" Mas Wira, kalau sudah besar nanti, Mega mau menikah dengan mas Wira ya?! pokoknya mas Wira harus menikah dengan Mega..?!" ucap gadis kecil itu sembari menarik lengan Wira.
Mendengar rengekan Mega semua orang tertawa, menganggapnya sebuah candaan.
" Mas Wira jangan diam saja?! berjanjilah dulu?! mas Wira hanya boleh menikah dengan Mega! janji ya?!" Mega terus saja menarik lengan Wira.
Wira menatap semua orang yang berada di ruangan, bingung harus menjawab apa,
" mas Wira?!" Mega terus merengek,
" iya, janji.." jawab Wira akhirnya, sembari memegang kepala gadis kecil disampingnya.
Namun siapa sangka, setelah beranjak dewasa keduanya benar benar jatuh cinta.
Tapi di saat cinta mereka sedang mekar mekarnya, Mega di paksa mengikuti kedua orang tuanya, bahkan di jodohkan dengan orang lain.
bagaimanakah Nasib Wira, apakah janji masa kecil itu bisa terpenuhi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sebagai kekasihmu
Mega berjalan pelan, menuju toko Bu Wiwin.
kebetulan toko Bu Wiwin tidak begitu jauh dari rumah Kakung, jaraknya sekitar lima ratus meter.
Sebagian orang memilih menggunakan sepeda motor,
Namun Mega sengaja berjalan kaki.
Ia ingin membeli beberapa bahan untuk membuat kue,
Lama lama ia bosan juga tanpa kesibukan.
Setelah membeli segala keperluannya untuk membuat kue, Mega berjalan kembali ke arah rumah Kakung.
" Kau beli apa nduk?" tanya ibu Wira buru buru keluar saat melihat Mega berjalan di depan rumahnya.
" beli bahan kue budhe," jawab Mega tersenyum,
" mau buat kue?"
" iya budhe, iseng iseng.. Mega bosan.."
" wah, budhe di incip incip ya nanti?!"
" iya budhe, itu sudah pasti.." jawab Mega, lalu segera berjalan kembali ke arah rumah.
" Mega?!" panggil seseorang saat Mega sudah melewati pagar rumah Kakung.
" Mas Ferdi?" Mega berjalan keluar kembali,
" apa kabar Mega?" tanya Ferdi turun dari motor,
" baik, mau kemana mas?" tanya Mega,
" jalan jalan sore saja, ingin mengobrol denganmu sebenarnya sih, tapi Ndak enak sama Kakung mu.." kata Ferdi.
" Iya, Kakung mungkin heran, mas Ferdi tidak pernah kerumah kok tiba tiba kerumah.." Mega tertawa,
" yah namanya juga ingin mengobrol denganmu, kalau dulu kan jangan kan mengobrol,
Menyapamu saja aku sungkan,
Wira tidak lepas darimu,"
" lah sekarang?"
" kau kan sudah menikah Mega, jadi aku tidak sungkan lagi pada Wira..
Apa kau masih lama disini Mega?"
" sepertinya masih lama,"
" wah, senang bisa bertemu denganmu lebih lama jadinya,"
Mega hanya tersenyum, sejujurnya ia risih, tapi tidak sopan jika ia bersikap acuh.
Karena fokus berbincang, Mega sampai tidak tau kalau Wira baru saja pulang, laki laki itu sedang memarkir motornya di teras rumah ibunya.
Namun tatapannya pada Mega dan Ferdi tidak biasa.
Laki laki itu berjalan ke arah Mega dan Ferdi, langkahnya tenang.
" Apa kabar fer?" tanya Wira memutus pembicaraan antara Mega dan Ferdi.
" lho? Wira?" Ferdi terlihat kaget, ia menatap Wira dari atas ke bawah, masih berseragam lengkap.
" kau baru pulang?" tanya Ferdi,
" iya, kau sendiri?" tanya wira menatap Ferdi, setelah melirik Mega sekilas.
" jalan jalan sore saja, kok tiba tiba melihat Mega di depan rumah, Ku ajaklah ngobrol.." jawab Ferdi tersenyum,
" kau sibuk sekali ya? sudah tidak pernah main kerumah?" tanya Ferdi pada Wira,
" kau yang sibuk, sampai lupa denganku,"
" hahahaha.. Mana berani aku lupa padamu, yang ada aku sungkan, kau sudah jadi orang sukses sekarang.." Ferdi menepuk lengan Wira.
" ya sudah, aku lanjut dulu, lain kali kita sambung,
Mega? Aku pergi dulu ya?" pamit Ferdi.
Mega tentu saja hanya tersenyum.
" Bukankah aku sudah bilang, hati hatilah dengan Ferdi?" kata Wira saat Ferdi sudah pergi menjauh,
" bukan keinginanku untuk berbincang dengannya, dia memanggilku saat aku di depan pagar, tidak mungkin aku pura pura tidak mendengarnya mas," jelas Mega.
" Gosip tentangmu yang tidak Baik baik saja dengan suamimu sedang santer,
Dia juga pasti sudah mendengarnya, karena itu dia sampai berani berkunjung kerumahmu kapan hari itu." terlihat sekali ketidak nyamanan wira karena kehadiran Ferdi.
" kenapa harus aku yang kau salahkan mas?"
" aku tidak menyalahkanmu Mega.. Hanya saja.."
Belum selesai Wira bicara, Mega sudah berbalik dan berjalan pergi.
" aku masih bicara Mega?" ujar Wira mengikuti langkah Mega masuk ke halaman rumah Kakung.
" aku tidak mau mendengar kata katamu yang tidak masuk akal bagiku." ujar Mega sembari berjalan.
" yang mana yang tidak masuk akal bagimu?"
" kata katamu seakan aku sengaja memberi ruang untuk laki laki itu."
" tidak begitu? Hanya saja.."
" hanya saja apa?" potong Mega sembari berbalik, menatap Wira serius.
" Aku kesal Mega, aku menahan rinduku seharian..
Tapi ketika aku pulang,
Aku malah melihatmu berbincang dengan laki laki lain," ujar Wira akhirnya.
" Laki laki itu teman baikmu dulu, dan aku juga mengenalnya? Bagaimana caraku mengabaikannya?"
" jika sekali lagi dia datang padamu, aku akan memperingatkannya."
" sebagai apa mas akan memperingatkannya?" tanya Mega,
Membuat Wira terdiam sesaat.
" sebagai kekasihmu tentu saja." jawab Wira tegas akhirnya.
" Kau akan di tertawakan oleh seluruh orang kampung mas," Mega mengulas senyum pahit.
" tidak masalah. Aku tidak masalah di benci semua orang, di gunjing semua orang, asal aku bisa bersamamu."
" hentikan mas, apa yang kau katakan tidak bisa kau pertanggung jawabkan." Mega kembali berbalik dan berjalan,
Mendapat perlakuan seperti itu dari Mega tentu saja Wira semakin kesal.
Dengan gerakan cepat laki laki itu menarik tangan Mega.
Membawa perempuan itu berjalan keluar halaman Kakung.
" mas?!" protes Mega tapi tak di dengar, karena tarikan tangan Wira begitu kuat, Mega terpaksa mengikuti langkah Wira.
Ternyata Mega di bawa kerumah ibu Wira.
" Lho? Katanya mau bikin kue Mega?" tanya ibu Wira saat melihat Wira menarik Mega masuk ke dalam rumah.
" budhe?!" Mega terlihat kesulitan, bahkan bungkusan plastik yang di tangannya kirinya sampai jatuh ke lantai.
" Kau apa apaan Wira?!" sekarang ibunya yang protes, tapi Wira tidak mau mendengar siapapun, laki laki itu menarik Mega ke dalam kamarnya.
" jangan ganggu Wira Bu." ujarnya dengan nada datar sebelum akhirnya menutup pintu kamarnya dan menguncinya.
Melihat itu ibunya hanya bisa mundur, mengelus dadanya pelan,
" duh.. Gusti.." keluh ibu Wira,
Lalu mengambil bungkusan plastik yang berisi bahan bahan kue Mega yang terjatuh di lantai.
msh ada hati dn perasaan sedih lihat anknya bersimpuh.. menyelamatkan dirinya. 🙄
mbk Ayu the best ❤❤❤
sangat arogan sekali