NovelToon NovelToon
Pesugihan Siluman Pocong

Pesugihan Siluman Pocong

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Deri saepul

Warga kampung Cisuren digemparkan oleh kemunculan setan pocong, yang mulai berkeliaran mengganggu ketenangan Warga, bahkan yang menjadi semakin meresahkan, banyak laporan warga menyebutkan kalau Dengan hadirnya setan pocong banyak orang yang kehilangan uang. Sampai akhirnya warga pun berinisiatif untuk menyelidikinya, sampai akhirnya mereka pun menemukan hal yang sangat mengejutkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deri saepul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua Hewan Buruan

Pov Sukarmin

Setelah mengistirahatkan tubuh agak lama aku membangkitkan diri kemudian berjalan menuju ke arah macan tutul yang terkapar tak bernyawa. aku menendang bagian pahanya kemudian menginjak bagian punggung, tapi tetap Macan itu tidak bergerak menunjukkan sudah benar-benar tak bernyawa.

Setelah merasa yakin dengan keadaan macan tutul, aku pun melangkahkan kaki untuk mencari golok yang tadi terlepas. ketika mencari dengan penuh ketelitian akhirnya aku pun bisa menemukan golok.

Setelah aku mendapatkan senjata. aku menghampiri kembali tubuh macan tutul yang masih tergeletak tanpa bergerak. Aku mengangkat bibirnya kemudian taring yang hanya tinggal satu aku pukul menggunakan golok dilanjutkan mengambil 3 cakar dari kaki depan untuk disimpan sebagai kenang-kenangan.

"Ternyata kamu benar-benar sudah mati namun ke mana Kijang yang tadi kau terkam?" Tanyaku mengajak macan tutul itu untuk mengobrol seperti mengobrol dengan seorang manusia.

Aku mendekat kembali ke arah pohon kiara, kepalaku mendongak ke arah atas terlihatlah hewan buruan yang berada di ranting pohon yang banyak bahkan daunnya aja terlihat sangat lebat.

Tubuhku yang terasa lemas bingung harus berbuat apa? sehingga aku mendudukkan tubuh kembali tidak mengerti apa yang harus aku lakukan selanjutnya, karena aku hanya tinggal sendirian, tidak ada teman yang bisa dimintai solusi. mataku menatap ke arah bangkai macan tutul kemudian beralih menatap ke arah bangkai kedua anjing yang terlentang dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Aku hanya menarik nafas dalam tubuhku semakin terasa lemas bahkan keringat semakin bercucuran.

"Sukarmin.....! sukarmin.....! ini ada apa?: terdengar suara orang yang bertanya dipenuhi rasa penasaran dan ketidakpercayaan.

Mendapat pertanyaan dari suara yang sangat aku kenal, aku tidak menjawabnya hanya melirik sambil menatap lekat seolah balik bertanya kenapa Kang Jaya tega meninggalkanku dalam keadaan yang sangat terdesak?

Orang yang baru datang berjalan dengan perlahan mendekat ke arahku, memindai keadaan sekitar menatap ke arahku, menatap ke arah macan tutul, menatap ke arah kedua anjingnya. kemudian berdiri seolah sedang meyakinkan dirinya bukan berada di dalam alam impian.

"Kumbang.....! Tablo.....! Kenapa kalian seperti ini? kenapa kalian meninggalkanku, ini sebenarnya ada apa sukarmin?" tanya Jaya sambil menjatuhkan tubuhnya yang bergetar mungkin merasa sedih ketika melihat hewan peliharaannya yang setia yang sudah memberikan banyak manfaat untuk kehidupannya, sekarang terbujur kaku dengan kondisi yang sangat mengenaskan. yang berwarna hitam terlihat ususnya keluar, yang berwarna coklat tubuhnya sudah tidak berbentuk lagi karena tadi dicabik-cabik oleh macan tutul.

"Kang Jaya, Kenapa Akang sangat tega meninggalkanku sendirian? kayak bukan seorang laki-laki yang tidak bertanggung jawab." ujarku menyalahkan Jaya yang tadi kabur menyelamatkan diri.

"Sukarmin tadi sebelum Akang berlari, akang mengajakmu untuk berlari bersama. kenapa kamu malah meninggalkan diri di sini?" jawabnya seperti tidak mau disalahkan.

"Lagian Kenapa harus berlari? Kita ini laki-laki yang harus berani menghadapi semua situasi baik Genting ataupun tenang. Tuh lihat kedua anjing Akang yang sudah menjadi bangkai, kalau akan tidak berlari mungkin mereka masih bisa terselamatkan."

"Maksudnya bagaimana sukarmin?" tanya Jaya seolah tidak paham dengan apa yang aku sampaikan.

"Aku melihat kedua anjing Akang yang setia disiksa sampai tubuhnya hancur tercabik-cabik oleh cakar macan tutul. Aku sebagai manusia yang memiliki amarah tidak kuat menahan ketika melihat hewan peliharaan yang sangat baik dan setia disiksa. dengan terpaksa menggunakan sekuat tenaga bertarung melawan macan tutul, awalnya aku sudah kehabisan harapan karena tidak kuat melawan harimau, Rencananya aku akan berlari menyelamatkan diri namun ketika melihat anjing seperti itu Aku bertarung habis-habisan." jawabku menjelaskan.

"Jadi macan tutul ini mati karena dibunuh olehmu?"

"Mau dibunuh sama siapa lagi karena di sini hanya ada aku sendirian sedangkan Akang sudah lari entah ke mana?"

Mendengar penjelasanku Kang Jaya hanya terdiam, dahinya mengerut wajahnya menunjukkan rasa sedih bercampur dengan rasa malu, karena sudah berlari meninggalkan teman seperjuangannya.

"Aku minta maaf sukarmin, karena aku sudah meninggalkanmu." ujarnya dengan suara parau menunjukkan permintaan maaf tulus dari dalam hatinya.

"Sudah nggak usah dibahas lagi karena aku sudah selamat, kalau hanya luka kecil itu sudah biasa. namun aku minta tolong Akang cepat turunkan hewan buruan kita!" ujarku sambil menunjuk ke arah atas.

"Emangnya mau dibawa?"

"Ya dibawa lah kang! aku sudah menaruhkan jiwa raga untuk mendapatkan Kijang, sekarang sudah didapat tidak mungkin dibiarkan begitu saja. cepat tolong turunkan takut tidak keburu bisa disembelih!"

Jaya terlihat mengalah dengan segera dia membangkitkan tubuh meski masih terlihat lelah, dia memaksakan untuk memanjat pohon kiara kemudian berusaha dengan susah payah untuk menurunkan hewan buruan yang sempat menghilang.

Setelah Kijang itu diturunkan terlihat sangat lemah dengan nafas yang turun naik, dengan segera Jaya pun mengeluarkan goloknya untuk menyembelih hewan Buruan, darahnya terlihat sangat banyak meski di bagian punduk ada darah yang mengalir Akibat gigitan macan tutul, aku hanya dia memperhatikan tidak ikut membantu.

"Alhamdulillah Kijang ini belum Mati. kayaknya tadi macan tutul itu hanya baru menggigitnya. nih, lihat bekas gigitannya!" ujar Jaya yang terlihat sumringah Karena perjuangan yang berat tidak sia-sia.

"Hari ini kita dapat hewan buruan sekaligus dua buruan. yang pertama macan, yang kedua Kijang." jawabku yang sama-sama mengulum senyum perjuangan yang dilakukan membuahkan hasil yang memuaskan.

Setelah disembelih Kijang yang sudah mati dengan segera diurus dan dibagi menjadi dua bagian, lalu mencari daun jati untuk membungkus dagingnya. Sambil bekerja aku terus bercerita pengalamanku ketika mengalahkan macan tutul.

Kira-kira pukul 05.00 sore, aku dan Jaya Baru keluar dari dalam hutan sambil memikul daging yang sangat banyak. aku dan Jaya hari ini sedang berada dalam keberuntungan karena sekaligus mendapat dua hewan buruan, diantarkan oleh suara burung yang terdengar berkicau seperti sedang mencari tempat penginapan, langit memerah merubahkan warna-warna rumput menjadi kuning keemasan, seperti hati kita yang terus berbunga-bunga.

Semakin lama aku berjalan semakin jauh meninggalkan hutan, suara burung sudah digantikan dengan suara jangkrik dan belalang disahuti oleh suara kodok ketika kita melewati sawah. sampai kira-kira 06.30 sore aku baru sampai ke rumah. dengan segera aku mengetuk pintu dapur terdengar suara orang yang berjalan kemudian pintu terbuka lebar terlihatlah Ati yang menatap heran ke arahku.

Setelah pintu terbuka, aku pun masuk kemudian menyimpan pikulan yang sangat berat di atas pelupuh, nafasku memburu keringat bercucuran membasahi tubuh.

"Akang membawa apa, Terus kenapa baju akang terlihat cupang camping? di bagian belakang sobek terus bagian tangannya juga kenapa sampai menghilang." tanya istriku dengan menatap penuh heran.

Aku tidak menjawab pertanyaannya, aku mendudukkan tubuh sambil menyeka keringat, membuka tali golok yang melingkar di pinggang

"Sekarang akang sangat capek, Tolong ambilkan air minum!"

Istriku yang masih kebingungan namun dia sadar dengan kewajibannya, dia tidak bertanya lagi. mengambil mug lalu diisi oleh air teh, aku meneguknya dengan begitu cepat sehingga terdengar gelekan dari tenggorokan.

"Kenapa pulangnya sampai gelap?"  tanya istriku kembali.

"Akang hari ini perginya sangat jauh, sampai kemalaman di jalan."

"Terus apa yang dibungkus menggunakan daun jati, jamur atau jantung pisang?"

"Yang ini daging Kijang, sedangkan yang ini daging macan tutul." jawabku sambil menunjuk ke arah 2 bungkusan yang dipisahkan.

"Memangnya Akang berburu sama siapa, kok bisa sampai dapat daging Kijang?"

"Sama Kang Jaya. ke mana si Dudung? kalau ada tolong suruh antarkan daging Kijang ke neneknya, mumpung masih segar." jawabku yang memindai keadaan sekitar mencari keberadaan anakku.

"Si Dudung Sedang tidak ada di rumah, tadi sore dijemput oleh Amin untuk diajak ke kampung Cicukang, menemui saudaranya Untuk mengantarkan titipan dari bapaknya amin."

"Oh ya sudah kalau tidak ada, besok aja suruh dia untuk Mengantarkan daging Kijang." jawabku sambil meneguk kembali air teh yang berada di dalam mug.

"Sekarang mendingan Akang mandi dulu terus salat magrib, soalnya Sebentar lagi mungkin waktu Isya akan datang." ujar Istriku yang selalu mengingatkan kewajiban.

"Tapi tolong urus daging Kijang itu, namun jangan dicampurkan dengan daging macan."

"Lagian kenapa daging harimau dibawa ke rumah, nanti suka ada sesuatu yang tidak diinginkan!"

Mendengar peringatan Ati aku tidak menggubrisnya dengan segera bangkit kemudian mengambil handuk lalu pergi ke WC yang berada di samping rumah. Setelah membersihkan tubuh aku pun menunaikan kewajibanku sebagai seorang muslim meski tidak tepat waktu.

1
Sri Ningsih
ceritanya jdi ngalor ngidul😒
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!