Ditindas dan dibully, itu tak berlaku untuk Cinderella satu ini. Namanya Lisa. Tinggal bersama ibu dan saudara tirinya, tak membuat Lisa menjadi lemah dan penakut. Berbanding terbalik dengan kisah hidup Cinderella di masa lalu, dia menjelma menjadi gadis bar-bar dan tak pernah takut melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh keluarga tirinya.
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anim_Goh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sayembara
Kediaman keluarga Bellin ....
Lionel mend*sah panjang. Dia tak henti melihat layar ponsel, menunggu dengan penuh harap Richard menelpon dan mengabarkan telah berhasil menemukan Lisa. Semakin lama menunggu, pikiran Lionel semakin tidak karu-karuan. Suara misterius seperti tak henti berbisik mengingatkan kalau gadis itu sedang butuh pertolongan.
"Sebenarnya aku ini kenapa?" Lionel menekan tulang hidungnya dengan kuat. "Aku dan Lisa adalah orang asing. Tetapi kenapa sekarang aku bisa begitu mengkhawatirkannya? Apa yang sebenarnya terjadi?"
Jika dipikir-pikir lagi, rasanya sangat tidak masuk akal sekali. Baru mengenal beberapa hari, dan itu pun dengan interaksi yang tidak terlalu baik. Bahkan ketika di rumah, Lionel dan Lisa lebih sering beradu omongan ketimbang melakukan sesuatu yang berkesan. Tetapi mengapa Lionel bisa sekhawatir ini?
"Sudah ada kabar dari Richard belum?"
Lionel menoleh. Dia lalu menggelengkan kepala.
"Ibu jadi merasa kalau Lisa sengaja mempermainkan perasaanmu, Leon. Dia punya maksud tertentu!" tukas Kinara terang-terangan menyebut Lisa sebagai orang jahat.
"Jangan selalu menilai orang seperti itu, Bu. Memangnya kualifikasi apa yang dimiliki Lisa sehingga dia berani mempermainkan aku?" ucap Lionel tak terima mendengar tuduhan kejam yang dilontarkan oleh ibunya. "Ibu tahu tidak. Saat pertama kali datang ke rumah ini, gadis itu langsung meminta makanan padaku. Katanya seharian dia belum makan apa-apa. Dan apa Ibu tahu kalimat apa yang dia ucapkan setelah perutnya terisi makanan?"
Kinara menggeleng.
"Dia berterima kasih karena makanan di rumah kita tidak beracun."
"Maksudnya?"
"Bu, Lisa berasal dari keluarga yang sakit. Jika tidak, mana mungkin dia bicara seperti itu padaku? Kalau pun benar dia mempunyai maksud dan tujuan tersendiri dengan datang ke rumah kita, sudah pasti ada orang lain yang mendoktrin. Atau bahkan Lisa sebenarnya berada di bawah tekanan seseorang. Aku seratus persen menjamin Lisa bukan orang seperti itu. Dia gadis baik-baik!"
(Leon ... Ya Tuhan, putraku sudah kembalikah? Sudah sangat lama aku tidak melihatnya merespon orang lain sedetail ini. Ya Tuhan,)
Lionel mengerutkan kening melihat mata ibunya yang berkaca-kaca. Aneh, apakah ada yang salah dari kata-katanya? Kenapa ibunya malah terlihat sedih?
"Apa aku menyakiti perasaan Ibu?"
"Tidak, sayang. Tidak." Kinara tersenyum seraya mengusap cairan bening yang membahas di pipi.
"Kalau tidak kenapa Ibu menangis? Aku minta maaf jika kata-kataku tadi ada yang menyakiti perasaan Ibu. Aku hanya ingin Ibu tidak salah menilai orang lain." Lionel mendekat. Direngkuhnya penuh sayang wanita hebat yang telah dengan sangat sabar menyayanginya. "Maaf ya?"
"Leon, sudah sangat lama Ibu tidak melihatmu kritis terhadap pandangan orang lain. Kau akhirnya kembali, Nak. Dan air mata ini bukan karena Ibu merasa tersakiti, melainkan karena rasa haru. Sudah sangat lama Ibu menantikan hal ini. Menanti kapan putra Ibu akan kembali lagi setelah dulu. Yang tegas, yang bijak, yang penyayang dan yang paling cerdas. Ibu rindu semua itu. Hikkss,"
Tubuh Lionel membeku mendengar penuturan sang ibu barusan. Benarkah yang dikatakannya?
"Kau sangat ingin Lisa kembali ke rumah ini, bukan?"
"Tolong jangan salah paham, Bu. Aku sendiri tidak tahu mengapa bisa begitu peduli pada gadis itu. Sejak pertemuan pertama kami, aku merasa seperti dibuntuti oleh sesuatu misterius yang tak terlihat. Sosok inilah yang membuatku gelisah setengah mati."
Kinara mendongakkan wajah menatap Lionel. Kedua alisnya saling bertaut, aneh mendengar ceritanya.
"Jadi kau percaya dengan hantu?"
"Bu, aku bukan sedang membicarakan tentang hantu. Aku adalah orang yang sangat rasional. Semua hal selalu ku pikirkan dengan logika yang sehat dan matang. Tetapi untuk yang satu ini aku merasakan bukan sebuah teror atau pun magic, melainkan satu pertanda yang mengarah pada Lisa. Entah ada sangkut-paut apa diantara kami, yang jelas kemunculannya disebabkan oleh suatu alasan yang pasti," ucap Lionel panjang lebar memberi penjelasan.
"Hmm, Ibu paham apa maksudmu." Kinara mengajak Lionel duduk. Benaknya menyatakan persetujuan dengan pemikiran tersebut. "Apa mungkin Lisa ada hubungannya dengan kecelakaan enam tahun lalu?"
Hening. Lidah Lionel langsung kelu begitu diingatkan pada kejadian kelam beberapa tahun lalu.
"Nak, kau sudah cukup dewasa. Berusahalah untuk bisa mengendalikan rasa takutmu. Ibu mengerti dan sangat paham betapa tersiksanya dirimu akan rasa bersalah, tapi semua itu terjadi bukan karena kesengajaan. Dan kita pun tidak bermaksud lari dari tanggung jawab. Kau sudah berupaya menemukan keberadaan korban, tapi hasilnya nihil. Bahkan jejak bekas kecelakaan itu bagaikan lenyap ditelan bumi. Jadi cukup sampai di sini saja kau menyiksa diri. Bangkit, lalu bangun duniamu yang baru. Ya?" bujuk Kinara dengan sabar.
(Jika Lisa bisa membuatmu kembali menjadi Leon-ku yang dulu, Ibu ikhlas, Nak. Ibu rela merestui kau berhubungan dengan gadis yang tidak sekasta dengan keluarga kita)
"Bagaimana jika seandainya Lisa datang hanya untuk menuntut balas atas kematian orang itu?" tanya Lionel menduga-duga.
"Semua ada penjelasan. Ada banyak bukti yang bisa kita jadikan bahan untuk menyakinkan Lisa kalau kita tidak sepenuhnya lepas tangan. Keluarga kita terpandang, Leon. Dan kita tidak diajarkan untuk menormalkan kesalahan. Ibu yakin Lisa bisa memahami penjelasan dari pihak kita dengan baik," jawab Kinara meyakinkan.
"Jika dia menolak percaya?"
"Itu urusannya. Yang jelas kau sudah mengupayakan pertanggungjawaban atas kecelakaan itu."
"Bu .... "
Gelisah. Lionel sesak membayangkan kemungkinan kalau Lisa benar datang untuk menuntut balas.
"Bagaimana kalau kita adakan saja sayembara? Siapa tahu dengan begini Lisa akan bersedia muncul dan menemui kita." Kinara menemukan ide nyeleneh.
"Sayembara?" Lionel membeo. Ide macam apa ini?
"Ya. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Selain membuat Lisa muncul ke permukaan, kita juga bisa menilai apakah dia ada hubungannya dengan kecelakaan itu atau tidak."
"Aku masih tidak paham dengan sayembara yang Ibu maksud. Tolong jelaskan lebih detail."
"Jadi begini .... "
Raut wajah Lionel terlihat serius sekali saat menyimak penjelasan ibunya. Mirip dongeng, itu anggapan dia mengenai sayembara tersebut. Bedanya jika di dalam dongeng si pangeran melakukan sayembara untuk mencari wanita yang dicintainya. Sedangkan Lionel, dia lebih ke menyelidiki sesuatu yang berhubungan dengan kejadian di masa lalu. Agak konyol, tapi perlu untuk dicoba.
"Bagaimana? Apa kau setuju dengan ide ini?"
"Jika menurut Ibu itu bisa membantuku segera bertemu dengan Lisa, silahkan dilakukan saja."
"Kau tidak keberatan bukan Ibu jadikan sebagai bahan hadiah?" tanya Kinara memastikan. Idenya terhitung ektrim. Dia berniat membuka sayembara mencari menantu untuk putranya, dan tentunya dengan kualifikasi yang hanya dimiliki oleh Lisa.
"Selama bisa membuat Lisa muncul, aku rela dijadikan sebagai hadiah," jawab Lionel pasrah menyerahkan diri.
"Hmm, pasrah sekali. Sebegitunya ingin bertemu dengan gadis pelayan itu?"
"Pelayan juga punya hati, Bu. Tolong jangan memandang remeh pekerjaan mereka. Apalagi Lisa. Dia berbeda."
"Ya ya ya terserah kau mau menilai bagaimana. Ya sudah, Ibu mau ke kamar dulu. Membuat sayembara tidak semudah membuat bubur. Kau istirahatlah."
Lionel mengangguk. Dia menatap datar kepergian ibunya. Termangu sambil bertopang dagu, Lionel bergumam lirih.
"Lisa, kau ada di mana sekarang?"
***
Apa kau adalah saudara tirinya Lionel?
lisa adalah definisi pasrah yang sebenernya. udah gk takut mati lagi gara2 idup sengsara