NovelToon NovelToon
Cinta Dan Tawa Di Kota : Kisah Perempuan Tangguh

Cinta Dan Tawa Di Kota : Kisah Perempuan Tangguh

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa / Slice of Life
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: xy orynthius

Tara Azhara Putri Mahendra—biasa dipanggil Tara—adalah seorang wanita muda yang menjalani hidupnya di jantung kota metropolitan. Sebagai seorang event planner, Tara adalah sosok yang tidak pernah lepas dari kesibukan dan tantangan, tetapi dia selalu berhasil melewati hari-harinya dengan tawa dan keceriaan. Dikenal sebagai "Cewek Tangguh," Tara memiliki semangat pantang menyerah, kepribadian yang kuat, dan selera humor yang mampu menghidupkan suasana di mana pun dia berada.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xy orynthius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 21

Suara sirene yang memekakkan telinga terus berdering, memantul di antara pepohonan yang mengelilingi gudang tua. Kilatan lampu merah dan biru menghiasi malam yang pekat, menambah intensitas ketegangan yang sudah membara di dalam hati Tara, Adrian, dan Lucas. Mereka tahu ini adalah saat yang paling menentukan. Tidak ada ruang untuk kesalahan.

Raymond, yang biasanya tenang, kini tampak tegang. Dia mengamati musuh yang keluar dari SUV hitam dengan senjata lengkap. “Mereka nggak main-main kali ini,” gumamnya sambil mengencangkan sabuk senjata di pinggangnya.

Tara melirik sekelilingnya, mencoba mencari cara untuk melarikan diri. Namun, tidak ada jalan lain. Mereka sudah terkepung. Satu-satunya pilihan adalah melawan. “Kita harus cari cara buat keluar dari sini. Kalau kita cuma bertahan, kita nggak bakal selamat,” katanya tegas.

Lucas merogoh tasnya dan mengeluarkan beberapa perangkat kecil. “Gue bawa beberapa bom asap. Mungkin ini bisa ngasih kita waktu buat kabur,” ujarnya dengan nada yakin, meski matanya memperlihatkan kegelisahan yang tidak bisa disembunyikan.

Adrian, yang sejak tadi diam, akhirnya berbicara. “Kita harus bertarung sambil mundur. Jangan habisin amunisi sekarang. Kita fokus buat keluar dari sini dulu.”

Mereka semua mengangguk, menyetujui rencana sederhana tapi berisiko tinggi itu. Raymond menekan sebuah tombol di dinding gudang, dan sebuah pintu rahasia di lantai terbuka, memperlihatkan lorong sempit yang memanjang ke arah hutan. “Ini jalan keluar darurat. Lorong ini bakal ngebawa kita jauh dari sini, tapi kita harus bergerak cepat. Mereka pasti bakal sadar dalam beberapa menit.”

“Kalau begitu, kita nggak boleh buang waktu lagi,” kata Tara sambil memasukkan perangkat penyimpanan ke dalam tasnya. “Raymond, lo sama gue di depan. Lucas, Adrian, lo tutupin belakang.”

Mereka bergerak cepat ke arah lorong, namun langkah mereka terhenti ketika suara tembakan pertama terdengar, menghantam pintu besi gudang. Musuh telah mulai menyerang. “Sial, mereka udah mulai masuk!” teriak Lucas.

Tanpa berpikir dua kali, Lucas melemparkan satu bom asap ke arah pintu gudang, yang segera meledak dan memenuhi ruangan dengan asap tebal. Mereka segera masuk ke dalam lorong, meninggalkan gudang yang kini dipenuhi asap. Asap itu memberi mereka sedikit waktu untuk bergerak tanpa terdeteksi, tapi mereka tahu, musuh tidak akan berhenti sampai mereka semua ditangkap atau mati.

Lorong itu sempit dan gelap, dengan dinding yang lembap dan lantai yang licin. Setiap langkah terasa berat, tapi mereka tidak punya pilihan lain selain terus maju. Sesekali, terdengar suara tembakan dari atas, namun tidak ada peluru yang mengenai mereka.

Saat mereka terus bergerak maju, Tara bisa merasakan kegelisahan yang semakin membesar di dalam dirinya. “Raymond, seberapa jauh lorong ini?” tanya Tara dengan suara yang tertahan.

“Harusnya nggak jauh lagi. Gue udah tes jalur ini beberapa kali sebelumnya, tapi gue nggak bisa jamin kita nggak ketemu hambatan,” jawab Raymond dengan nada yang sedikit terburu-buru.

Mereka terus melangkah dengan cepat, namun tiba-tiba terdengar suara keras dari belakang mereka. Suara pintu besi yang dihantam dengan keras, diikuti oleh suara langkah kaki yang berderap cepat. Musuh telah menemukan jalan masuk ke lorong.

“Kita harus lebih cepat! Mereka udah deket!” teriak Adrian, suaranya dipenuhi ketegangan.

Mereka mulai berlari secepat mungkin, melewati sudut-sudut lorong yang seolah-olah tidak ada habisnya. Tara bisa merasakan detak jantungnya yang berpacu, setiap langkah terasa seperti perjuangan antara hidup dan mati.

Akhirnya, setelah beberapa menit yang terasa seperti seabad, mereka melihat cahaya di ujung lorong. “Itu dia! Kita hampir sampai!” kata Lucas dengan penuh semangat.

Namun, harapan mereka segera sirna ketika mereka menyadari bahwa ujung lorong tersebut tertutup oleh pintu baja tebal, yang tampak terkunci rapat. “Sial! Pintu ini terkunci!” teriak Raymond sambil mencoba membuka pintu dengan paksa.

Adrian segera merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah perangkat kecil. “Biarkan gue coba buka dengan ini.” Dia menempelkan perangkat itu ke pintu, dan setelah beberapa detik, terdengar bunyi klik yang menunjukkan bahwa pintu telah terbuka.

Mereka bergegas keluar dari lorong, menemukan diri mereka di tengah hutan yang gelap dan sepi. Tapi waktu untuk merasa lega tidak ada, karena suara langkah kaki dan teriakan musuh semakin mendekat. “Kita harus terus bergerak! Jangan berhenti sekarang!” perintah Tara.

Mereka berlari menembus kegelapan hutan, memanfaatkan pepohonan dan semak-semak untuk berlindung dari pandangan musuh. Nafas mereka tersengal-sengal, tubuh mereka dipenuhi keringat, tapi mereka tidak bisa berhenti. Mereka tahu bahwa musuh berada tepat di belakang mereka.

Setelah beberapa menit berlari tanpa henti, mereka menemukan sebuah jalan setapak yang tampak jarang dilalui. “Kita ambil jalan ini! Ini mungkin bisa membawa kita ke tempat yang aman,” kata Raymond sambil memimpin jalan.

Mereka mengikuti jalan setapak itu, berharap itu akan membawa mereka keluar dari hutan dan menjauh dari kejaran musuh. Namun, ketegangan masih terasa kental. Mereka tahu bahwa musuh tidak akan mudah menyerah.

Tara, yang berada di tengah barisan, terus memikirkan langkah selanjutnya. “Kita harus segera menemukan tempat buat sembunyi. Kita nggak bisa terus-terusan lari seperti ini. Mereka bakal nemuin kita cepat atau lambat.”

Raymond, yang berada di depan, tiba-tiba berhenti dan menatap ke arah hutan di sebelah kiri mereka. “Gue tahu tempat. Nggak jauh dari sini, ada gua kecil yang bisa kita pakai buat sembunyi sementara. Kita bisa bertahan di sana sampai mereka berhenti mencari.”

Tanpa membuang waktu, mereka mengikuti Raymond menuju gua yang dimaksud. Gua itu kecil, hampir tidak terlihat dari luar, tersembunyi di balik rimbunan semak. Mereka segera masuk ke dalam gua, berusaha menenangkan napas mereka yang terengah-engah.

Di dalam gua yang gelap, mereka bisa merasakan suasana yang sedikit lebih aman, meski ketegangan masih menggantung di udara. “Kita harus tenang dan tetap diam di sini sampai mereka pergi,” bisik Raymond.

Mereka semua duduk diam, mendengarkan suara hutan yang perlahan kembali tenang. Tara bisa merasakan kelelahan yang mulai merayap di tubuhnya, namun dia tahu bahwa ini belum berakhir. Mereka harus tetap waspada.

Waktu berlalu dengan lambat. Setiap detik terasa seperti sebuah ujian kesabaran dan keberanian. Namun, perlahan tapi pasti, suara-suara dari luar mulai mereda. Tampaknya, musuh mulai kehilangan jejak mereka.

Setelah beberapa saat yang terasa seperti berjam-jam, Raymond akhirnya memberi isyarat untuk keluar. “Kita nggak bisa lama-lama di sini. Kita harus terus bergerak dan cari tempat yang lebih aman.”

Mereka keluar dari gua dengan hati-hati, memastikan tidak ada musuh yang menunggu di luar. Saat mereka berjalan kembali ke jalan setapak, Tara merasakan beban berat yang terangkat sedikit dari bahunya. Mereka masih hidup, dan mereka masih punya kesempatan.

Namun, meski mereka berhasil lolos dari ancaman sementara ini, Tara tahu bahwa perjuangan mereka belum selesai. Musuh masih ada di luar sana, dan mereka tidak akan berhenti sampai Proyek Apocrypha kembali terkendali. Tapi dengan data yang mereka miliki, Tara yakin bahwa mereka memiliki peluang untuk mengubah segalanya. Perjalanan mereka mungkin masih panjang, tapi dengan keberanian dan tekad yang telah membawa mereka sejauh ini, Tara yakin bahwa mereka bisa mengatasi segala rintangan yang menghadang.

“Ini baru permulaan,” bisik Tara pada dirinya sendiri saat mereka melanjutkan perjalanan. “Kita nggak akan berhenti sampai kebenaran terungkap.”

1
·Laius Wytte🔮·
Pengalaman yang luar biasa! 🌟
Kei Kurono
Mantap! Bukan cuma ceritanya, bagus dalam segala hal.
<|^BeLly^|>
Nggak sia-sia baca ini. 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!