NovelToon NovelToon
Menjadi Guru Di Dunia Lain

Menjadi Guru Di Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sistem / Akademi Sihir / Penyeberangan Dunia Lain / Elf
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ned_Kelly

Arthur seorang guru honorer di sekolah negeri yang memiliki gaji pas-pasan dengan jam mengajar yang tidak karuan banyaknya mengalami kecelakaan pada saat ia hendak pulang ke indekosnya. Saat mengira kehidupannya yang menyedihkan berakhir menyedihkan pula, ternyata ia hidup kembali di sebuah dunia yang sama sekali berbeda dari sebelumnya.

Tetapi uniknya, Arthur kembali menjadi seorang guru di dunia ini, dan Arthur berasa sangat bersemangat untuk merubah takdirnya di dunia sekarang ini agar berbeda dari dunia yang sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ned_Kelly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 18: Dari Hadiah Ke Masalah

Keesokan harinya, aku memutuskan untuk tidak membawa murid-muridku ke dalam dungeon lagi. Mereka butuh istirahat setelah berhari-hari berlatih tanpa henti di dalam dungeon, tempat yang menguras stamina fisik dan mental mereka. Pagi itu, ruang kelas terasa lebih tenang daripada biasanya. Suara samar percakapan antar murid terdengar seperti bisikan halus yang terpantul di dinding batu.

Aku memulai pelajaran hari ini dengan mengajarkan teori sihir, mengingatkan mereka bahwa sihir adalah bagian penting dari dunia ini—sesuatu yang biasa, namun tetap memiliki kompleksitas yang luar biasa. “Sihir bukan hanya tentang mengucapkan mantra dan menciptakan efek yang menakjubkan,” aku membuka pembelajaran hari ini, berdiri di depan kelas sambil memegang sebatang kapur. “Ini adalah seni mengendalikan energi kehidupan yang ada di sekitarmu, yaitu mana.”

Aku menggambar lingkaran sederhana di papan tulis, kemudian menambahkan garis-garis yang mengalir keluar seperti sungai kecil. “Mana adalah energi yang mengalir dalam tubuh kita dan di alam sekitar. Ini adalah fondasi dari segala jenis sihir. Setiap orang memiliki mana, tetapi jumlah dan afinitas terhadap elemen tertentu berbeda-beda.”

Murid-muridku memperhatikanku dengan seksama. Celestine, seperti biasa, duduk dengan rapi di barisan depan. Tatapannya tertuju penuh perhatian padaku, tangan mungilnya bergerak-gerak seolah ingin mengekspresikan pemikirannya. Di sebelahnya, Charlotte mencatat dengan cepat, penanya bergerak tak henti-hentinya di atas kertas seolah ingin menangkap setiap kata yang keluar dari mulutku. Meski ia lebih terbiasa dengan strategi dan taktik, teori sihir tetap menjadi fondasi yang penting baginya.

Jade, duduk di barisan tengah, tampak termenung. Dia lebih suka aksi daripada teori, tetapi kali ini dia tampak mencoba untuk memahami penjelasanku dengan serius. Mungkin pikirannya melayang ke mantra-mantanya yang berbasis api, berusaha mencari cara untuk menyempurnakannya lebih jauh.

Di sisi lain, Masamune terlihat malas-malasan, memainkan pensilnya di antara jari-jarinya. Meski begitu, aku tahu dia mendengarkan—pemahamannya tentang sihir sangat minim, tetapi dia paham pentingnya pengetahuan ini jika ingin menjadi lebih kuat.

“Sihir bukan hanya sekedar meluncurkan api atau membekukan musuh,” lanjutku, menatap mata mereka satu per satu. “Ini tentang mengarahkan mana dengan tepat, mengalirkannya sehalus mungkin sesuai kebutuhanmu. Banyak yang menganggap kekuatan sihir hanya dari seberapa besar ledakan yang bisa mereka hasilkan, padahal sejatinya, kontrol adalah kunci dari segalanya.”

Johan, yang biasanya lebih fokus pada latihan fisik dengan tombaknya, tampak sedikit bingung. Dia mengangkat tangannya ragu-ragu, matanya mencari persetujuan sebelum akhirnya bertanya, “Guru, bagaimana kita tahu batas mana yang bisa kita gunakan?”

Pertanyaannya sederhana, tapi tepat. Aku meletakkan kapur dan menatap seluruh kelas. “Batas mana itu tergantung pada tubuh dan mentalmu. Seberapa besar kamu bisa bertahan tanpa membuat dirimu sendiri terluka. Terlalu sedikit mana, dan sihirmu tidak akan efektif. Terlalu banyak, dan kamu bisa menguras energimu hingga pingsan, atau bahkan lebih buruk.”

Elyrde duduk di sudut ruangan, mendengarkan dalam diam. Pandangannya tajam, tetapi ada sesuatu yang selalu tersembunyi di balik tatapannya—seperti seseorang yang terus-menerus mencari jawaban atas pertanyaan yang belum terucapkan. Meski pendiam, aku tahu pikirannya selalu bergerak, mencoba merangkai setiap informasi yang diterimanya.

“Teori sihir ini bukan hanya tentang pengetahuan semata,” lanjutku, menutup penjelasan hari ini dengan intonasi yang lebih serius. “Ini adalah peta yang akan menuntun kalian dalam perjalanan menjadi lebih kuat. Tanpa pemahaman ini, sihir bisa menjadi pedang bermata dua yang membahayakan dirimu sendiri dan orang lain.”

Para muridku tetap terdiam, mencerna setiap kata yang aku ucapkan. Aku tahu pelajaran ini penting, meski mungkin tidak seatraktif pertempuran di dungeon. Namun, memahami sihir adalah langkah pertama untuk menguasainya sepenuhnya.

Setelah menyelesaikan penjelasan teori dasar sihir, aku memberi mereka waktu sejenak untuk merenungkan apa yang baru saja dipelajari. Suasana kelas hening, hanya diisi oleh suara halus kertas yang disentuh saat Charlotte terus mencatat. Sementara yang lain, seperti Johan dan Masamune, tampak tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.

Aku berjalan ke meja depan dan mengeluarkan beberapa catatan yang telah kususun dari pengetahuan yang kudapat melalui kemampuan Perpustakaan Dunia—sebuah kekuatan unik yang kumiliki setelah bereinkarnasi di dunia ini. Catatan-catatan ini adalah ringkasan pengetahuan yang berhasil kukumpulkan, mulai dari teori dasar hingga sihir kuno yang jarang diketahui oleh orang lain.

“Sumber belajar kita hari ini adalah catatan pribadi yang sudah kususun,” kataku, menaruh setumpuk kertas tebal di atas meja. “Di dalamnya ada berbagai teori sihir, eksperimen para penyihir terdahulu, dan bahkan pengetahuan tentang sihir-sihir kuno yang sudah terlupakan oleh banyak orang.”

Jade, yang biasanya lebih tertarik pada latihan fisik, mengangkat kepalanya. “Apakah ada sihir api kuno di dalamnya?” tanyanya dengan nada penasaran.

Aku tersenyum kecil, mengingat beragam mantra yang pernah kubaca melalui Perpustakaan Dunia. “Ya, ada beberapa catatan tentang sihir api kuno. Namun, jangan terkecoh dengan sebutan kuno. Bukan berarti sihir ini lebih kuat daripada sihir modern; sering kali, perbedaannya terletak pada teknik penggunaannya. Yang penting adalah bagaimana kalian memahami prinsip dasarnya.”

Celestine, yang duduk di depan, dengan lembut mengambil salah satu catatan dan mulai membolak-balik halamannya. Matanya berbinar saat melihat diagram dan simbol yang menjelaskan aliran mana di dalam tubuh. Meski ia tidak bisa berbicara, rasa ingin tahunya terlihat jelas dari ekspresi wajahnya yang antusias.

“Setiap orang punya cara belajar yang berbeda,” lanjutku, menatap mereka satu per satu. “Ada yang lebih mudah memahami teori melalui membaca, sementara yang lain perlu mempraktikkannya langsung. Tugas kalian adalah menemukan metode yang paling cocok bagi diri sendiri.”

Masamune, yang jarang tertarik dengan hal-hal teoretis, memegang salah satu catatanku dan memandangnya dengan ragu. “Bagaimana kita tahu kalau kita sudah memahami sihir yang ada di sini?”

Pertanyaannya tepat. Aku menatapnya sambil berkata, “Pemahaman tentang sihir adalah proses tanpa akhir. Kalian baru benar-benar memahami sihir ketika bisa menggunakannya dengan konsisten, tanpa membebani tubuh kalian, dan tanpa menciptakan efek samping yang tidak diinginkan.”

Elyrde yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. “Apakah ada risiko mempelajari sihir yang mengubah elemen dasar? Seperti menggabungkan dua elemen yang berbeda?”

Aku mengangguk, menghargai pertanyaannya. “Ada risiko besar jika kalian mencoba mengubah atau menggabungkan elemen tanpa pemahaman yang cukup. Sihir yang mengubah elemen api menjadi listrik, atau air menjadi es, membutuhkan kendali penuh atas kedua elemen tersebut. Jika salah sedikit, dampaknya bisa berbahaya bagi pengguna maupun orang di sekitarnya.”

Elyrde tampak merenungkan jawabanku, sementara Jade sepertinya sedang membayangkan kemungkinan menggabungkan sihir apinya dengan elemen lain.

“Untuk hari ini, fokuslah mempelajari catatan-catatan ini,” kataku, menutup pelajaran. “Pelajari apa yang bisa kalian pahami, dan besok kita akan diskusikan lebih lanjut.”

Ruangan kembali hening. Suara halaman-halaman yang dibuka mengisi udara, disertai pandangan serius para murid yang berusaha memahami materi yang mungkin tidak pernah mereka temui di tempat lain. Aku melihat mereka satu per satu, dan merasakan kebanggaan serta tanggung jawab yang besar. Pengetahuan yang kumiliki adalah pedang bermata dua—ia bisa memberi kekuatan, tapi juga membawa risiko. Dan tugasku adalah memastikan murid-muridku memahami batas dan potensi yang ada di dalam diri mereka.

Saat jam istirahat pelajaran tiba, suasana kelas menjadi lebih santai dengan murid-murid yang mulai beristirahat. Aku memanfaatkan momen ini untuk memberikan hadiah spesial yang sudah ku persiapkan setelah mengalahkan Noxcarlis, bos dungeon lantai 20. Aku sudah menyiapkan dua item penting—Umbra Fang dan Buku Sihir Kuno Venom Ward—dan ingin memberikannya kepada Celestine dan Elyrde.

Aku berdiri di depan kelas dengan dua benda berharga di tanganku. Setelah memastikan semua murid lain sibuk dengan aktivitas mereka, aku memanggil Celestine dan Elyrde untuk mendekat.

“Celestine, Elyrde,” kataku dengan nada penuh perhatian. “Saat ini adalah waktu yang tepat untuk memberikan sesuatu yang spesial kepada kalian. Sebagai bentuk penghargaan atas kontribusi dan dedikasi kalian, aku ingin memberikan hadiah ini.”

Aku meletakkan Umbra Fang dan Buku Sihir Kuno Venom Ward di atas meja, dan melanjutkan, “Elyrde, ini adalah Umbra Fang. Belati hitam pekat ini memiliki kekuatan magis yang akan meningkatkan kecepatan dan ketepatan seranganmu. Ini sangat cocok untukmu mengingat keterampilanmu dalam bertarung dan keahlianmu dalam bertindak dalam bayangan.”

Elyrde, yang biasanya introvert namun selalu menunjukkan sikap dewasa, mendekat dengan mata yang penuh rasa ingin tahu. Ia mengamati Umbra Fang dengan seksama, merasakan aura magisnya. Setelah beberapa saat, ia mengangkat belati itu dengan hati-hati dan memberikan senyuman tulus. “Ini… sangat menakjubkan, Guru. Terima kasih banyak. Aku akan memanfaatkannya sebaik mungkin,” ucapnya dengan nada lembut, tetapi jelas menunjukkan betapa berartinya hadiah ini baginya.

Selanjutnya, aku menatap Celestine, yang berdiri di samping Elyrde. Aku mengarahkan perhatianku ke Buku Sihir Kuno Venom Ward. “Celestine, buku ini berisi mantra untuk menetralkan racun apapun. Dengan kemampuan penyembuhanmu yang luar biasa, aku yakin buku ini akan sangat membantumu dalam melindungi dan menyembuhkan dirimu serta teman-teman kita.”

Celestine memperhatikan buku itu dengan penuh kekaguman. Meskipun tidak bisa berbicara, tatapan matanya penuh dengan rasa syukur. Ia menyentuh sampul buku dengan lembut, merasakan energi magisnya. Celestine kemudian mengangguk dengan penuh terima kasih, dan meraih buku itu dengan hati-hati. Ia menunjukkan senyum yang tulus, yang jelas menunjukkan betapa berartinya hadiah ini baginya. “Terima kasih, Guru,” ia mengisyaratkan dengan tangan, dengan ekspresi yang sangat menyentuh.

Melihat reaksi Celestine dan Elyrde, aku merasa puas dan senang. “Kalian berdua telah menunjukkan keberanian dan dedikasi yang sangat luar biasa. Semoga hadiah ini dapat mendukung kalian lebih jauh dalam perjalanan kita ke depan dan membantu kalian menghadapi berbagai tantangan dengan lebih baik.”

Elyrde dan Celestine tersenyum, tampak lebih bersemangat dan penuh rasa syukur. Dengan peralatan baru ini, aku yakin mereka akan lebih siap menghadapi segala tantangan yang akan datang.

Charlotte kemudian memasuki kelas dengan langkah ceria. Matanya langsung tertuju pada meja tempat hadiah-hadiah itu diletakkan. Wajahnya bersinar penuh rasa ingin tahu saat melihat Celestine dan Elyrde memeriksa hadiah mereka.

“Wow, apa yang terjadi di sini?” tanya Charlotte dengan antusias, menghampiri meja. “Guru memberikan hadiah untuk mereka?”

Aku tersenyum dan mengangguk. “Iya, benar. Ini adalah bentuk penghargaan untuk Celestine dan Elyrde atas usaha dan dedikasi mereka.”

Charlotte mendekat dan mulai memeriksa Umbra Fang dan Buku Sihir Kuno Venom Ward dengan cermat. “Ini sangat indah!Tapi...” katanya, menoleh padaku dengan tatapan penuh harap. “Bagaimana dengan aku? Apa Guru tidak punya hadiah untukku juga?”

Aku sedikit terkejut dan bingung dengan sikap manja Charlotte. “Oh, Charlotte, hadiah ini khusus untuk Celestine dan Elyrde. Tapi, aku mengerti jika kamu juga ingin sesuatu. Mungkin kita bisa pikirkan hadiah yang sesuai untukmu.”

Charlotte segera melangkah lebih dekat, menggenggam lengan bajuku dengan lembut dan menatapku dengan mata penuh harap. “Guru, aku juga sudah berlatih keras dan berusaha semaksimal mungkin. Bukankah aku juga layak mendapatkan sesuatu? Aku sangat penasaran apa yang bisa Guru berikan untukku.”

Melihat sikap manja Charlotte, aku merasa sedikit bingung. “Hmm, baiklah, Charlotte. Kita akan cari sesuatu yang cocok untukmu. Aku memang melihat usahamu yang keras, jadi pasti ada hadiah yang spesial untukmu.”

Charlotte tersenyum lebar, matanya bersinar ceria. “Terima kasih, Guru! Aku tidak sabar menunggu hadiah itu!”

Aku merasa lega melihat Charlotte kembali ceria, setidaknya untuk saat ini. “Tentu saja, Charlotte. Kita akan memikirkan sesuatu yang spesial. Sementara itu, teruslah berlatih dengan semangat seperti biasa. Kamu benar-benar layak mendapatkan penghargaan.”

Charlotte tampak sangat senang dan kembali bergabung dengan Celestine dan Elyrde, penuh semangat membicarakan hadiah mereka.

Jam istirahat di kelas berlangsung dengan penuh semangat setelah pemberian hadiah. Charlotte yang penuh energi terlihat sangat antusias menunggu hadiah dari aku, saat tiba-tiba pintu kelas terbuka dengan cepat. Jade memasuki ruangan dengan wajah sedikit panik, diikuti oleh Masamune dan Johan yang tampak lelah dan ada beberapa lebam di wajah mereka.

Jade melangkah cepat menuju meja, matanya penuh kecemasan. “Guru, kami ada masalah!” serunya. “Masamune dan Johan baru saja terlibat perkelahian dengan murid-murid Pak Guru Brandon!”

Aku merasa jantungku berdegup kencang. Nama Brandon selalu menandakan masalah. Aku masih bingung mengapa Pak Guru Brandon selalu mengusik kedamaian ku? Bahkan sebelum aku bereinkarnasi menjadi Arthur Westwood, Pak Guru Brandon kerap mengusik kehidupannya.

Masamune, meskipun terlihat agak terluka, menjelaskan dengan nada frustrasi, “Kami hanya berusaha untuk menghindari mereka, tapi mereka menyerang kami terlebih dahulu. Aku dan Johan hanya mencoba untuk membela diri.”

Johan mengangguk setuju, wajahnya menunjukkan tanda-tanda pertarungan. “Mereka sepertinya mencari masalah. Kami cuma membela diri dan mencoba menghindari konfrontasi lebih lanjut.”

Charlotte, yang awalnya ceria, kini tampak khawatir melihat kondisi Masamune dan Johan. “Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa mereka menyerang kalian?”

Jade menjelaskan cepat, “Pak Guru Brandon sudah lama tidak suka dengan Guru. Mungkin dia menyuruh murid-muridnya untuk memprovokasi Masamune dan Johan.”

Aku menghela napas, merasakan ketegangan yang semakin memuncak. “Terima kasih sudah memberitahuku. Kita perlu mencari solusi tanpa memperburuk keadaan.”

Charlotte segera beralih perhatian kepada Masamune dan Johan, “Kalian harus duduk dan istirahat. Aku akan memastikan semuanya aman di sini,” ujarnya dengan penuh perhatian.

Masamune dan Johan mulai duduk di sudut kelas, sementara Jade berdiri di samping mereka, tampak cemas. Aku kemudian memandang Charlotte dengan rasa syukur. “Charlotte, terima kasih atas bantuanmu. Aku akan mengurus masalah ini dengan Pak Guru Brandon.”

Dengan suasana kelas yang mulai tegang, aku tahu bahwa kita harus berhati-hati. Aku harus mencari cara untuk menyelesaikan konflik ini dan menjaga kedamaian di antara murid-murid.

1
~YUD~
lajrooot!!
Ned: entar dulu ye kasih Ned nafas dulu wkwkwk...
total 1 replies
Ned
Parah nich, dari pagi tadi update eh kelarnya sore
~YUD~
di festival lunaris ini Arthur bakal ikut main apa cuma jadi guru pengawas doang?
Ned: Jadi pengawas doang, tapi....ada tapi nya hehe/CoolGuy/.... tungguin apa yang bakalan terjadi di sana
total 1 replies
~YUD~
nanti Arthur sama Brandon bakal duel gak author?
Ned: Ya tunggu aja tanggal mainnya
total 1 replies
Gamers-exe
kirain masamune date 👍🗿
~YUD~
nanti Charlotte sama Arthur bakal saling cinta gak author?
Ned: Yakin gak ada yang mau sama Celestine nih /CoolGuy/
「Hikotoki」: betul sekali, jadi meski charlotte umur 16 masih available buat dinikahi
total 8 replies
Erwinsyah
mau nabung dulu Thor🤭
Ned: Monggo silakan, jangan lupa vote dan rate bintang 5 nya kakak
total 1 replies
~YUD~
apa tuh yang segera terungkap?
Ned: apa tuh kira-kira hehehe
total 1 replies
R AN L
penasaran sekali reaksi murinya lihat kekuatan asli guru ny
Ned: tar ada kok, tunggu aja tanggal main nya heheh
total 1 replies
Ned
Update diusahakan tiap hari, setidaknya akan ada 1 BAB tiap hari...kalo Ned bisa rajin up mungkin 2-3 BAB...

Minggu Ned libur
R AN L
di tunggu up ny
Ned: kalo gak berhalangan tiap hari update, Ned usahakan ada 1 chapter update lah minimal sehari....Minggu kayaknya libur...doain aja Ned bisa nulis terus
Ned: kalo gak berhalangan tiap hari update, Ned usahakan ada 1 chapter update lah minimal sehari....Minggu kayaknya libur...doain aja Ned bisa nulis terus
total 4 replies
R AN L
Luar biasa
vashikva
semangatt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!