Another Life

Rena keluar dari ruang ujian dengan santai. Di saat peserta lain keluar dengan wajah cemas, ia keluar dengan senyum tenang. Dirinya yakin bisa meraih skor tinggi di ujian kali ini.

“Sudah selesai?”

Suara berat di belakang Rena membuat gadis itu terlonjak kaget.

“Papa? Kenapa papa di sini?” tanya Rena dengan ekspresi heran.

“Untuk menjemputmu, memangnya apa lagi?” jawab Hendra acuh.

Rena mengernyitkan dahi, antara bingung dan kesal.

‘Bisa santai sedikit tidak?!’ tentu itu hanya suara hati Rena.

Setelah itu, mereka pun memasuki mobil hitam Hendra. Sejak mobil itu berjalan, suasana canggung tercipta di antara mereka. Sepertinya bukan hanya Rena yang tidak nyaman dengan situasi ini, tetapi Hendra juga. Buktinya pria berusia 60 tahun itu berinisiatif memulai pembicaraan.

“Bagaimana tadi?” tanya Hendra tanpa mengalihkan pandangan dari jalan.

Rena yang diajak berbicara pun menoleh, “tidak susah. Aku bisa mengerjakan semuanya.”

“Tidak susah? Kamu tidak asal-asalan mengerjakan semua soal, kan?” tanya Hendra dengan nada suara penuh selidik.

“Entah. Tunggu saja hasilnya nanti,” jawab Rena acuh.

“Rena, jangan main-main!” geram Hendra yang khawatir jika anaknya benar-benar menjawab soal secara sembarangan.

“Papa yang jangan memulai perdebatan!” sahut Rena kesal, “aku sudah melakukan yang terbaik. Kenapa papa selalu saja mengajakku bertengkar?!”

Hendra hanya diam mendengar suara sang anak yang mulai meninggi. Pria arogan itu menurunkan gengsi untuk tidak berteriak kembali. Rena yang sekarang benar-benar tidak mau kalah jika sudah bertengkar.

“Baiklah. Kapan jadwal wisudamu?” tanya Hendri mengalihkan topik pembicaraan.

“Bulan depan. Sehari sebelum pengumuman ujian seleksi,” jawab rena sambil memandang ke luar jendela mobil.

Hendra mengangguk paham, “kamu bisa fokus olahraga dan menurunkan berat badanmu sebelum hari wisuda.”

Rena hanya diam mendengar perintah dari papanya. Tanpa diberi tahu pun, ia pasti akan melakukannya. Tapi mendengar perintah itu secara langsung dari Hendra, entah mengapa membuat telinganya panas karena kesal.

...----------------...

Malam harinya, seluruh keluarga Airlangga berkumpul untuk makan malam, termasuk Rena. Awalnya gadis itu menolak bergabung, tapi sang mama terus meminta agar dirinya ikut makan bersama.

Menu makanan yang tersedia sangat beragam seperti biasa, tapi di piring Rena hanya tersaji salmon panggang dan telur rebus. Rena sendiri yang meminta menu makan malam seperti itu. Yohana pastinya sangat senang melihat putri bungsunya punya inisiatif sendiri untuk berdiet.

“Papa, ada yang mau aku sampaikan,” ucap Flo yang mengundang atensi semua orang.

“Apa?” tanya Hendra.

“Aku ingin menikah dengan Kevin.”

Perkataan Flo membuat Rena sangat terkejut. Bukan apa-apa, tapi menurutnya ini sangat tiba-tiba. Ia semakin dibuat terkejut karena hanya dirinya-lah yang terkejut. Papa, mama, dan kakak pertamanya tidak terlalu menunjukkan reaksi yang berarti.

“Minta kekasihmu itu untuk datang bersama orang tuanya. Kita semua harus makan malam bersama sambil membicarakan pernikahan kalian,” ujar Hendra dengan nada santai.

Flo tersenyum senang mendengar ucapan sang papa yang memberikan restu kepadanya.

“Kalau bisa lebih cepat lebih baik,” imbuh Hendra, “ayahnya Kevin seorang menteri kesehatan dan pemilik Adhitama Pharmacy, kan? Berbesan dengan mereka akan sangat menguntungkan rumah sakit kita.”

Rena tertegun mendengarkan ucapan Hendra. Berbeda dengan dirinya, anggota keluarga yang lain bersikap sangat santai seolah-olah pembicaraan mengenai harta dan relasi sudah menjadi hal biasa untuk mereka.

“Kamu sangat pandai memilih pasangan, Sayang. Mama bangga denganmu,” ucap Yohana yang dibalas dengan senyum manis Flo.

‘Wah, ternyata begini cara kerja orang kaya,’ batin Rena.

Dua bulan tinggal di keluarga konglomerat membuat Rena paham seluk beluk tentang kehidupan orang kaya. Semuanya tentang harta dan kekuasaan, serta kesempurnaan.

...----------------...

Rena benar-benar bekerja keras satu bulan ini. Ia melakukan diet ketat dan menjalani olahraga yang cukup keras untuk menurunkan berat badannya. Saat di acara wisuda nanti, ia ingin teman-teman yang dulu merundungnya terpaku dengan perubahan penampilannya.

Berhenti mengonsumsi nasi, makan hanya 1000 kalori per hari, lompat tali setiap pagi, pergi ke gym 5 kali seminggu. Semua ia lakukan demi menurunkan berat badan. Walaupun beberapa kali ia sempat jatuh lemas, tapi dirinya tidak peduli. Didukung dengan Yohana yang selalu mengawasi perkembangan dietnya.

Lihat sekarang, tubuh tinggi Rena tampak ideal dengan berat badan 55 kg. Perjuangan dietnya selama total tiga bulan, kini telah membuahkan hasil.

“Rena, kamu sudah siap?” tanya Yohana sembari berjalan memasuki kamar Rena.

“Sudah, Ma,” jawab Rena sambil tersenyum puas menatap pantulan dirinya dicermin.

“Cantiknya anak mama,” ucap Yohana bangga, “setelah menurunkan beberapa kilogram lagi, kamu pasti akan sangat sempurna.”

Rena hanya tersenyum mendengar pujian setengah-setengah itu. Untuk pertama kalinya sang mama memujinya cantik, baik setelah tubuh Rena dan Alisa tertukar maupun sebelumnya. Yohana tidak pernah sekalipun memuji Rena dengan sebutan ‘cantik’, karena ia menganggap Rena yang dulu tidak sempurna dengan tubuh gemuknya.

“Ayo kita turun, papa sudah menunggu di bawah,” ajak sang mama.

Mereka pun segera turun ke lantai bawah. Hari ini adalah hari dilaksanakannya upacara wisuda kelulusan Rena. Gadis itu tampak sangat manis dengan polesan make up tipis di wajah gembilnya yang imut, serta lensa kontak berwarna coklat sebagai pengganti kacamata.

Rena pergi ke acara wisuda bersama dengan Hendra dan Yohana. Kakak-kakaknya akan datang saat sesi foto nanti, karena mereka berdua masih ada pekerjaan di Arial Entertainment.

Sesuai harapan Rena, semua orang yang hadir di acara wisuda itu mengalihkan pandangannya ke arah putri bungsu keluarga Airlangga. Mereka tidak menyangka jika gadis gemuk yang dulu selalu mereka rundung bisa berubah menjadi secantik ini.

Acara wisuda berlangsung dengan lancar. Rena bahkan dipanggil ke atas panggung karena berhasil meraih nilai ujian kelulusan tertinggi. Ia berdiri di atas panggung bersama dengan para murid berprestasi lainnya. Hal itu tentu membuat Hendra dan Yohana merasa sangat puas.

Sekarang adalah sesi foto. Di saat temannya yang lain sibuk berfoto dengan teman-teman-teman se-circle, Rena hanya berfoto dengan keluarganya saja. Toh, ia juga tidak terlalu peduli dengan acara foto-foto ini.

Tetapi ia tidak melewatkan kesempatan ini untuk memamerkan perubahannya kepada dunia. Ia pun segera meminta kakak perempuannya untuk mengambil foto dirinya, lalu ia unggah foto itu ke Instagram.

Tidak banyak yang memberikan like pada fotonya itu karena memang ia tidak punya banyak pengikut di Instagram. Tapi ada satu notifikasi yang membuat dirinya tersenyum puas.

[@andrea.arr : besok datang ke Arial. CEO ingin bertemu denganmu.]

Sudut bibir Rena tertarik ke atas.

“Kalian semua memang mengutamakan penampilan, ya.”

...----------------...