"Kak Zavin kenapa menciumku?"
"Kamu lupa, kalau kamu bukan adik kandungku, Viola."
Zavin dan Viola dipertemukan dalam kasus penculikan saat Zavin berusia 9 tahun dan Viola berusia 5 tahun. Hingga akhirnya Viola menjadi adik angkat Zavin.
Setelah 15 tahun berlalu, tak disangka Zavin jatuh cinta pada Viola. Dia sangat posesif dan berusaha menjauhkan Viola dari pacar toxic-nya. Namun, hubungan keduanya semakin renggang setelah Viola menemukan ayah kandungnya.
Apakah akhirnya Zavin bisa mendapatkan cinta Viola dan mengubah status mereka dari kakak-adik menjadi suami-istri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
"Putuskan Dika?" Viola menggembungkan pipinya sambil melipat kedua tangannya. Ia tahu Zavin memang sangat terobsesi dengannya tapi entah mengapa ia selalu saja tidak bisa menolak keinginan Zavin yang terkadang berlebihan itu.
"Atau, aku buat kamu putus dengan Dika sekarang juga!" Zavin mengambil ponsel di tas Viola lalu membuka dinding chat dengan Dika.
"Kak Zavin!" Viola berusaha merebut ponselnya tapi Zavin terus menjauhkannya. Tiba-tiba Viola mengecup singkat bibir Zavin hingga membuat Zavin tak berkutik.
Buru-buru Viola mengambil ponselnya tapi Zavin justru menahan tengkuk leher Viola. Lagi, ia mencium lembut bibir itu. Semakin hari ia semakin kecanduan dengan bibir manis itu.
Viola tidak lagi memberontak, ia justru menikmati setiap pagutan yang diberikan Zavin. Ya, semua itu memang terasa gila bagi Viola. Hingga akhirnya Zavin melepas pagutannya dan mengusap bibir Viola yang basah karena ulahnya.
"Putuskan Dika!" kata Zavin sekali lagi. Kemudian ia mengambil ponselnya dan mencari panti asuhan yang berada di kota itu.
Viola hanya terdiam sambil memegang bibirnya yang masih terasa berdenyut sama seperti detak jantungnya yang masih saja belum stabil.
"Kasus penculikan kita dulu berada di dekat perbatasan kabupaten. Hanya ada satu panti asuhan yang berada di dekat perbatasan itu. Tapi dari berita yang aku baca, panti asuhan itu sudah tidak beroperasi lagi," kata Zavin.
Mendengar hal itu, Viola semakin mendekat. "Tidak ada salahnya kita coba cari ke sana."
"Tapi kamu janji putuskan Dika."
Viola hanya berdengus kesal sambil mengalihkan pandangannya ke jalanan saat mobil itu mulai melaju.
Tiba-tiba Zavin tersenyum kecil. "Ternyata kamu sudah menikmati ciumanku."
Mendengar hal itu seketika Viola mencubit lengan Zavin cukup keras. "Kak Zavin! Jangan bahas lagi soal itu! Jangan goda aku terus dan jangan cium aku lagi."
"Yakin? Kalau kamu mau lagi, bisa melakukannya lagi. Coz, i like your kiss."
Viola hanya berdengus kesal. Ia tidak menyahuti lagi perkataan Zavin.
Perjalanan yang mereka tempuh cukup jauh hingga membuat Viola tertidur.
"Malah tidur," guman Zavin. Ia terus melakukan mobilnya hingga dua jam berlalu dan telah melewati sebuah perkebunan yang cukup panjang, lalu Zavin berhenti di sebuah perkampungan kecil.
"Viola, bangun!" Zavin membangunkan Viola karena ia tidak ingin meninggalkan Viola sendiri dalam mobil. Ia ingin bertanya pada warga sekitar keberadaan panti asuhan kasih.
Viola membuka kedua matanya yang merah dan menatap Zavin. "Sudah sampai?" tanya Viola.
"Kita tanya dulu karena aku tidak menemukan panti asuhan itu." Zavin membuka pintu mobil dengan lalu keluar bersama Viola.
Perkampungan itu cukup sepi, hanya beberapa kendaraan beroda dua yang sesekali melintas di jalan yang sunyi.
Viola mengikuti Zavin dari belakang, suasana mencekam membuat langkahnya sedikit ragu. Zavin yang menyadari kegelisahan Viola, ia menggenggam erat tangannya dan memberikan isyarat agar ia tetap tenang bersamanya.
Mereka berhenti di depan sebuah toko kecil yang dijaga oleh seorang ibu paruh baya. Zavin menghampirinya, berharap wanita itu bisa memberi mereka petunjuk.
"Permisi, Bu," sapanya sopan. "Apakah Ibu tahu dimana Panti Asuhan Kasih berada?"
Wanita itu tampak berpikir keras sambil mengernyitkan dahi seakan berusaha mengingat-ingat sesuatu. Setelah beberapa saat, sebuah kilatan ingatan tampaknya muncul di benaknya. "Oh, Panti Asuhan Kasih? Panti itu sudah lama tutup."
Zavin tertegun, ekspresinya berubah penasaran. "Sudah lama tutup? Mengapa? Apakah mereka pindah ke tempat lain?"
Ibu itu menghela napas pelan, tampak ragu-ragu sebelum menjawab. "Katanya, ada sekelompok orang yang datang ke sana mencari seorang anak. Mereka tidak menemukannya, lalu mulai menghancurkan beberapa fasilitas di panti itu. Anak-anak yang tinggal di sana ketakutan. Beberapa hari setelahnya, panti itu tiba-tiba kosong. Pengurus dan anak-anaknya seperti menghilang. Mungkin mereka kabur secara diam-diam agar tidak berurusan dengan preman-preman itu lagi."
Zavin mengerutkan kening, rasa ingin tahunya semakin memuncak. "Di mana letak panti itu?" tanyanya lagi.
Wanita itu mengarahkan tangannya ke jalan di depan. "Lurus saja. Nanti di pertigaan, belok kanan. Di ujung jalan, kalian akan menemukan sebuah bangunan terbengkalai."
Zavin mengangguk mengerti. "Terima kasih, Ibu." Kemudian ia kembali mengajak Viola masuk ke dalam mobil. Mesin mobil kembali menyala, dan mereka melaju mengikuti petunjuk yang diberikan. Jalan yang sepi membuat suasana semakin mencekam, hingga akhirnya mereka sampai di pertigaan dan berbelok ke kanan.
Di ujung jalan, tampak bangunan besar yang sudah terbengkalai. Viola menatap bangunan itu dengan ngeri. "Kak Zavin, bangunan itu menyeramkan. Sudah seperti gedung berhantu," ucapnya dengan suara bergetar. Pagar bangunan itu sudah hancur, dan tanaman liar tumbuh tinggi, hampir menutupi seluruh struktur bangunan.
Zavin memandang bangunan tersebut dengan perasaan bercampur aduk. "Bagaimana? Kamu berani masuk?"
Meskipun Zavin sendiri merasa ketakutan karena rasa trauma itu seperti muncul kembali tapi ia mencoba menyembunyikannya.
"Kita sudah sampai sejauh ini. Pantang bagiku untuk pulang sebelum masuk ke dalam. Siapa tahu ada petunjuk di dalam sana."
Kata-kata Viola membuat Zavin sedikit terkejut. Tidak disangka, gadis itu memiliki keberanian yang tak ia duga sebelumnya. Dengan langkah ragu, mereka berdua keluar dari mobil dan mendekati pagar rusak itu. Zavin berhenti sejenak, menatap bangunan yang semakin terlihat menakutkan dari dekat.
Tiba-tiba, teriakan mengerikan menggema di udara. "Mama!" Suara itu seakan datang dari segala arah, membuat Viola tersentak. Ia menutup kedua telinganya dan menunduk.
"Kamu kenapa?" Zavin bertanya dengan panik. Ia berjongkok di sampingnya, tapi Viola hanya menggigil tanpa menjawab. "Viola?"
Thanks Mbak Puput
Ditunggu karya selanjutnya ❤️
perjuangan cinta mereka berbuah manis...
Semoga cepat menghasilkan ya, Zavin
semoga cepat diberi momongan ya ..
udah hak Zavin...
😆😆😆