My BOSS

Hampir jam 11 malam, acara makan malam sekaligus perbincangan bisnis telah usai dilakukannya.

"Okey, kita pulang, hati-hati dijalan Queen, benar kamu akan pulang sendiri?" Tanya Sammy memastikan.

"Iya Tuan Sammy, saya sudah biasa"

"Okey, hati-hati, aku duluan" ucap Sammy lalu pergi.

"Kita searah, bagaimana kalau bersamaku saja, aku kok merasa khawatir" kini Diky menawari.

"Tidak usah, biar nanti pulang bersama ku" sahut Arron segera.

"Oh, baiklah, aku setuju jika begitu, jaga dia baik-baik Arron, aku pergi dulu" Diky segera melesat dan pergi menuju kediamannya untuk beristirahat.

Queen masih terdiam, lalu menarik nafas dalam dan segera berbalik menatap Arron akan berpamitan.

"Saya_"

"Aku akan mengikuti mu dari belakang sampai di kontrakan mu, tidak ada penolakan dan cepatlah, ini sudah malam" potong Arron.

Mulut Queen yang tadi masih melongo segera di tutup, dan berbalik pergi diikuti oleh Arron di sampingnya, mau protes jelas tidak mungkin lagi, lah wong sudah di ultimatum duluan.

Kendati sudah malam, keadaan jalanan sedikit lengang, sepi dan nyaman, setelah Arron memastikan perjalanan Queen yang tinggal beberapa kilo lagi aman, Arron mengirim pesan segera berbalik pulang, Queen akhirnya lega, hingga Queen melewati sebuah tikungan, namun tiba-tiba _

Ciiit..!

Queen terkejut setengah mati, ada mobil yang menghadang mobilnya, beruntung responnya cepat dan kakinya segera menginjak rem.

"Shiit!, ada apa ini?!" Seru Queen dalam mobilnya sendiri, dan nampak disana empat orang sudah berada di depan mobilnya.

"Apa mobilku menabrak ya?" Queen bertanya-tanya, tak menyadari bahaya yang mengancam, lalu turun dengan segera.

"Ada apa Tuan?!" Seru Queen ingin menyelesaikan masalah dengan segera.

Namun keempat orang itu hanya diam saja, Queen makin merasa aneh dan detik berikutnya curiga akan sesuatu.

Dag!

Beruntung Queen langsung menghadang serangan kaki yang hampir saja mengenai wajahnya.

"Breng-sek, jadi mereka sengaja mencegat ku, mau bikin masalah rupanya" batin Queen sambil memperbaiki kuda-kuda dan senyuman tipisnya keluar begitu saja.

"Maju kalian!" Ucap Queen ke empat orang yang sudah memakai cadar untuk menyamarkan identitasnya.

Pertarungan tak terelakkan, Queen melompat dengan cepat, menyambar salah satu tangan mereka dan memitingnya, terdengar teriakan disana, Queen tersenyum puas dan membantingnya, satu lawan kini telah dilumpuhkan.

"Kalian salah memilih orang untuk membuat masalah!" Ucap Queen saat melihat tiga orang yang nampaknya begitu waspada menghadapi nya.

Ketiganya maju bersama, membuat sebuah formasi gerakan yang sudah tertata, Queen terkejut dan di buat bingung sejenak, ketiga musuhnya terus menyerang.

Tiga lawan satu tentu butuh konsentrasi yang lebih dari tadi, Queen segera mode serius kali ini, matanya mencurigai sesuatu dan benar saja.

Sret!

Senjata rahasia melayang dengan cepat, menyerang secara bersamaan kearah Queen dan satu diantaranya berhasil menggores kulitnya.

"Breng-sek!" Ucap Queen yang langsung menyerang balik, kali ini tak ada acara menghindari lagi, sudah cukup.

Gerakan Queen makin lama makin mengerikan, sangat cepat sampai tak terlihat oleh pandangan mata biasa

"Waspada!" Teriak salah satu dari mereka.

Bug!

"Akh!" Teriakan menggema, darah muncrat dari mulutnya, kemungkinan giginya tanggal entah berapa.

Queen tersenyum, meregangkan ototnya, rasanya sudah lama tak bermain-main sepanas ini, dan semakin membuatnya bersemangat kali ini.

"Katakan siapa yang menyuruh kalian!" Teriak Queen sambil terus maju membuat dua orang yang masih sehat dan ketakutan itu mundur perlahan.

Masih saja bungkam, mereka hanya saling pandang seolah memberikan sebuah kode, Queen waspada kembali, lalu melompat hendak menyerang keduanya, hampir saja tangannya menyentuh musuhnya tapi serangan dari arah lain yang tak terduga telah tiba.

Brak!

Pukulan Queen ditahan oleh seseorang, cukup kuat dan membuat Queen sedikit bergeser mundur untuk menahannya.

"Kalian pergilah, biar aku yang menyelesaikan wanita ini!" Ucap seseorang dengan pakaian yang hampir mirip dengan kawanannya.

Queen hanya menatap saja, tak ada reaksi apapun, namun sesuatu menggugah apa yang ada dalam tubuhnya.

"Dia_?"

Belum selesai Queen untuk berpikir, orang itu melesat dengan cepat, gerakan yang tidak mungkin dilakukan oleh orang biasa, dan satu lagi yang sangat mengejutkan, sebuah pisau muncul dari kedua tangannya.

"Shiit!"

Queen terus mundur dan menyiapkan dirinya, setelah ada kesempatan segera melayang di udara dan kini berada di belakang musuhnya, nafasnya terengah, berusaha mengatur pelan dan menajamkan instingnya.

Blar!

Sebuah hantaman sesuatu berhasil dihindari oleh Queen, suasana penuh dengan asap putih yang menyelimuti, dan mereka semua hilang begitu saja.

"Melarikan diri rupanya, Dasar!" Gumamnya pelan, lalu memastikan keadaan aman.

Saat berjalan menuju mobilnya Queen merasakan perih di tangannya, lalu tersadar jika ada luka robek dan darah segar menetes disana.

Segera menekan dengan kuat, lalu membalutnya dengan kain seadanya, perdarahan berhenti, sepertinya Queen butuh bantuan untuk menjahit lukanya yang lumayan dalam, hingga perjalanan beralih ke klinik yang tak jauh dari Kontrakan.

Tiba di ruang IGD, Queen segera mendapatkan bantuan, duduk dengan nyaman dan membuat petugas kesehatan disana terkejut akan ekspresi wajahnya yang biasa saja dengan luka robek yang masih menganga.

Ponsel berbunyi, rupanya dari Dini, Queen segera mengangkatnya.

"Mbak Queen belum pulang?" Tanyanya.

"Belum, masih diperjalanan, mungkin setengah jam lagi sampai" jawab Queen yang sengaja berbohong agar tidak membuat cemas ibu dan juga Dini.

"Oh okey, tadi ada yang mencari mbak, orangnya heran kok mbak Queen belum berada di kontrakan padahal katanya tadi sudah diantarkan"

"Apa?!" Queen terkejut.

"Oh itu, mbak mau ke minimarket bentar jadi tadi belok dan ini masih belanja"

"Oh minimarket yang buka 24 jam itu mbak?"

"Iya, bener, mbak ada disana"

"Ok kalau begitu, hati-hati mbak, cepat pulang ini sudah hampir jam satu malam" ucap dini sebelum menutup ponselnya.

Beruntung ada alasan yang tepat, gak jadi ketahuan bohongnya, Queen mengelus dada dan nampak petugas yang masih merawat lukanya hanya senyum-senyum saja melihat tingkah wanita cantik tapi aneh bagi mereka.

"Sudah Nona, di perbolehkan pulang, kontrol tiga hari lagi ya" ucap dokter jaga yang bertanggung jawab akan lukanya.

"Siap Dokter, terimakasih"

Baru saja Queen akan melangkah, ponselnya berbunyi kembali, dan sangat terkejut saat panggilan VC ada disana, apalagi sang Boss yang melakukannya.

"Aduh gimana ini?" Queen jadi bingung sendiri.

Terpaksa harus diangkat, karena terus berdering tiada henti, benar-benar Bos yang satu ini tak tau tempat sama sekali.

"Iya Tuan?"

"Dimana ini?" Arron langsung bertanya.

"Oh, ini di _"

"Tunggu, aku kesana!" Sebuah suara memerintah dengan nada tingginya, menyela sebelum Queen menyelesaikan kalimatnya, sontak Queen membeku di tempat, apa-apaan disuruh menunggu di Klinik, sementara matanya sudah sangat ngantuk ingin segera merem.

Tangannya segera mengetik sebuah pesan dimana dirinya akan kembali ke kontrakan dan terkirim dengan segera.

"Jangan kemana-mana, kamu tidak bisa di percaya, dasar gadis nakal!" Voisnot didapatkan dari sang Boss, dan Queen tak bisa berbuat apa-apa, duduk menunggu sesuai yang diperintahkan.

Bersambung.

Jangan lupa KOMENnya, LIKE, VOTE, HADIAH, dan tonton IKLANNYA.