatikan aktivitasnya dengan nafas yang memburu.
Sang gadis melepaskan semua pakaian yang melekat ditubuhnya sehingga tampaklah tubuh gadis tersebut tidak tertutup lagi sehelai benangpun, dada yang membusung kencang, aurat yang terlihat sangat indah menambah gedoran didada orang tersebut. Tanpa takut dia keluar dari tempat persembunyiannya dan memeluk gadis itu dari belakang.
Sontak sang gadis kaget dan terkejut dan berusaha menutupi aurat dan dadanya yang terbuka dengan kedua tangannya.
Bisikan lirih terdengar dari belakang gadis itu...."aku Prakoso....Mayang"ucap Prakoso dengan nafas memburu.
"A...a...apa yang kau lakukan disini Prakoso?kenapa kau mengintipku saat aku mandi?"ujar mayang dengan wajah yang memerah malu.
"Maafkan aku Mayang, aku tidak kuasa menahan hasrat ini saat melihatmu, engkau tahu Mayang sejak pertama kali kita berjumpa aku sudah jatuh hati kepadamu, aku yakin kaupun memiliki perasaan yang sama bukan?"ucap Prakoso dengan nafas yang semakin memburu.
"Kakang pergilah aku tidak mau seorangpun melihat kita berduaan seperti ini"ucap mayang sambil kedua tangannya menutupi auratnya yang tersingkap.
"Kamu tenang saja Mayang tidak ada orang lain disini kecuali kita berdua"ujar Prakoso. Prakoso semakin berani dari memeluk sekarang Prakoso mulai meraba sepasang bukit kembarnya yang kencang dari belakang. "Jangan kakang.....jangan lakukan ini....."ucap mayang dan sekalipun Mayang mengatakan hal ini tapi dia tidak kuasa menepis tangan Prakoso yang semakin berani meraba dan meremas kedua bukit kembarnya.
Hingga akhirnya pertahanan Mayang pun bobol dia mulai mendesah menikmati sentuhan tangan lelaki tersebut pada kedua dadanya.
Prakoso membalikkan badan Mayang dan menurunkan tangannya sehingga tubuh yang polos dan sangat indah terpampang di hadapan Prakoso.
"Tubuhmu bagus sekali Mayang"desis Prakoso.
"Kakang tolong jangan lakukan hal ini...."ucap mayang lirih sambil memejamkan matanya.
Prakoso yang melihat Mayang sudah pasrah tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut lalu dia rengkuh tubuh Mayang dan mulai menjamah kembali sepasang gunung kembarnya yang kencang dan menghisapnya.
Getaran birahi yang hebat terjadi pada tubuh Mayang.
"Kakang Prakoso....jangan tinggalkan aku.....peluk aku.....jamah aku kakang....."desahnya.
Prakoso menanggalkan semua pakaian yang melekat pada tubuhnya dan membaringkan Mayang disebuah batu besar lalu menyetubuhinya.
Air terjun menjadi saksi terenggutnya sebuah keperawanan suci oleh lelaki berhati bejat. Desahan, erangan dan kenikmatan menghiasi petang itu di bawah air terjun menandai ternodanya ikatan janji yang pernah diucapkan dua anak manusia yang berjanji akan saling menunggu sampai tibanya hari pernikahan dan terpisah oleh karena tugas suci seorang Bayu yang membela kerajaannya.
****