MUSUHKU MENJADI SUAMIKU

"Bian, kenapa masih bengong di situ? Dia memang istrimu!" seru Diana yang baru saja datang bersama Keyra. Lalu Diana mengajak Keyra duduk di sofa. Albian pun berjalan mendekati sang ibu dan istrinya. "Tadi mama membawa Kei ke salon, karena kami lagi sama-sama galau", lanjut Diana kala bokongnya berhasil menempel di sofa.

Albian mengernyitkan keningnya seraya mencoba mencerna ucapan sang ibu. "Mama dan Ke sedang galau?" tanyanya.

"Iya!" jawab Diana. "Apa jangan-jangan kamu sudah lupa dengan yang terjadi kemaren sore?"

"Bian tidak mungkin lupa ma, karena sampai saat ini Bian belum mendapat jawaban kenapa Kei marah besar pada Bian."

"Hmmmp, pantas saja Kei galau. Ternyata suaminya tidak peka", ujar Diana dengan kesal. "Seharusnya kamu cari tau, apa yang telah terjadi pada Kei. Tidak perlu menunggu Kei menceritakannya."

Albian semakin bingung kala mendengar penuturan sang ibu. Dia merasa sudah melakukan segala cara untuk mengetahui penyebab kemarahan Keyra. "Ke, aku minta maaf ya. Tapi aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi."

"Kei sudah menghubungimu puluhan kali, tapi kau sama sekali tidak mengangkat telpon darinya!" sela Diana.

Netra Albian terbeliak mendengar ucapan sang ibu. "Kei tidak pernah menghubungiku ma! Mama bisa lihat sendiri diponselku", sahut Albian. Lalu dia menyerahkan ponsel miliknya pada sang ibu.

Diana pun menerima ponsel tersebut. Dengan cepat jarinya menggulir layar ponsel Albian untuk mencari history panggilan. "Aneh! Di sini memang tidak ada panggilan masuk dari Keyra", kata Diana seraya menoleh pada Keyra. "Tapi bisa jadi kamu sudah menghapusnya", lanjutnya dengan menatap curiga Albian.

"Buat apa Bian menghapusnya ma?"

"Mungkin orang lain yang telah menghapusnya!" sela Keyra.

Albian menghela nafas lega kala mendengar suara sang istri. "Akhirnya kamu mau buka suara juga", ucapnya dengan tersenyum.

"Menurut kamu siapa yang melakukannya, nak?"

Keyra menoleh pada Diana saat akan menyebut satu nama. "Chika!" katanya tanpa ekspresi.

"Memang saat itu Chika ada di sana. Aku bahkan sempat memergokinya sedang mengintip saat akan membuka sandi ponselku."

Sontak Diana dan Albian saling menatap, mereka seakan memikirkan hal yang sama.

"Kalau begitu kecurigaan Keyra benar. Pasti Chika yang telah menghapus semua panggilan masuk dari Keyra", ucap Diana kesal. "Lalu, kenapa kamu dan Chika bisa duduk berduaan?" cecar Diana seraya menyubit kuat lengan kekar Albian.

"Aduh, ampun ma", keluh Albian dengan wajah memelas. Namun sebenarnya cubitan sang ibu hanyalah sentuhan biasa bagi Albian.

"Mama sudah berulang kali mengingatkanmu, agar menjauh dari Chika."

"Itu cuma kebetulan saja ma. Chika kenal dengan dosen Bian, jadi dia duduk di sana dan berbincang akrab dengannya."

Diana menelisik ke dalam netra Albian, barangkali putranya itu tengah berbohong pada mereka. "Oke, mama percaya", sahutnya kala tidak menemukan kebohongan di mata Albian. Lalu dia menoleh ke arah Keyra. "Bagaimana sayang, apa kamu sudah bisa memaafkan Bian?"

Keyra membisu kala mendengar pertanyaan sang mertua. Dalam benaknya dia masih mengingat kejadian saat dirinya di ganggu oleh preman.

"Kei, kenapa kamu diam saja sayang? Apa masih ada hal yang belum kamu katakan?"

Keyra membalas dengan menggelengkan kepalanya. "Tidak ada lagi ma", jawabnya dengan senyuman dipaksakan. Sebaiknya aku tidak mengatakan tentang kejadian itu. Ucap Keyra di dalam batin.

"Itu artinya semua masalah sudah selesai dan kalian bisa pergi ke acara reuni SMA bersama-sama", ucap Diana yang membuat Keyra mendelik.

"Tapi mama juga butuh di hibur", sela Keyra berdalih.

Sontak Albian menatap sang ibu. "Emangnya mama kenapa?"

"Sudah! Jangan pikirkan masalah mama. Itu cuma beberapa lembar saham saja, toh perusahaan masih tetap milik keluarga kita", sahut Diana menghibur diri.

"Jadi apa yang dikatakan Chika itu benar", gumam Albian kesal. Dia tidak menyangka sang mantan tunangannya itu tidak pernah berhenti melakukan cara licik agar bisa mendapatkannya.

"Biar Kei saja yang temani mama di rumah", tawar Keyra.

"Tidak perlu Kei. Lagipula mama sudah make over kamu. Sayang kecantikanmu kalau hanya berdiam diri di rumah saja."

Albian langsung mengalihkan pandangannya pada Keyra. "Cantik!" katanya dengan tersenyum.

Keyra tersipu malu mendengar pujian dari sang suami.

Sementara Diana merasa senang mellihat ekspresi Keyra. Syukurlah dia tidak galau lagi. Batin Diana.

"Ayo, kita siap-siap", ajak Albian seraya menjulurkan tangannya pada Keyra.

Namun Keyra bergeming diposisinya. Dia tampak enggan menyambut uluran tangan Albian. "Tapi, aku belum siap untuk mengumumkan status pernikahan kita", ucapnya.

"Jangan kuatir Ke. Aku sudah menyiapkan alasan, kenapa kita bisa datang bersama."

"Apa alasannya?"

"Aku akan mengatakannya saat kita berangkat nanti."

"Hm, baiklah", jawab Keyra pasrah. Kemudian dia menyambut tangan Albian yang masih terjulur.

Albian tersenyum bahagia kala menggenggam tangan Keyra. Lalu dia membawa Keyra berjalan menuju kamar mereka. Sementara Diana tampak bahagia melihat anak dan menantunya terlihat seperti pasangan romantis lainnya.

"Apa kamu pikir melihat sepasang suami istri yang masih muda itu lebih menyenangkan daripada memikirkan saham perusahaan?" sergah Willy yang tiba-tiba datang dari arah pintu utama.

Sontak Diana bangkit berdiri. Lalu dia berjalan mendekati Willy. "Itu saham milik suamiku, apa pedulimu?"

Willy membalas dengan tertawa meledek. "Hahaha, aku pikir selama ini kakak ipar benar-benar pintar. Tapi ternyata aku terlalu memandang tinggi kakak ipar", katanya bernada ejekan. "Saat ini saham kakakku telah di beli oleh papanya Chika, bukankah itu artinya aku punya kesempatan lebih besar untuk mendapatkan perusahaan peninggalan papa?" lanjut Willy dengan tersenyum menyeringai. "Terimakasih, karena sudah membuka jalan buatku kakak ipar."

Emosi Diana mulai terpancing kala mendengar penuturan Willy. Hampir saja dia melupakan isi perjanjian yang telah mereka sepakati bersama. "Jangan berangan ketinggian!" balas Diana dengan tersenyum penuh arti. "Kita saja belum tahu hasil akhirmya, jadi jangan suka mengklaim sesuatu yang bukan milik kita!"

"Cih, apa kakak ipar mengira aku tidak tahu keadaan perusahaan saat ini?"

"Adik ipar lebih baik memikirkan kerjasama dengan Royal Company palsu!" ucap Diana seraya pergi meninggalkan Willy.

"Kakak ipar jangan mengada-ada! Kalau iri ngaku saja!" seru Willy. Namun Diana mengabaikannya.

*-*

Sementara di dalam kamar, Albian sedari tadi tidak memalingkan wajahnya dari Keyra. Wajah imut dan cantik Keyra sungguh membuat Albian tidak ingin orang lain melihatnya.

"Ke, bagaimana kalau kita tetap tinggal di rumah saja!" tukas Albian.

Keyra mengernyit bingung kala mendengar ucapan Albian. "Bukankah sebelumnya ada yang memaksa agar aku menjadi pendampingnya di acara reuni?" sindir Keyra.

"Aku tidak mau para pria jomblo itu mendekati istriku!"

"Tapi aku sudah janji dengan mama. Apa sebaiknya kita beritahu mama sekarang?"

Albian tampak berfikir sejenak. Lalu dia berkata, "Asal kamu tidak jauh-jauh dariku, maka kita akan pergi!" tukas Albian.

"Baiklah!" jawab Keyra patuh. Lalu dia bergegas mengganti pakaiannya.