NovelToon NovelToon
The One Who Give Me Butterflies Feeling

The One Who Give Me Butterflies Feeling

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintapertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: mom fien

Cerita cinta dari masa remaja saat SMU hingga dewasa.
Bagaimana proses pendewasaan terbentuk karena mengenal cinta.
Cinta itu seperti permen dengan berbagai rasa, manis, asam, juga rasa mint yang kadang terasa pedas tapi menyegarkan.

Aku membuat cerita ini tidak dalam bentuk panjang, tidak banyak drama dan bertele-tele.
Cerita fiksi yang berdasarkan detail kebenaran.

Semoga kalian menyukainya.
Full of love from me,
Author.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16: Apa itu takdir?

Danny memberiku perhatiannya setiap hari, entah melalui WA, atau datang hanya untuk memberikan makanan. Aku masih memberi jarak dengannya.

Setelah curhat dengan Nadia dan group SMU ku, keputuskan untuk jujur apa adanya pada Danny.

Weekend berikutnya aku tidak pulang ke Bogor. Sabtu siang sampai sore aku akan bersama orangtuaku, mereka akan datang ke kostku, lalu malamnya mereka ada undangan nikah anak teman papaku.

Kuputuskan untuk berbicara dengan Danny hari Minggu.

Minggu siang kami makan siang bersama, setelah itu kembali ke kostku. Ya, aku akan lebih merasa nyaman jika berbicara dikost saja, aku takut terbawa emosi entah itu nangis atau marah, tapi aku malu jika ada orang yang mengenalku melihat emosiku.

Ya, kuakui pendekatan Danny memberikan perasaan campur aduk, antara senang, tapi takut karena aku tidak mau menjadikan Danny pelarian, kalaupun ini bukan pelarian, tapi orang ini adalah Danny, orang yang kuanggap playboy.

Kuajak dia masuk kekamarku. Danny lalu melihat lihat isi kamarku, tidak banyak yang bisa dilihat, cuma ada beberapa foto bersama teman-teman SMU ku, dan juga foto-foto dengan rekan kantorku.

"Apa kamu masih menyimpan figurine Donald Duck yang dulu kuberikan?".

"Ahhh ... Donald itu, ya aku masih menyukai Donald kok, masih aku simpan di kamarku di Bogor.

Aku memberikan air mineral kepada Danny, lalu duduk bersila di tempat tidurku sambil menyalakan TV. Danny duduk disebelahku, cukup dekat tetapi ada jarak sedikit. Lalu aku memulai pembicaraan.

"Sejak kapan kamu tahu aku udah putus", tanyaku pada Danny.

"Sebenarnya semenjak pertama kita bertemu di kantormu aku selalu memperhatikanmu Fann".

"Sepulang pertemuan itu, aku memikirkanmu terus, aku tau ternyata sebenarnya selama ini kamu ga pernah pergi dari hatiku Fann"

"Dann jujur deh, berapa kali kamu pacaran setelah aku? Terakhir juga aku dengar dari rekan kerjaku yang mengurus iklan, kalau kamu juga lagi dekat dengan model".

Lalu Danny menjawabnya,

"Jujur, aku pacaran 3 kali setelah kamu. Kalau dekat, ya memang aku dekat dengan model itu tapi kami hanya teman, mungkin dia berharap lebih, tapi aku tau tujuan aku cuma kamu"

"Hmmm... " kataku tidak mempercayai bualannya.

"Kalau aku sedang ada pertemuan dengan tim kantormu, aku selalu mencari tahu tentang pacarmu, aku ingin tahu apa dia cowok yang pantas untuk mendampingmu, tapi aku tidak pernah melihat atau mendengarmu dijemput oleh pacarmu".

Kuingat-ingat soal kapan Armand menjemputku ke kantor, rasanya memang saat pertemuan pertama lagi dengan Danny itu, aku baru saja putus dengan Armand.

"Mmmm...." Kataku sambil mengangguk-angguk.

"Lalu tiket gratis final pencarian bakat menyanyi itu, dan tiket nonton premier, akulah yang memberikannya ke tim mu, dan aku selalu mencarimu diantara timmu".

"Aku tahu kamu duduk 5 baris diatas kursi aku, aku tau kamu mengurus pembagian produk di kantor manajemen bioskop, aku selalu memperhatikanmu Fann, cuma dulu aku tidak menunjukkannya, jadi kamu tidak tau soal ini kan".

"Mmmm..." jawabku sambil mengulang kejadian-kejadian itu dalam otakku, menerka-nerka kapan dia melihatku.

Aku masih merasa Danny hanya membual saja.

Lalu kali ini aku yang memulai pembicaraan.

"Kamu yakin darimana kalau tujuan kamu itu aku"

"Kamu punya banyak pacar, dan selalu dikelilingi cewek-cewek cantik, aku tidak secantik mereka".

"Seingatku alasan kita putus juga karena cewek lain bukan?".

Cerocosku berusaha mematahkan bualan Danny.

"Fann, yang soal kita putus aku sudah berusaha menjelaskannya dulu, kalau itu semua salah paham".

"Tapi aku juga salah karena pada akhirnya membiarkan kamu tetap salah paham, karena aku cape kita berkelahi terus".

"Selama kita berhubungan jarak jauh, kita akan selalu salah paham, aku tidak mengerti cara memperbaikinya, aku hanya merasa tidak sanggup, cape karena berkelahi, putus asa karena tau aku tidak bisa terus menerus mengalami hal yang sama, dan pada akhirnya kamu selalu menangis kan Fann".

"Aku mungkin cowok brengsek bagi kamu, tapi aku tidak sebrengsek itu tega melihatmu menangis terus, aku suka melihatmu tersenyum, dari awal aku melihatmu di gerbang SMP aku suka senyumanmu, aku mau kamu bahagia Fan".

"Jadi itulah sebabnya kubiarkan kamu tetap salah paham, karena pikirku mungkin aku bukan orang yang tepat saat itu. Tapi sekarang berbeda, aku sudah dewasa, menentukan sendiri aku mau apa, tinggal dimana, bagaimana masa depanku, dan aku memilihmu Fann".

Aku menunduk berusaha mencerna kata-kata Danny, mencari kebenaran dari kata-katanya. Lalu Danny melanjutkan pembicaraannya.

"Soal pacarku banyak, jika itu menurutmu banyak, ya anggaplah begitu".

"Aku berusaha melupakanmu, dan menerima perempuan yang mendekatiku, aku akuin mungkin aku playboy, selama dia cantik aku akan mencoba berpacaran dengannya dan pada akhirnya aku selalu putus karena merasa tidak cocok".

"Itulah mengapa aku selalu mengucapkan selamat ulang tahun padamu sekitar tengah malam dulu, karena egoku, aku masih mau menjadi yang pertama dihari pentingmu, cuma kadang aku suka bablas dengan alarmku" Kata Danny sambil tersenyum.

"Aku bahkan masih menyimpan handuk biru navy yang kamu berikan waktu di Bandung dulu, waktu tidak sengaja kita bertemu di cafe tempat kamu bekerja".

Danny kembali melanjutkan penjelasannya.

"Tapi kemudian aku mendengar gossip kamu sudah punya pacar, aku menahan diriku dan mulai mengucapkan selamat ulang tahun di pagi hari, karena aku berharap kamu sudah menemukan kebahagiaanmu" Kata Danny.

Lalu aku bertanya pada Danny, "kalau kamu seperduli itu memikirkanku, kenapa hanya memberi kabar di hari ulang tahun?".

"Karena aku tidak berani mengulang kesalahan yang sama Fann, semenjak aku pindah ke Perth, kamu bilang aku cemburuan dan kekanakan, ya aku akui aku cemburuan.

Tapi bagiku kamu juga berubah, dulu kamu selalu mempercayai penjelasanku, kamu juga kekanakan Fann karena tidak bisa mempercayaiku lagi, aku mulai berpikir rasa cintamu berkurang mangkanya kamu berubah".

"Kamu ingat di tahun pertama kita putus, aku bertanya kamu mau hadiah apa saat ulang tahun, tapi kamu menolaknya, kupikir akan terasa canggung kalau tetap memberimu hadiah".

"Lalu di tahun kedua kita putus, aku bahagia kamu meminta sesuatu dariku, aku berusaha memberikan yang terbaik yang aku bisa, aku menyusun buku puisi itu selama 1 minggu, setiap hari, kadang sampai tengah malam Fann, tapi karena proses pembuatan dan jarak yang membuat kamu harus menunggu untuk hadiah dariku itu".

"Semua yang aku ceritakan adalah kebenaran, tidak bisakah kamu melihat itu sekarang?" Tanya Danny.

"Aku mungkin playboy, tapi setiap perempuan yang dekat denganku pada akhirnya selalu kubandingkan denganmu Fann".

"Mama pernah menasehatiku waktu aku berulang kali putus, mama bilang carilah perempuan yang suatu saat akan menjadi teman mengobrol, jangan atas dasar nafsu belaka, perempuan yang menurut kamu pantas menjadi ibu bagi anak-anak kamu".

"Ini mungkin akan terdengar gila, tapi aku selalu memikirkanmu di hari ulang tahunmu, kadang hal-hal kecil yang tidak terduga membangkitkan kenangan aku waktu sama kamu, kupikir itu bukan nafsu belaka kan Fann. Aku tau kamu putus sudah beberapa bulan tapi aku menahan diri karena ingin memberimu waktu mengobati lukamu. Aku bisa menunggumu selama yang kamu mau dan hanya mengobrol denganmu sebagai teman. Bukan berarti aku tidak bernafsu sama kamu, sekarang saja jika kamu mengijinkan aku ingin menciummu, aku rindu ciuman kita." Kata Danny sambil tersenyum.

"Suatu saat jika waktunya sudah pas, aku ingin menikahimu dan memiliki anak darimu, aku ingin menikah di usia muda, kukatakan aku sungguh sudah gila Fan". Kata Danny lagi.

Kami lalu sama-sama terdiam. Aku juga bingung harus berkata apa. Kupikir aku bisa melihat kesungguhan Danny saat ini, entah apa semuanya ucapannya itu benar atau tidak, tapi saat ini dia tampak bersungguh-sungguh. Benarkah? aku sungguh bingung.

"Dann, aku baru putus dengan Armand sekitar 7 bulan yang lalu, nama mantanku Armand" ceritaku pada Danny.

"Awal kita putus, setiap kamu menghubungiku, aku berharap kamu ngajak balikan, aku begitu mencintaimu Dann, sampai Armand datang menunjukkan dunia lain dimana aku berkata mungkin dunia yang baru ini akan membuatku menemukan kebahagiaan".

"Buku puisi itu Dann, salah satu penyebab aku menerima Armand, karena terlalu sulit bagiku untuk terus berharap pada harapan semu".

"Pada akhirnya aku benar-benar jatuh cinta pada Armand sama seperti aku mencintaimu dulu Dann".

"Apa kamu percaya takdir dan jodoh Dann?"

"Tadinya kupikir takdir dan jodoh, itu semua tergantung pada kita sendiri, tapi menurutku aku putus dengan Armand karena dia bukan jodohku".

"Tadinya aku tidak percaya soal soulmate, tapi melihat Armand, aku percaya takdir dan jodoh itu sudah digariskan bagi beberapa orang, Armand sudah menemukan soulmatenya, lucunya jika berbicara soal takdir, kenapa kita beberapa kali tidak sengaja bertemu Dann, apa itu takdir juga?".

"Alasan sebenarnya kamu bisa duduk di kamarku sekarang, karena entah kenapa kamu selalu memberiku perasaan butterflies Dann".

"Bahkan saat aku bersama Armand, setiap kamu menghubungiku atau saat kita bertemu ada perasaan butterflies itu beberapa detik".

"Dulu kupikir karena alasan kenangan masa lalu saja, karena aku yakin aku mencintai Armand dengan tulus. Tapi jujur, aku saat ini mulai mempertanyakan perasaan butterflies itu apa hanya karena kata kenangan saja".

"Apa itu artinya aku memiliki harapan Fann? Apa kamu mau mencoba mencari tahu perasaan itu bersama aku?" Tanya Danny.

"Kali ini kita berada di kota yang sama Fann, diluar kewajibanku seperti pekerjaan dan orangtua, aku akan memberikan seluruh waktuku untuk kamu, aku akan berusaha sebaik mungkin supaya tidak ada celah untuk salah paham, sungguh aku bisa menjanjikan itu Fann".

"Ini mungkin terdengar omong kosong ditelingamu, tapi aku mencintaimu Fann".

Kata Danny sambil memegang kedua tanganku.

Lalu kulepaskan pegangan tangan Danny, berkata, "Maaf Dann perasaanku belum sejauh itu, saat ini kamu hanyalah masa laluku Dann, kalau kamu berharap dengan kata-kataku soal butterflies, apa perasaan butterflies sesaat itu bisa menjamin menjadi cinta untuk jangka waktu yang lama, aku tidak yakin akan hal itu".

Lalu Danny menjawab, "Aku akan meyakinkanmu Fann, lihat aku membuktikannya ke kamu, dan aku akan selalu menunggumu untuk bisa mempercayaiku lagi, selama apapun itu Fann".

Disaat pembicaraan kami sudah selesai, langit sudah gelap, aku dan Danny makan malam disekitar area kostku. Lalu Danny pamit pulang.

Untuk sekarang, Danny menerima bahwa saat ini dia hanyalah temanku.

1
Jayrbr
Jiwa saya terkoyak!
fien: terima kasih kakak 🥰
total 1 replies
Ignacia belen Gamboa rojas
Abis baca cerita ini, bikin aku merasa percaya sama cinta lagi. Terima kasih banget thor!
fien: waahhh seneng banget dengernya. nantikan bab selanjutnya ya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!