NovelToon NovelToon
Re:Mecha/Fate When Girls Drive Machine In Another World

Re:Mecha/Fate When Girls Drive Machine In Another World

Status: sedang berlangsung
Genre:Sci-Fi / Tamat / Reinkarnasi / Anime / Kehidupan alternatif / Penyeberangan Dunia Lain / Fantasi Isekai
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Setsuna Ernesta Kagami

Rika adalah seorang gadis yang mempunyai masalah kesehatan dalam hidupnya, tidak semua orang tau apa yang dialami oleh sosok Rika sampai akhirnya Rika meninggal dunia dan bereinkarnasi ke dunia yang penuh dengan Katafrakt.

Dengan menggunakan Gear-Driver Watch mereka yang ada disana bisa memanggil sebuah Katafrakt Raksasa.

Kembalinya hidup dari kematian seolah membuat Rika untuk mencari jati dirinya yang hilang dan mencari tahu kebenaran tentang dirinya.

Bertemunya dengan teman baru seperti Fukari Gehenna, Asuka Kagami dan sosok senior yang selalu mendukungnya, Membuat Rika menjadi terasa lebih hidup di dunia yang baru, namun takdir selalu memberikan mereka masalah seperti peperangan dan konflik yang tersembunyi. Lalu bagaimana kah cara Rika dan teman-temannya mengatasi konflik yang berkelanjutan?

[TERIMA KASIH SUDAH SUPPORT NOVEL INI]

[CERITA ORISINIL KARYA SETSUNA ERNESTA KAGAMI]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Setsuna Ernesta Kagami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 18: Pemimpin Komite Keamanan

Pagi hari di Akademi Gargantia, suasana di kelas 2-F dipenuhi dengan semangat para murid yang berkumpul di ruang latihan katafrakt terbuka.

Sinar matahari pagi menyinari lapangan luas, menciptakan bayangan panjang dari katafrakt-katafrakt yang berjajar rapi. Para murid berdiri berkelompok, berbincang dan tertawa sambil menunggu pengajar mereka yang belum juga muncul.

Di tengah kerumunan murid, Fukari tampak berdiri sedikit terpisah dari kerumunan, matanya menatap jauh ke depan seolah tenggelam dalam pikirannya sendiri. Rambut kuningnya yang tergerai bergoyang lembut diterpa angin pagi, menambah kesan tenang namun penuh beban.

Di sisi lain, Asuka terus memperhatikan Fukari, sesekali melirik ke arah Rika. "Ada apa dengan mereka berdua?" pikirnya.

Rika berdiri di sisi lain lapangan, sesekali melirik ke arah Fukari. "Entah kenapa sekarang, Fukari sedikit berbeda," pikir Rika. Meski ada keinginan kuat dalam dirinya untuk mendekati temannya itu, setiap kali dia mencoba melangkah, ada rasa keraguan yang menghalanginya. Seolah ada dinding tak terlihat yang memisahkan mereka, membuat setiap langkah terasa berat.

Dalam hatinya, Rika merasa bersalah karena terus menyembunyikan identitas aslinya dari Fukari, meskipun dia tahu itu untuk mencegah Fukari bersedih mengenai kehilangan sosok Rika yang dia kenal.

Kerumunan murid mulai menunjukkan tanda-tanda kebosanan, sementara yang lain sibuk berbicara dengan teman-teman mereka. Namun, Rika tetap berdiri tegak, matanya terus mencari cara untuk mendekati Fukari dan memperbaiki hubungan mereka.

Kemudian Asuka mendekati Fukari, berusaha memancing amarahnya seperti biasa. "Ketika melihat turis bodoh sepertimu menjauhi banyak orang, itu benar-benar tidak cocok denganmu, bodoh. " Asuka memprovokasi dengan nada menantang.

Namun Fukari memilih menjauh dengan tatapan datar, seolah tidak ingin terusik oleh apapun. "Bisakah kau tidak menggangguku sekarang?" protes Fukari dengan nada rendah, menatap kesal. Dia melipatkan tangannya di dada dan berjalan pergi.

Kemudian, kerumunan murid menjadi heboh ketika melihat Mila berjalan bersama dengan pemimpin komite keamanan Gargantia, Sanade Greenia. Mereka berjalan pelan menuju kerumunan, mengundang perhatian semua orang.

Fukari menoleh, menatap penasaran. Sementara itu, Asuka menatap dengan determinasi, seolah mengetahui apa yang akan terjadi.

Sanade berjalan dengan tangan terlipat di dada, pandangannya angkuh dan tatapannya tajam. Rambut hijaunya yang panjang berkibar di belakang punggungnya, sementara mata hijaunya yang menawan menatap lurus ke depan.

"Kenapa dia membawa orang itu kemari?!" pikir Asuka dengan tatapan tajam, matanya tidak lepas dari Sanade. Suasana semakin tegang saat Sanade dan Mila mendekat, membawa aura otoritas yang membuat para murid terdiam dan menunggu dengan penuh antisipasi.

Sanade berdiri menghadap kerumunan yang kini memperhatikannya dengan saksama. Mila berdiri di sampingnya, memberikan isyarat kepada Sanade untuk memulai. "Silakan, Nona Sanade," kata Mila dengan nada sopan.

Sanade mengangguk, kemudian menyeringai sebelum berbicara dengan suara yang jelas dan penuh otoritas. "Dengarkan aku, murid-murid Akademi Gargantia bodoh," katanya, suaranya menggema di seluruh lapangan. "Aku berdiri di sini hari ini untuk mengingatkan kalian semua yang bodoh tentang pentingnya mematuhi peraturan akademi. Seharusnya kalian semua tahu bahwa Akademi Gargantia memiliki standar tinggi yang harus dipatuhi oleh setiap murid, tanpa pengecualian."

Dia berhenti sejenak, menatap setiap murid dengan tajam sebelum melanjutkan. "Namun, baru-baru ini, ada murid-murid yang tampaknya berpikir bahwa mereka berada di atas hukum. Mereka melanggar peraturan dengan cara yang bodoh dan ceroboh, tanpa memikirkan konsekuensi dari tindakan mereka. Apakah mereka berpikir bahwa akademi ini adalah tempat untuk bermain-main dan bertindak semaunya?"

Sanade menekankan setiap kata dengan penuh otoritas dan tatapan dingin. "Kalian harus tahu, bahwa setiap pelanggaran terhadap peraturan akademi tidak akan ditoleransi. Siapapun yang melanggar, akan menghadapi sanksi yang setimpal. Kalian semua di sini untuk belajar, berlatih, dan menjadi pilot yang terbaik sepertiku. Bukan untuk melanggar peraturan dan merusak reputasi akademi ini!"

Dia mengalihkan pandangannya ke beberapa murid tertentu yang tampak gelisah. "Kalian semua memang benar-benar bodoh, kemana otak kalian sebenarnya hah?"

Semuanya terdiam, mereka menerima teguran itu dari Sanade. Tidak ada yang berani menyekanya, "Cih, kalian sebenarnya memang terlalu bodoh kah?"

Kemudian Sanade Greenia perlahan-lahan berjalan menuju ketengah-tengah kerumunan.

"Ingatlah ini baik-baik. Setiap tindakan kalian yang melanggar aturan akan memiliki konsekuensi. Dan aku di sini untuk memastikan bahwa peraturan akademi ditegakkan dengan tegas. Jangan biarkan tindakan bodoh dan tidak bertanggung jawab menghancurkan masa depan akademi ini."

Sanade terus mengoceh sambil berjalan ke tengah-tengah kerumunan, menatap Rika dengan tajam. "Dan kau, seorang maiestas, bisa-bisanya membuat masalah!"

Rika berdiri ketakutan menatap Sanade, yang membuat Sanade terkejut dan melebar matanya. "Kenapa dia terlihat tertekan?!" pikir Sanade.

Tiba-tiba, Fukari berjalan ke depan Rika, dengan sebelah tangannya membentang di depan Rika. "Sanade, jika kau berani melukai Rika, aku tidak akan tinggal diam," katanya dengan suara tegas.

Sanade menyeringai. "Rika, apakah kau tidak malu? Perempuan bodoh seperti Fukari melindungimu?" tanya Sanade dengan nada tajam.

Rika tidak menjawab, karena tidak tahu harus mengatakan apa. Tapi dia melihat ekspresi Fukari yang benar-benar merasa menerima dirinya direndahkan.

Kemudian, Asuka berjalan maju. "Sanade, seharusnya aku—"

Namun, sebelum Asuka bisa menyelesaikan kalimatnya, Sanade menatap rendah ke arahnya. "Diam kau, aku tidak ingin mendengar sesuatu dari mulut bodohmu," potong Sanade dengan dingin.

Asuka terdiam, tapi matanya memancarkan kemarahan yang tersembunyi. Sanade kemudian kembali fokus pada Fukari dan Rika, matanya berkilat dengan kekejaman yang terpendam. "Ini adalah peringatan terakhirku, Fukari. Jika kau terus menghalangi jalanku, kau akan menyesalinya."

Fukari tidak mundur, tetap berdiri tegak di depan Rika. "Hah, aku tidak peduli."

Sanade mendengus dan berbalik, dia berjalan menuju Asuka. "Dan kau..." Sanade menatap dingin kearah Asuka.

Sanade berdiri di tengah lapangan, matanya berkilat dengan kekejaman yang terpendam. Asuka menatap tajam ketika Sanade terus mendekatinya dengan tatapan dingin.

Tiba-tiba, tanpa peringatan, dia menendang wajah Asuka dengan kekuatan yang mengerikan. Tendangannya begitu cepat dan kuat, menghasilkan suara yang menggelegar saat mengenai pipi Asuka. Asuka terpental ke samping, seperti ditampar oleh kekuatan yang besar, dan terjatuh ke tanah dengan keras.

Kerumunan murid yang tadinya hening kini dipenuhi oleh suara-suara terkejut dan terengah-engah. Fukari melebarkan matanya, terkejut melihat kekerasan yang tak terduga itu. Dia berusaha melindungi Rika, yang berdiri terdiam di belakangnya, tak mampu mengalihkan pandangannya dari Asuka yang terkapar di tanah.

Asuka, dengan wajah yang memerah dan mulai membengkak, memegang pipinya yang terluka. Dia mencoba berbicara, suaranya lemah dan terguncang. "Apa yang kau-" Namun, sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, Sanade kembali menghantamkan tendangannya. Tendangan kedua ini mengenai perut Asuka dengan keras, membuatnya terbatuk, terpental dan menggeliat kesakitan.

"Sudah kubilang, kau tidak kuizinkan untuk berbicara," kata Sanade dengan nada dingin dan penuh penghinaan. Dia membenarkan pergelangan kakinya, menegaskan otot-ototnya yang tegang, dan perlahan berjalan menuju Asuka dengan langkah penuh perhitungan.

Asuka terbaring di tanah, tubuhnya gemetar dan napasnya tersengal-sengal. Matanya menyiratkan campuran rasa sakit dan ketidakberdayaan. Sementara itu, Sanade terus mendekat, wajahnya mengekspresikan ketidakpedulian dan terus menunjukan sigma yang kejam.

Fukari merasakan kemarahan dan ketidakberdayaan dalam dirinya. Dia berusaha melindungi Rika, tetapi juga merasa ngeri dengan apa yang sedang terjadi di depannya. Rika, di belakang Fukari, hanya bisa terdiam, hatinya terguncang melihat kekejaman yang diperlihatkan Sanade terhadap Asuka.

Sanade akhirnya berhenti di depan Asuka, menatapnya dengan pandangan merendahkan. "Ingatlah ini baik-baik," katanya dengan suara rendah namun penuh otoritas. "Siapapun yang melawan aturanku akan merasakan akibatnya."

Suasana di lapangan akademi penuh dengan ketegangan. Murid-murid yang menyaksikan kejadian itu terdiam, banyak yang merasa takut dan ngeri melihat sisi kejam dari Sanade yang selama ini tersembunyi.

Sanade berjongkok di depan Asuka yang terbaring tak berdaya. Dengan gerakan yang kejam, dia meraih rambut panjang Asuka dan menariknya dengan keras, membuat Asuka menjerit kesakitan. "Kau berani mengambil keputusan seperti itu di dalam pertarungan katafrakt? Apakah kau tidak menyadari kebodohanmu, Asuka?" tanya Sanade dengan nada dingin dan mengintimidasi.

Asuka, merasakan tarikan yang menyakitkan di kulit kepalanya, hanya bisa menganga tanpa mampu menjawab. Wajahnya memancarkan ketakutan yang mendalam, seperti orang yang sangat frustasi dan putus asa. Matanya yang terbuka lebar menunjukkan ketidakberdayaannya di bawah cengkeraman Sanade.

Sanade menatap Asuka dengan seringai dingin, seolah-olah tidak peduli dengan status keluarga Akagami. "Sebagai bangsawan kerajaan, kau sungguh memalukan... apakah kau ingin melihat seluruh keluargamu melihatmu seperti ini, Asuka?" kata Sanade, suaranya penuh dengan penghinaan dan ketidakpedulian.

Asuka menggelengkan kepalanya perlahan, air mata mengalir dari sudut matanya. Dia benar-benar kelelahan dan tak berdaya, tubuhnya gemetar di bawah tarikan kejam Sanade. Melihat Asuka dalam kondisi menyedihkan ini, Sanade akhirnya melepaskan cengkeramannya, membiarkan rambut Asuka yang kini acak-acakan terurai.

Namun, kekejaman Sanade belum berakhir. Dengan gerakan yang brutal, dia menginjak kepala Asuka dengan kekuatan penuh, membuat kepala Asuka terbentur keras ke lantai lapangan. Benturan itu cukup kuat untuk membuat Asuka pingsan seketika, tubuhnya terkulai lemas di tanah.

"Kau benar-benar merepotkanku, serangga!" kata Sanade dengan penuh kebencian, suaranya menggema di seluruh lapangan.

Rika yang berdiri di belakang Fukari merasakan hatinya bergejolak dengan perasaan yang tiba-tiba. Jantungnya berdegup kencang, dan kedua sorot matanya terfokus melihat wajah Asuka yang menganga saat pingsan. Hinaan dan kekejaman yang ditunjukkan Sanade begitu menusuk perasaannya, membuat sesuatu yang aneh terjadi menimpanya.

"Kenapa.. aku, menikmati penderitaan Asuka?" pikir Rika, merasa kesal dengan perasaannya.

Fukari, yang menyaksikan kejadian itu, gemetar ketakutan ketika melihat Sanade bangun dan melirik ke arahnya. "Rika, tetaplah berada di belakangku," kata Fukari dengan suara tegang, berusaha melindungi Rika dari ancaman Sanade.

Namun, ketika Fukari menoleh untuk melihat Rika, dia terkejut melihat perubahan pada temannya.

Rika yang tadinya meringis ketakutan, kini berdiri terdiam dengan kepala tertunduk. Wajahnya tidak terlihat karena tertutup rambutnya yang menjuntai, tetapi ada aura yang berbeda dari dirinya. Rika tidak merespons perintah Fukari, seolah-olah berada dalam dunianya sendiri, menatap ke bawah dengan intensitas yang menakutkan.

Rika terhanyut dalam pikirannya sendiri, seolah menikmati penderitaan yang terjadi di hadapannya.

"Apakah Rika di dunia ini, senang melihat mereka terluka?" pikirnya dengan penuh kebencian.

"Bagaimanapun, ini bukan perasaan milikku! Aku... tidak akan seperti itu!"

"Aku hanya ingin melindungi teman-temanku!"

Suara dalam pikirannya mempertanyakan motivasinya sendiri, menggugah kebencian yang terpendam dalam dirinya. "Eh... sejak kapan, aku peduli dengan orang lain? Orang lain kan hanyalah mementingkan dirinya sendiri. Selama hidupku, aku hanya menyusahkan orang tuaku saja, teman-temanku yang sudah berhasil menemukan hidupnya, kemana mereka pergi? Apakah mereka melupakan aku? Apakah mereka tidak ingat dengan diriku? Tentu saja, tidak! manusia hanya mementingkan dirinya sendiri, mereka semua egois dan bodoh, mereka hanya akan datang ketika butuh.. Benar-benar ironis, jadi sejak kapan aku peduli dengan manusia? Sungguh menggelikan!"

Tiba-tiba, kebencian dalam diri Rika meluap, merobek jati dirinya yang tenang. Itu adalah perasaan asli Rika, kebencian yang tak terbendung terhadap manusia. Karena ulah manusia sendiri, sehingga mengundang kebencian.

"Bener Rika, itu adalah perasaanmu, perasaan yang sudah tak terbendung akan kebencianmu terhadap manusia disekitarmu, karena... kau mirip denganku, Rika," kata suara dalam pikirannya, mengingatkan Rika akan hidupnya selama didunia. "Nah Rika, jangan kau tahan lagi tentang apa yang kau benci, keluarkan semuanya sekarang!"

Akan tetapi, dia mengingat sesuatu yang penting. Sesuatu yang telah menyadarkannya. Tiba-tiba Rika mengingat perkataan setsuna sebelumnya. Tentang kepercayaan dan tentang perasaan menerima seseorang.

"Kau tidak sendirian, Rika," suara setsuna menggema didalam pikirannya.

"Sekarang ada banyak orang yang peduli padamu, yang akan selalu ada untukmu. Percayalah pada dirimu sendiri, dan percayalah bahwa kau layak untuk dicintai dan dibutuhkan." Suara kilas balik ini menyadarkan Rika.

"Rika, aku tahu ini tidak mudah bagimu. Tapi satu hal yang harus kau ingat adalah kepercayaan. Fukari sudah membuktikan bahwa dia rela mengambil risiko demi dirimu. Itu adalah sesuatu yang sangat berharga, sesuatu yang tidak boleh diabaikan."

"Rika, apapun yang terjadi. Rika tetaplah Rika, aku selalu percaya kepadamu,"

Tapi, dia tidak bisa menahan keseimbangan kesadaran didalam dirinya. Sampai akhirnya dia merasa ingin pingsan ditempat, karena frustasi.

Akan tetapi, secara tiba-tiba, Rika perlahan membuka kelopak matanya yang malas, menampilkan tatapan datar yang memancarkan keangkuhan.

"Hei, Fukari," panggil Rika dengan suara dingin.

"Rika? Apa yang terjadi? Apakah kau tidak enak badan?" tanya Fukari dengan kekhawatiran yang jelas tergambar di wajahnya.

"Bisakah kau menyingkir dari hadapanku?" jawab Rika dengan nada yang lebih dingin lagi, tangan Rika menyeka Fukari dengan tak sabar.

Fukari terkejut, matanya melebar, mencoba memahami perubahan drastis dalam sikap Rika. "Rika? Apa yang kau maksud?" desaknya, mencoba mencari jawaban dari temannya yang berubah.

"Menyingkirlah," kata Rika dengan tenang, suaranya mengesankan ketegasan yang tak bisa ditolak.

Rika kemudian berjalan perlahan-lahan menuju Sanade yang berdiri di tengah lapangan. Sanade tersenyum sinis, mengamati Rika yang mendekat dengan angkuh.

"Rika, kau tidak pantas menyandang sebagai seorang Maiestas di akademi! Rakyat jelata sepertimu tidak cocok bersandingan bersama kami, Rika!" ujar Sanade dengan nada merendahkan.

"Kau hanya bisa mengoceh dengan penuh omong kosong," balas Rika sambil tersenyum sinis, tatapannya tajam seperti pisau yang siap menusuk.

1
Gehrman
ini baru ya udah revisi? Soalnya aku cari komenku gk ada di novel ini
S. E Kagami: Iya, Full Revamp. Tapi ceritanya blm dilanjutin lgi. Kena writer block
total 1 replies
Kurokami Melisha
Fukari GG Gaming, diem2 ternyata pro bisa ngalahin Pilot sekelas jendral kerajaan.
Kurokami Melisha
Sanadeeeeeee /Sob//Sob//Sob/
Kurokami Melisha
Woilah jangan ngincer sanadeeee!/Panic/
Kia Shoji
Kagum banget sama karya ini thor
Kurokami Melisha
Fukari /Drool/
Kurokami Melisha
Fukariiiii, hampir aja Lena mati *Thanks thor!! lena dibikin plot armor gini /Whimper//Whimper//Whimper//Whimper/ kasian lena udah berjuang demi rika
S. E Kagami: Hihi.. Nanti ada kejutan lainnya.
total 1 replies
Kurokami Melisha
Asukaaa /Sob//Sob/
Kurokami Melisha
Asukaaaaa /Sob//Sob/ awal di eps Asuka emang nyebelin, tapi di arc ini asuka keliatan banget sayang sama rika /Sob//Sob/ semoga plot armornya tebel asuka /Sob/
S. E Kagami: Setipis tisyu
total 1 replies
Kurokami Melisha
lanjutkan thor
Kurokami Melisha
Lena kalau udah serius serem juga
Kia Shoji
Rikaa... ❤️❤️
Kurokami Melisha
The best ceritanya, lanjutkan thor go update!! /Drool/
Kurokami Melisha
Rika berkharisma banget, saya jadi terhura-hura dengan Rika versi ini /Drool/
Sani
wahhh aku suka yang kaya gini
Kurokami Melisha
Apakah Rika bakalan jadi OP thor? setelah ikuti ceritanya diawal itu Rika versi yang lain OP kayak setsuna ya??
S. E Kagami: Rahasia
total 1 replies
Kia Shoji
Salut thor sm idenyaa
S. E Kagami: Terima kasih banyak
total 1 replies
Sary Utami
lanjut thor
Mirza Pradana
Mantep
S. E Kagami: Makasih /Smile/
total 1 replies
kuze masachika
seru banget ka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!