Pernikahan adalah sebuah impian bagi semua orang, termasuk Zahra. Namun, pernikahan yang bahagia kini rusak akibat kehadiran orang ketiga. Evan selaku suami, mulai membandingkan Zahra dengan gadis lain.
Suatu hari dia memutuskan untuk menjalin hubungan hingga tidak memperdulikan hati Zahra. Akankah pernikahan mereka mampu diselamatkan? Ataukah Zahra harus merelakan suaminya bersama dengan wanita lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 18 Rencana yang sudah tertata rapi
Malam hari ini tidak seperti biasanya, Zahra pulang lebih awal untuk menyambut suaminya. Dia tidak peduli jika masih ada pekerjaan yang tertinggal karena baginya, suami paling utama.
Evan yang baru saja sampai di rumah langsung masuk ke dalam, dia membuka jas dan menggulung kemejanya hingga siku. Saat sudah berada di dalam rumah, pria itu melihat menu makanan yang ada di meja. Semuanya sudah tersusun rapi dan tentu saja Zahra lah yang menyiapkan.
Zahra berjalan menuruni anak tangga, dia baru saja selesai melakukan ritual membersihkan diri. Senyumnya melebar ketika melihat Evan diam membisu.
"Mas, kau sudah pulang?" Zahra mendekati suaminya, dia mengambil jas dan tas yang ada di tangan Evan.
"Kau pulang lebih awal, Zahra?"
"Hm," sahut Zahra sambil mengangguk. "Aku 'kan sudah mengatakan padamu jika aku ingin berubah menjadi istri yang lebih baik lagi. Aku melakukan semua ini karenamu, Mas."
Hati Evan tersentuh, jujur dia senang jika sang istri bisa melayaninya setiap hari seperti ini. Tetapi, pikirannya kembali teringat akan Anna. Gadis malang itu sudah ternodai olehnya dan dia harus bertanggungjawab.
"Terima kasih, Zahra. Aku menghargai perubahan sikapmu ini."
Zahra memeluk Evan dengan erat. ''Sudahlah, sekarang kau mandi dulu lalu setelah itu kita akan makan malam bersama."
Evan berlalu pergi menuju kamarnya sementara Zahra menyiapkan air minum untuk sang suami. Sesampainya di kamar, Evan duduk di tepi ranjang. Dia menghela napas lalu merogoh kantong celana.
'Sayang, maafkan aku. Kita berdua tidak jadi makan malam diluar, Zahra sudah memasak untukku dan aku tidak bisa menolaknya.' Evan mengirim pesan pada Anna.
Di sisi lain, Anna yang baru saja selesai mandi langsung tersenyum lebar ketika melihat pesan masuk dari sang kekasih. Dia pun membukanya dengan hati bahagia, tetapi semua itu hilang karena pesan yang Evan kirimkan sangat menusuk hatinya.
"Apa!" Anna berteriak kesal. "Berarti perempuan itu ingin mencoba agar Mas Evan kembali lagi padanya? Tidak, ini tidak bisa di biarkan!" geram Anna, dia bergegas mengganti pakaian dan akan datang kerumah Evan untuk ikut makan malam bersama.
Setelah selesai bersiap, dirinya segera pergi dari rumah.
Beberapa saat kemudian, sampailah Anna dirumah Evan dan Zahra. Tanpa rasa malu gadis itu langsung mengetuk pintu.
Di dalam sana, Evan dan Zahra baru saja memulai makan malam mereka. Namun, semua itu terhenti karena suara ketukan pintu.
"Biar aku saja yang buka,'' ujar Zahra dan segera beranjak dari kursi.
Saat pintu terbuka, Zahra melongo melihat siapa yang ada di depan pintu rumahnya.
"Anna?"
Anna tersenyum lebar. "Apa kabar kakak?"
"Kau, ada keperluan apa kau datang ke rumahku?"
"Hei, tidak sopan bertanya seperti itu pada tamu. Apa kakak akan membiarkan aku diluar seperti ini?" ucap Anna berpura-pura bicara manis.
Zahra yang tidak tega langsung meminta Anna untuk masuk ke dalam. Mereka berdua jalan berdampingan menuju ke meja makan. Evan yang masih berada disana hampir saja tersedak melihat kedatangan Anna.
"Selamat malam, kakak ipar. Oh, ternyata kalian berdua sedang makan malam, ya? Apa aku boleh ikut bergabung?" pinta Anna dengan nada sedih.
"Makanlah, kau sudah ada dirumah ini. Jadi, apa aku bisa melarangmu?"
"Kakak, kenapa kau bicara seperti ini? Baiklah, aku mengaku jika aku salah selama ini. Aku salah karena sudah membuat Mama meninggal, tapi itu semua diluar keinginanku, Kak. Aku tidak berniat membuat penyakit jantung Mama kambuh. Dan, aku juga salah karena sudah —" Anna sengaja menghentikan perkataannya untuk melihat reaksi Evan.
Benar saja, ekspresi wajah Evan terlihat tegang. Dia bahkan mengalihkan topik pembicaraan.
"Anna, sudahlah. Aku yakin jika Zahra pasti akan memaafkan semua kesalahanmu. Kalian berdua ini bersaudara, jadi apa pantas jika kalian bermusuhan?"
"Kakak ipar, aku belum selesai berbicara." Anna tersenyum penuh arti. "Dan sejujurnya, dulu aku menyukai kakak ipar."
Zahra melotot, dia menatap Evan dan Anna secara bergantian. "Apa yang kau katakan, Anna? Bagaimana mungkin —"
"Tapi itu dulu, Kak. Saat ini, aku sudah melupakannya karena aku sadar jika semua itu salah. Dan aku sudah memiliki pria lain yang akan aku jadikan sebagai suamiku."
Mata Evan membola sempurna, dia tidak tahu jika semua ini adalah sebagian dari rencana Anna. Hati gadis itu sudah diselimuti oleh dendam dan iri hingga dia tidak peduli perasaan siapa yang akan tersakiti nantinya.
Zahra yang tadinya sedih dan marah langsung mengubah ekspresinya. Dia tersenyum tipis. "Benarkah apa yang kau katakan, Anna? Siapa pria itu?"
"Jhonny, kau pasti mengenalnya, Kak. Aku menyukai pria itu, dia baik, perhatian, dan dewasa. Setelah aku sadar jika rasa sukaku pada kak Evan hanyalah sebatas obsesi, maka aku pelan-pelan mencoba melupakannya."
Zahra beranjak dari kursi, dia memeluk Anna dari samping dan kemudian duduk di sebelah gadis itu. "Katakan jika kau tidak berbohong, Anna. Aku, aku masih tidak mempercayai semua ini."
Anna tertawa kecil. "Tentu saja aku tidak berbohong, Kak. Saat ini kami sedang dalam masa pendekatan, dan setelah semuanya lancar, maka kami memutuskan untuk menikah."
"Aku sungguh merasa bahagia mendengarnya." Zahra menggenggam tangan Anna yang ada di atas meja. "Lalu, kita sudahi saja permusuhan kita ini, Anna. Aku juga tidak ingin membuat Mama bersedih disana karena melihat kedua putrinya yang tidak akur."
"Aku juga datang kerumah ini berniat baik, Kak. Maafkan aku," Anna memeluk tubuh Zahra. Keduanya terlihat bahagia, tetapi kebahagiaannya beberapa.
Anna, dia bahagia karena bisa memperbaiki hubungannya dengan Zahra, dan setelah itu dirinya bisa lebih mudah untuk masuk ke dalam hubungan rumahtangga kakak tirinya itu. Sementara Zahra, dia bahagia karena hubungannya dengan Anna berangsur membaik.
'Apa yang sedang Anna rencanakan?' batin Evan penasaran.
Bersambung
mlh gini ceritane jd malas kukasih bintang satu saja
paling Elsa gk mati cm cacat ae lah. biar jd pelajaran buat para wanita jng jd lakor