NovelToon NovelToon
Cinta Suci Untuk Rheina

Cinta Suci Untuk Rheina

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / Slice of Life
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nofi Hayati

Tidak ada pernikahan yang sulit selama suami berada di pihakmu. Namun, Rheina tidak merasakan kemudahan itu. Adnan yang diperjuangkannya mati-matian agar mendapat restu dari kedua orang tuanya justru menghancurkan semua. Setelah pernikahan sikap Adnan berubah total. Ia bahkan tidak mampu membela Rheina di depan mamanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nofi Hayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terusik Kembali

Pagi itu, Rheina bangun lebih awal dari biasanya. Dia melangkah ke dapur dan mulai menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Zahid. Suasana rumah terasa sepi, hanya ada suara kicauan burung di luar jendela yang terbuka. Matahari perlahan mulai naik, menghangatkan ruangan dengan sinarnya yang lembut.

Setelah menyiapkan sarapan, Rheina membangunkan Zahid yang masih terlelap di kamar. “Sayang, bangun yuk. Kita harus bersiap-siap ke sekolah,” bisiknya lembut sambil mengelus rambut putranya yang sudah berusia tiga tahun itu. Zahid membuka matanya perlahan, tersenyum melihat wajah ibunya yang penuh kasih sayang.

“Ma, hari ini ada acara apa di sekolah?” tanya Zahid dengan mata berbinar.

“Hari ini ada kegiatan bermain di taman. Kamu pasti senang,” jawab Rheina sambil membantu Zahid mengenakan seragamnya. Mereka berdua kemudian menikmati sarapan bersama sebelum berangkat ke sekolah.

Di sekolah,setelah mengantarkan Zahid ke dalam kelas dan bergabung dengan teman-temannya, Rheina melangkah ke kantor, wanita berlesung pipi itu disambut dengan ramah oleh rekan-rekannya. Suasana sekolah yang penuh semangat dan tawa anak-anak selalu berhasil mengusir kelelahan yang ia rasakan. Mengajar adalah panggilannya, dan melihat anak-anak belajar dengan antusias memberi kekuatan tersendiri baginya. Di tambah lagi sekolah tempat ia mengajar juga memiliki tingkatan yang lengkap mulai dari PAUD sampai SMA, jadi ia bisa selalu bersama dengan putranya setiap waktu.

Saat jam istirahat, Rheina melihat Zahid tampak gembira bermain dengan teman-temannya di taman. Sesekali, dia melirik ke arah Rheina yang sedang memperhatikannya dari bangku taman. Di saat-saat seperti itu, Rheina merasa ada kebahagiaan yang tak tergantikan. Meski berat, dia bertekad memberikan yang terbaik bagi putranya.

Namun, di balik senyumnya, ada perasaan yang tak bisa disangkal. Ketidakpedulian Adnan terhadap putranya membuat hati Rheina terluka. Meski begitu, dia berusaha tegar. Baginya, yang terpenting adalah kebahagiaan dan masa depan Zahid.

Hari berlalu, dan ketika sore tiba, Rheina dan Zahid pulang ke rumah. Setelah makan malam, mereka duduk bersama di ruang keluarga, membaca buku cerita sebelum tidur. “Ma, Zahid sayang mama,” kata Zahid sambil memeluk ibunya erat.

“Mama juga sayang Zahid,” jawab Rheina sambil mengecup kening putra semata wayangnya. Dalam hati, dia berdoa agar masa depan Zahid selalu cerah dan penuh kebahagiaan.

Dalam kesunyian malam, Rheina merenung. Dia sadar bahwa perjalanan hidupnya tidaklah mudah, tetapi dia yakin bahwa dengan cinta dan keteguhan hati, dia mampu menghadapinya. Dan selama ada Zahid di sisinya, dia tahu bahwa segalanya akan baik-baik saja.

Rheina baru saja membaringkan tubuh lelahnya di kasur. Tiba-tiba, ia mendengar pintu depan rumahnya diketuk. Wanita itu melirik jam dinding dan mengernyit saat melihat jarum jam menunjukkan pukul sepuluh lewat lima. Dengan malas, ia melangkah menuju ruang tamu untuk mengetahui siapa yang datang. Namun, di saat yang sama, ayahnya juga melakukan hal yang sama.

“Biar Papa saja yang membuka pintunya, kamu masuk saja. Takutnya nanti Zahid terbangun dan histeris kalau kamu tidak ada di kamar,” ujar ayahnya.

Rheina yang sudah mengantuk mengikuti perintah ayahnya dan melangkah ke kamar. Tidak sampai lima menit, ia mendengar suara ribut-ribut di ruang tamu. Ia sangat mengenal suara itu—suara Adnan, mantan suaminya, yang mengiba-iba kepada ayahnya untuk bisa bertemu dengannya dan Zahid. Sudah lama pria itu tidak menemui mereka. Untuk apa ia sekarang kembali di saat Rheina sudah mulai berdamai dengan keadaan?

Rheina berusaha mengabaikan suara tersebut dan menarik selimut menutupi tubuhnya. Namun, pikiran dan perasaannya bergejolak. Kenangan pahit masa lalu dan kekecewaan yang ditinggalkan Adnan kembali menghantui. Mengapa ia harus muncul kembali di saat keadaan sudah tenang?

Di ruang tamu, Adnan terus memohon. "Pak, tolong izinkan saya bertemu dengan Rheina dan Zahid. Saya merindukan mereka, saya ingin memperbaiki kesalahan saya."

Ayah Rheina tetap tegar. "Adnan, kamu sudah membuat pilihanmu dulu. Rheina dan Zahid berhak mendapatkan ketenangan. Tidak ada yang bisa kamu perbaiki dengan datang larut malam begini."

Rheina mendengarkan setiap kata dengan hati yang perih. Ia tahu bahwa ini bukan pertama kalinya Adnan memohon. Tapi kali ini, Rheina merasa lebih kuat. Ia tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Dengan napas yang dalam, ia berusaha menenangkan hatinya dan kembali mencoba tidur.

Namun, ketukan di pintu kamarnya menghentikan usahanya. Suara ayahnya lembut di balik pintu, "Rheina, Adnan ingin berbicara denganmu. Kamu ingin menemuinya?"

Rheina terdiam sejenak sebelum menjawab, "Tidak, Pa. Sudah cukup. Aku ingin fokus pada Zahid dan hidup kita sekarang."

Ayahnya mengangguk mengerti meski ia tahu Rheina tidak bisa melihatnya. "Baiklah, Nak. Istirahatlah. Papa akan bicara lagi dengan Adnan."

Setelah papanya pergi, Rheina memeluk Zahid yang tertidur pulas di sampingnya, ia sangat yakin kalau hidupnya yang sudah mulai tenang ini akan kembali terusik oleh perilaku Adnan. Rheina berusaha memejamkan matanya, tetapi kedatangan Adnan tadi masih mengganggu pikirannya. Ketegangan di antara Adnan dan papanya begitu terasa hingga mempengaruhi tidurnya.

Pagi ini, meski tubuh dan pikirannya terasa lelah, ia tetap bersiap-siap untuk mengajar. Matahari belum sepenuhnya terbit saat ia bangun, menyiapkan sarapan untuk Zahid, putra kecilnya yang selalu ceria.

"Ma, lihat, aku sudah siap!" seru Zahid dengan gembira, sambil menunjukkan seragam sekolahnya yang rapi.

Rheina tersenyum, mencoba menyembunyikan rasa lelahnya. "Bagus, Nak. Mari kita sarapan dulu."

Selesai sarapan, mereka segera berangkat ke sekolah. Hanya butuh waktu beberapa menit untuk sampai, tetapi pagi itu terasa lebih lama dari biasanya bagi Rheina. Begitu tiba di halaman sekolah, Adnan muncul di hadapan mereka. Tanpa menunggu izin, ia langsung memeluk dan mencium pipi Zahid. Reaksi Zahid yang tidak nyaman terlihat jelas. Sudah lama sejak terakhir kali ia bertemu ayahnya.

Rheina menghela napas dalam-dalam. Ia tahu, pertemuan ini bukan waktu yang tepat. Melihat raut wajah Zahid yang berubah, ia tahu harus segera bertindak. "Aku antar Zahid dulu ke kelas," katanya tegas, menatap langsung ke mata Adnan. "Jangan berbuat sesuatu yang akan mengganggu mood dan mental Zahid."

Adnan terdiam, tangannya perlahan melepaskan pegangan dari bahu Zahid. "Aku hanya ingin bertemu anakku," ujarnya pelan.

Rheina tidak menjawab, hanya menggenggam tangan kecil Zahid dan berjalan menuju kelas. Di dalam hatinya, ia bertekad untuk melindungi putranya dari bayangan masa lalu yang masih membayangi hidupnya.

Sesampainya di depan kelas, Rheina berlutut di depan Zahid. "Nak, belajar yang baik ya. Mama akan selalu ada di sini untukmu," ucapnya lembut.

Zahid mengangguk, meskipun wajahnya masih sedikit bingung. "Iya, Ma."

Setelah memastikan Zahid masuk ke kelas dengan aman, Rheina kembali keluar. Adnan masih berdiri di tempat yang sama, menunggu dengan sabar. "Aku ingin kita bicara, Rheina," katanya dengan nada yang lebih lembut.

Rheina menatapnya sejenak. "Baiklah, kita bicara, tapi tidak di sini. Jangan sampai Zahid melihat kita bertengkar lagi."

Mereka berjalan ke tempat yang lebih tenang di sudut sekolah. Rheina berharap, ini bukan lagi tentang masa lalu mereka, tetapi tentang masa depan Zahid. Dengan hati-hati, ia mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Adnan, sambil berharap bisa menemukan solusi terbaik bagi anak mereka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!