Jejak Kelabu

...•...

...•...

...•...

...~Selamat Membaca~...

...°°...

Beberapa tahun keluarga Liona pindah di sini. Pindah di tempat baru untuk berusaha merubah nasib mereka. Ekonomi keluarga Liona tiap tahun kian membaik. Memang untuk perihal ekonomi ada naik turunnya tapi beberapa tahun saat ini ekonomi keluarga Liona sudah stabil.

Keluarganya tidak lagi merasa kesusahan seperti dulu-dulu. Adiknya sekarang juga baru selesai kuliah dan bekerja bersama ayahnya di tambang. Kakaknya sudah berkeluarga dan memiliki 2 anak laki-laki. Kakak dan suaminya menetap di tempat tinggalnya dulu dan menjadi dosen di sana.

Ibunya dibangunkan toko yang lebih besar dibandingkan toko di tempat tinggalnya dulu oleh ayah di samping rumah mereka. Sekarang ibu juga memiliki 2 karyawan yang membantunya karena pelanggan toko ibu ini lumayan banyak juga jadi ibu kuwalahan dan aku sendiri hanya bisa membantunya ketika senggang saja. Jadi ibuku mencari orang dan akhirnya dapat sudah 4 tahun mereka bekerja dengan ibuku.

Sore ini Kakak, suami dan anak-anaknya main di sini. Membawa berita tak terduga. Bercerita bahwa sepupunya akan mengadakan acara pertunangan. Acara pertunangan Aurel sepupuku.

Aurel adalah anak satu-satunya Om Liona, Om Darmawan, Om Darmawan adalah kakak laki-laki dari ibuku. Ibuku memiliki 9 saudara. Jika diurutkan Om Darmawan itu kakak ke 5 dan ibuku itu yang ke 6. Masih ada Omku yang lain.

Seingat Liona sebelum dia pindah di sini, Aurelin masih duduk di bangku SMA ternyata sekarang sudah menikah juga. Liona dengar-dengar sekarang dia bekerja sebagai seorang pramugari di sebuah maskapai nasional.

Tentu cocok dengan Aurelin. Liona akui Aurelin ada seorang gadis yang cantik, dengan kulit putih dan tinggi semampai pasti sesuai dengan pekerjaannya. Pasti sekarang tambah cantik lagi semoga juga dengan sifatnya juga. Karena dulu sifatnya sedikit angkuh dan keras kepala sehingga tidak begitu cocok dengan Liona. Mungkin karena anak tunggal dan selalu apa-apa dituruti oleh kedua orangtuanya.

Pernah dulu waktu Liona masih kecil dan hidup dalam kekurangan. Liona merasa sakit hati karena ucapan Aurelin yang mengejek Liona anak miskin yang berangkat sekolah aja jalan kaki, di sekolah tidak beli jajan karena tidak punya uang saku, memakai barang bekas miliknya dan lalu diceritakan ke teman-teman sekelasnya.

Liona dulu ingin membalas tapi oleh Ibunya dilarang. Liona diberikan nasehat oleh ibunya. Liona harus punya sabar, sabar yang lebih luas lagi. Nanti di kehidupan waktu Liona besar dan dewasa nanti kehidupan akan lebih butuh perjuangan.

Apa yang disampaikan oleh ibunya hingga saat ini membekas dihari Liona.

Meskipun ada ikatan saudara, Liona dan Aurelin tidak begitu akrab ya mungkin karena hubungan mereka di waktu kecil sudah buruk.

Acara pertunangan sepupuku Aurelin akan diadakan Minggu depan. Acara pertunangan yang diadakan di tempat tinggalku dulu karena juga tempat tinggalnya di sana. Jadi kakakku selain main di sini sekaligus menjemput ibuku untuk ke acara pertunangan Aurelin. Ayah dan adik Liona tidak bisa ikut juga karena jatah libur mereka masih 2 bulan lagi.

Liona pun sama karena Liona masih belum libur sekolahnya jadi Liona tidak bisa hadir dan ikut ke acara pertunangan sepupunya itu.

Setelah acara pertunangannya 2 bulan kemudian rencananya akan langsung diadakannya pernikahan.

"Beneran Na, kamu nggak bisa ikutan?" tanya kakak perempuan Liona sore itu

"Beneran nggak bisa kak, apalagi di sana nggak mungkin hanya sehari, pasti paling nggak 2 hari itu aja terhitung sama perjalanannya."

"Beneran sayang lho...."

"Calon suami Aurelin kerjanya jadi pengusaha penerus keluarga."

"Ganteng juga." kata kakak Liona meneruskan

"Emangnya kakak sudah tahu calon suami Aurelin itu?" kata Liona

"Belum masih katanya, tapi kan nantinya juga waktu acar tunangan Aurelin tahu."

"Oh, gitu." Jawab Liona sekenanya.

"Kamu sendiri gimana Lin."

"Kamu sama Aurelin beda 4 tahun juga kan. Kan Aurelin hampir seumurannya adek." kakak Liona melanjutkan lagi

"Lalu." jawab Liona

"Sudah ada pandangan belum. Nikahnya kapan." kata Kakak Liona

"Belum tahu kak...."

"Tapi ada niat untuk menikah kan..."

"Kalau tentang niat pasti ada kak, aku sedang memantaskan diriku untuk menjemput jodohku nanti, untuk datangnya kapan itukan ketetapannya Tuhan, Tuhan yang mengatur kak...." jawab Liona

"Iya Na, semoga segera ketemu dan menyusul ya."

"Aku nggak mau kamu diomong-omongin kalau nggak laku. Adekku yang manis ini masa dikatakan nggak laku sama itu tuh sama Tante Mira, peh anaknya mau tunangan." kata Kakak Liona menggebu-gebu

"Sudahlah kak aku nggak papa, toh aku bisa di sini."

"Siapa tahu pas kamu di sana kamu juga ketemu jodohmu Na." kata kakak Liona

"Aamiin" jawab Liona

"Bunda......nda...Bunda....Kayla rewel nih tolong aku mau ke kamar mandi dulu." kakak iparku Mas Rendi memanggil kakakku dari ruang santai.

"Iya, iya, ini mau ke sana."

"Mbak tak ngurusin Kayla dulu ya, Na."

"Itu masih banyak to tugasmu."

"Iya mbak, kasian Kayla kedengaran nangisnya dari sini."

"Iya mbak lumayan banyak."

"Mbak tinggal dulu ya."

Ceklek

Setelah itu Kakak Liona menutup pintu kamar Liona dari luar. Liona berhenti mengetik. Berpikir tentang apa yang disampaikan oleh Kakaknya tadi. Mengenai jodoh. Hati dan pikirannya tertuju pada sosok yang masih belum bisa hilang dari ingatannya.

Sedang apa ya dia sekarang. Pasti lebih dewasa dan semoga lebih sukses dari sebelumnya. Semoga di sana juga dalam keadaan sehat dan selalu berbahagia.