Andrea Meyla anak tunggal dari Anadiya dan Akbar.
Bertubuh mungil, Rambut hitam panjang sedikit bergelombang, wajah cantik, putih mulus, bersih, bermata gelap.
Dia suka tidur, membaca, ngemil, mojok di perpustakaan, dan berenang. Dia paling mahir gaya batu! hehe.
Bilang saja suka berendam tapi tidak bisa berenang.
Dia akrab dipanggil Rere gadis yang ceria, mudah bergaul dengan siapapun.
Punya hobi lain yang gak banyak orang tau, hobi memanah dan menembak.
Tinggal bersama Rita dan Daniel, mereka adalah Oma dan opanya. Namun tidak lama, Daniel meninggal dunia karena serangan jantung.
Andrea tidak pernah menggubris kedua orang tuanya yang sudah lama berpisah alias cerai.
Rere sangat menginginkan sebuah keluarga lengkap nan bahagia sudah sirna sejak dia duduk dibangku menengah pertama. Gadis itu tidak pernah ikut campur urusan rumah tangga ayah dan bundanya lagi setelah berpisah.
Meskipun tidak ada KDRT, tak ada pedang hanya bermodalkan mulut perang pun jadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ladysti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lelah
...🌼 Putih Abu-Abu 🌼...
Rere menoleh ke sumber suara itu berasal.
"Ayo, naik!" Titah Andre yang tiba-tiba mengulurkan helm.
Tanpa banyak bicara dia menerima dan naik ke atas motor Mr killer, 'malunya nanti aja deh, yang penting sekarang sampai sekolah dulu' pikirnya.
Baru juga 5 menit berjalan, Andre merasa tubuh Rere melemas. Ya, Dia tertidur dipunggung gurunya, "loh. Kok tidur ni anak, bahaya buat kesehatan jantung, hati, paru-paru, tenggorokan" geram Andre dan menepikan motornya.
"Re! Bangun dulu, Kamu mandi ga sih sebelum berangkat sekolah! Gimana bisa tidur disaat seperti ini, bikin repot saja kamu" ucap Andre menepuk pipi sedikit chubby milik Andrea, tak sengaja Andre menyentuh bibir gadis itu tak sengaja pula ia melihat bekas luka kemarin saat menimpanya. Dan benar saja saat ini jantung Andre sedang berdisko dipagi hari.
"Lima menit aja kok, oma. lima menit" masih dengan keadaan matanya yang terpejam Rere yang susah bangun itu masih sempat mengigau.
"ga ada Oma, Gak ada lima menit"
"minum dulu"
"hai! Buka mata kamu, astaga!?" Pekiknya lagi.
Rere hanya nyengir "maaf pak, saya ngantuk banget. Mau bolos tapi hari ini ulangan matematika" akhirnya sedikit sadar.
"Bagaimana bisa kamu sengantuk ini, bahaya buat kamu, tau!. Gimana tadi kalau bukan saya yang nyamperin kamu, kalau orang aneh gimana? Buat khawatir saja" gerutu Andre.
"ya sudah kamu pegang pinggang saya kuat kuat. Jangan tidur!" Ucap Andre sedikit kesal namun ada rasa suka. Ntah lah hanya dia yang tau.
"Iya. Iya. Ini sudah pegang kuat kok. Nanti turunkan saya dikantin bawah ya pak" Rere yang mulai kesal dengan tutur kata Andre yang seperti ibu-ibu rumpi.
'duh bahaya, dia masih ngantuk. Harus cepat nih. Oh my God, astaga Andrea!. Kamu pegang apa sih. Disuruh pegang pinggang, malah pegang yang lain!. Aku lelaki normal yang bisa saja khilaf, ampuni hamba!' batin guru muda ini meronta ronta.
"Saya sama sekali gak bisa merem semalam gara-gara pak Andre" isi hatinya tiba-tiba keluar begitu saja.
"Kenapa kamu nyalahin saya? Siapa yang tiba-tiba nabrak dan gak lihat jalan?" Andre membela diri.
"Tadinya saya malu banget ketemu sama pak Andre, sekarang pun saya gak sanggup melihat wajah pak Andre" ucap Andrea lirih, namun jelas ditelinga pria itu.
Sepanjang perjalanan Andre dan Rere berdebat, namun Andre tidak bisa benar-benar marah sekarang.
Akhirnya Andre menangkup kedua tangan gadis itu hingga lokasi, Rere terus menolak berpegang.
Beruntung Rere cepat sadar dan turun dari motor dengan selamat, ta lupa juga berterimakasih pada gurunya.
Andre bergegas pulang kembali kerumahnya, pria itu tiba-tiba mengurungkan niatnya untuk ke suatu tempat.
Sesampainya dikamar mandi. Andre menenangkan diri dan menenangkan bagian dirinya yang lain,
Andre terus menerus bernafas panjang.
"Huuufft!"
"Ini baru setengah tujuh, tapi sudah lelah seperti ini" Andre bergumam sendiri sambil melirik miliknya yang sudah tenang.
Andre membuka laci meja dikamarnya, pria itu memandang i kotak kecil yang berisikan cincin mendiang sang mama.
"Sepertinya aku harus melamarnya setelah hari kelulusan, ntah dia menerimanya atau tidak. Tapi hati ini sudah tidak bisa dibohongi lagi" Andre berbicara sendiri sambil memandang isi kotak tersebut.
Bersambung